"Saya tidak tau" Parker menggeleng dengan senyum kecil. Dia tidak berbohong. Dia mungkin mengenal Aldrich, tapi tidak tau anak muda itu sudah pergi kemana.
"Ah begitu" Maribel terlihat sedikit kecewa.
"Kalau begitu terimakasih untuk bantuan anda dokter" Ucapnya lagi.
"Sudah menjadi tugas saya. Jangan menjadi begitu sungkan"
Maribel sekali lagi mengangguk sopan dan diapun pergi meninggalkan rumah sakit tersebut.
Jarak antara rumah sakit dengan letak vila nya yang didekat hutan itu lumayan jauh. Maribel yang tidak terbiasa berjalan kaki, langsung merasa kewalahan di sepanjang jalan. Tak ayal dia kerapkali berhenti sebentar-sebentar untuk melepas penat.
Sesaat dia terpikirkan dengan pria tampan yang telah menolongnya. Pria itu telah menggendongnya dari hutan hingga ke rumah sakit yang terletak di dekat pemukiman warga. Melakukan itu, dia pasti telah menguras banyak sekali dari tenaganya.
Sungguh tak terbayang betapa melelahkan nya dia saat melakukannya.
Hati Maribel pun bergetar dalam senyuman. Tapi langsung berubah menjadi sedih mengingat...
"Harusnya aku bangun lebih awal untuk berterimakasih padanya"
Tapi aroma kayu Cendana yang masih membayanginya itu, membuatnya terlena begitu lama dalam kondisi tidur yang memuaskan.
"Haa, sungguh sangat disayangkan"
Berkat itu, akhirnya dia tidak dapat mengucapkan terimakasih pada pria tampan yang telah menolongnya itu.
......................
Aldrich sudah sampai di depan kastil milik ayahnya yang ada di negri manusia. Letaknya terasing dari rumah penduduk dan sekitarnya hanya alam liar yang tak lain hutan dengan pepohonan-pepohonan hijau nan rimbun.
Sudah lama sekali dia tidak pernah mengunjungi tempat itu. Dia ingat pertama kali mendatangi kediaman besar tersebut, kala itu dia masih seorang bocah berusia lima tahunan.
Masa itu, dia masih memiliki perselisihan dingin dengan sang ayah. Membuat perasaannya dipenuhi ketidaksenangan dan ketidaksukaan setiap kali bernafas di rumah besar itu. Sehingga dia meminta pada ibunya untuk segera pergi dari sana. Tapi yang terjadi, ibunya yang manusia itu malah di bawa pergi oleh sang ayah ke istananya yang ada di negri vampir.
Dia yang dipenuhi perasaan khawatir akan ibunya, menjadi marah dan segera menyusulnya. Seperti itulah, tahun-tahun berlalu dan dia hidup menjadi rakyat vampir di Merland.
Sekarang dia telah berpijak di negri manusia.
Memandangi pagar tembaga yang menjulang tinggi didepannya itu sudah dipenuhi jeratan tanaman yang merambat memanjat besi gerbang.
Dia menarik nafas dan menghirup udara segar dari pepohonan sekitar dan bau besi tembaga yang sekilas menusuk.
"Haa.. sudah lama sekali" Ucapnya.
"Bagaimanapun, negri manusia tetaplah yang terbaik"
Mengingat itu adalah tempat kelahirannya.
Dia mendorong pintu pagar yang tak terkunci. Suaranya berderit keras, menunjukkan sudah berapa tua kondisinya. Tidak ada lagi penjaga yang duduk di pos keamanan.
Hanya ada kastil yang sepenuhnya kosong.
Karena tempat itu sudah lama tidak ditempati, maka tak ada lagi pekerja di dalamnya. Paling sebulan sekali dikirim sekelompok orang untuk membersihkan dalam kastil agar tetap terawat. Semua itu diatur oleh teman kepercayaan ayahnya, salah seorang vampir yang telah mendekam terlalu lama di negri manusia.
Drtt...
Ponsel dalam saku bajunya bergetar. Aldrich mengeluarkan ponselnya dan melihat nama yang tertera di layar.
Paman Sean.
"Ya?" Begitulah cara dia berinteraksi dengan teman kepercayaan ayahnya itu, yang sudah di anggap seperti pamannya.
Itu acuh tak acuh.
Tentu saja ada kisah kenapa itu terjadi.
Terdengar jawaban dari seberang, "Kau sudah sampai di kastil?"
"Sudah sampai" Aldrich memandangi kastil tua itu dan melangkah masuk kedalam.
"Kemarin aku sudah menyewa sekelompok pekerja untuk membersihkan dalam kastil, tapi tidak di bagian luarnya"
Aldrich memandangi halaman yang terbentang luas itu dipenuhi jejak dedaunan kering yang sangat banyak.
"Ayahmu yang pelit itu tidak mengirim sepeser uang pun untuk biaya pembersihan. Jadi kemurahan hatiku hanya segitu, ku harap kau dapat maklum. Bagaimanapun aku harus menghemat pengeluaran"
Aldrich berjalan maju ke depan, menapaki dedaunan kering yang bersepahan.
Senyum mengejek terbit di bibirnya, "Paman, bukannya kau hidup seorang diri. Memangnya seberapa banyak pengeluaran mu dalam sebulan untuk seorang vampir lajang seperti mu?"
Bagaimanapun vampir tidak makan seperti manusia makan. Jadi tentunya lebih menghemat pengeluaran.
Ada helaan nafas tak senang di sebrang, "Biaya hidup di kota J tidak murah. Aku harus membayar uang air, listrik dan belum lagi untuk mendapatkan sebotol darah rusa favoritku yang hampir jutaan lebih harganya"
Karena rusa termasuk hewan yang dilindungi, dia membutuhkan biaya yang sangat besar untuk mendapatkannya secara khusus yang legal dari penangkaran.
"Nak, kau harus tau. Aku hanya seorang dosen di kampus swasta. Biayanya memang lumayan besar untuk pria lajang seperti ku, tapi ingat...aku adalah seorang vampir yang ingin hidup dengan puas di negri manusia"
"Huh, bilang saja kalau kau hidup di sini untuk melepaskan kesedihan pada cintamu yang tak berbalas itu"
Aldrich sedikit mengetahui kisah percintaan Sean yang tidak berakhir menyenangkan.
"Aldrich!" Suara itu sedikit penuh kecaman tak suka.
Aldrich tertawa senang merespon emosi buruk Sean.
"Jadi, dimana kau meletakkan kuncinya?" Aldrich sudah berdiri di pintu depan. Dia memegang gagang pintu dan mendorongnya.
Itu terkunci.
Sean mendengus dingin. Masih kesal dengan apa yang baru saja di katakan bocah itu. Biar begitu dia tetap memberitahunya, "Kuncinya ada di bawah keset kaki yang kau injak"
Aldrich langsung memandang ke bawah. Kakinya memang sedang berpijak di atas keset kaki yang bewarna hijau tua dan tebal. Dia berpindah ke samping dan membungkukkan badannya.
Mengapit ponsel itu ke bawah telinga kirinya dan tangan kanannya mengangkat alas kaki tersebut. Aldrich melihat kunci yang dimaksud Sean dan segera mengambilnya.
"Aku menemukannya"
Tap!
Seperti itu, Aldrich langsung memutus panggilan.
Sean yang tengah bersantai di sofa dengan buku di atas pangkuan, menatap ponselnya yang mengeluarkan suara...
Tut..tut..
Tulisan di layar menunjukkan pihak lain telah mengakhiri panggilan.
"Haa.."
"Persis seperti ayahnya"
"Suka sekali asal memutus sambungan"
Aldrich sudah masuk kedalam kastil. Seperti yang dikatakan Sean, kemarin sudah dikirim sekelompok orang untuk membersihkan tempat itu dan kondisinya benar-benar bersih tidak seperti pemandangan yang di luar.
Aldrich menyentuh salah satu sofa, sama sekali tidak ada debu yang menempel di ujung jarinya. Setiap kali dia menarik nafas, tidak ada bau debu yang dapat membuatnya terbatuk-batuk.
Aldrich ingat, kastil itu memiliki banyak ruang berpintu. Di antaranya lima buat kamar pelayan, lima kamar tamu dan satu kamar utama yang tak lain milik ayahnya.
Tapi karena tempat itu sekarang sudah menjadi miliknya, dia yang akan mengambil alih untuk kedepannya. Karena dia akan tinggal lama di sana.
"Aku ingat letak kamar utama ada di lantai dua"
Aldrich bergegas menaiki anak tangga menuju lantai atas. Di sana dia berjalan di lorong dan mendatangi pintu yang lokasinya paling ujung dan terasing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
suzie jee
semangat Thor..jangan kendor...
2023-03-30
2
Sergiy Karasyuk Lucy S.K.L.
Hi hi, inget little Aldrich bikin huru hara d kastil krn benci daddy nya 😁
2023-03-27
2