"En" Aldrich mengangkat ujung jari telunjuk itu dan memasukkannya kedalam mulutnya. Menyesap darahnya yang manisnya hampir mirip seperti rasa anggur cotton candy.
Deg!
Bola mata coklat Maribel bergertar dalam kejutan melihat pria itu menghisap darah di telunjuknya. Dia merasa itu sedikit menggelitik dan wajahnya memerah panas. Ketika dia berpikir pria itu akan bangun untuk membuang darahnya. Tapi yang mengejutkan...
"K-kau menelan darahku?"
Aldrich tersenyum menyeringai. Membuat hati Maribel agak bergetar takut.
"Sudah waktunya aku memberitahumu apa identitas ku"
"..." Sambil menunggunya meneruskan pembicaraan, Maribel meneguk liur pahit.
"Aku manusia, tapi..." Aldrich mengusap ujung jari telunjuk gadis itu yang masih menyimpan sisa lengket dari air liurnya, "Bukan sepenuhnya manusia seperti mu"
'Bukan sepenuhnya manusia?'
'Sebenarnya apa maksudnya?'
Maribel tidak dapat menepis rasa penasaran yang memenuhi wajahnya diliputi ekspresi ketegangan.
"Karena aku adalah..."
'Aku adalah apa?'
'Kenapa pria ini tidak langsung mengatakannya saja?'
Aldrich yang seperti dapat membaca pikirannya itu, tertawa keras.
Maribel menunduk tersenyum malu, "Jangan tertawa. Cepat katakan kau ini sebenarnya apa?"
"Vampir"
"Apaaa?"
......................
Sean sedang berdiam di perpustakaan besar milik universitas swasta tempatnya mengajar. Kehadirannya selalu membuat beberapa gadis manusia di sana diam-diam mencuri pandang kearahnya. Tapi ketika tertangkap olehnya, cepat-cepat mereka menunduk membaca buku yang ada di meja dan yang lain berpura-pura serius mencari buku di rak.
Sudah begitu berumur, tapi pesonanya yang kuat itu masih mampu menggetarkan jiwa muda mereka. Ketampanan masih kental dan awet. Sebagai vampir, elastisitas kulitnya memang tidak mudah keriput seperti manusia. Jika bukan karena sistem pengasingan* yang berlaku dan larangan menghisap darah manusia, mungkin bangsa mereka akan memiliki umur ratusan tahun dengan ketampanan yang tak lekang oleh waktu.
Sean duduk di barisan paling belakang, mengambil meja dengan posisi yang cukup jauh dari letak jendela besar yang menembuskan sinar matahari terik.
Di sana dia membaca, membalikkan tiap halaman dengan tatapan yang serius menelaah setiap kata yang tercantum di atasnya.
Dalam keheningan perpustakaan, dia mendapati ponselnya yang dalam mode getar itu bergetar di saku jasnya. Itu terus bergetar, membuatnya menghentikan bacaan dan mengeluarkan ponselnya.
Dia membaca nama yang tertera di layar, mengerutkan keningnya.
Itu adalah nomor asing tanpa nama. Dia langsung menolak panggilan. Tapi sekali lagi ponselnya bergetar. Menahan kesal, dia langsung mengangkatnya, "Siapa?"
Tanpa basa-basi Sean langsung bertanya.
Terdengar suara di seberang, "Aku Helio. Madam Belinda mengutus ku kemari untuk mengurus beberapa hal"
"Sebentar" Sean langsung mengambil garis pembatas buk dan meletakkannya di halaman terakhir di bacanya.
Kemudian dia bangun dan mendatangi meja petugas perpustakaan, "Tolong"
"Pak Sean, anda akan meminjam ini?" Tanya ramah si petugas. Dia seorang wanita empat puluhan yang sudah berumah tangga. Biarpun mengakui betapa awet dan tampannya pria didepannya. Tapi di hatinya tetap lah suaminya tercinta.
"En"
"Bisa berikan kartu keanggotaan anda"
Sean langsung mengeluarkan kartu keanggotaannya, "Ini"
"Baik, sebentar"
Setelah mencatat nama buku dan menuliskan beberapa hal yang diperlukan. Petugas wanita itu tersenyum ramah menyerahkan buku dan mengembalikan kartu keanggotaan miliknya, "Untuk pengembaliannya hari Selasa depan ya pak. Jika butuh perpanjangan, harap untuk melapor"
"Baik, terimakasih"
Sean mengambil buku dan kartu, kemudian pergi meninggalkan perpustakaan.
Masuk ke dalam mobil putihnya. Salah satu mobil sport keluaran terbaru yang baru di belinya sebulan yang lalu itu. Membawanya pergi meninggalkan arena kampus, itu selalu mencuri perhatian orang-orang yang melirik kearah si putih kebanggaannya.
Meletakkan ponselnya di atas dasbor dan memasang earphone bluetooth di telinganya, "Lanjutkan"
Panggilan itu masih tersambung.
"Tuan Sean, sepertinya anda harus membayar tagihan panggilan ku" Sudah begitu lama Helio menunggu. Setelah bermenit-menit, berpikir antara mengakhiri panggilan sebentar atau tidak.
Akhirnya itu kembali tersambung setelah sepuluh menit lebih berlalu.
Sean yang tetap fokus menyetir itu tersenyum, "Bukannya kau hanya bertugas sebentar disini. Jadi tidak apa untuk menjadi boros. Bagaimanapun kau tidak bisa melakukan panggilan menggunakan kartu ini di Merland"
Helio menyerah, apa yang dikatakan Sean memang tidak sepenuhnya salah. Dia hanya akan sehari di sana dan akan terus kembali ke Merland.
"Jadi, ada apa kau menelpon ku?"
"Madam Belinda mengutus ku kemari untuk mengurus beberapa hal dan Yang mulia Egbert menyuruhku untuk mengurus kartu hitam miliknya yang sudah lama mati untuk diberikan kepada putra mahkota. Karena itu aku membutuhkan bantuan mu"
Bagaimanapun itu adalah pertama kalinya Helio datang ke negri manusia. Berbeda dengan Sean yang sudah menetap bertahun-tahun di sana. Jadi pria itu pasti mengerti.
"Ada lagi?" Meskipun Egbert tidak memintanya untuk melakukannya. Terakhir dia juga tetap menjadi orang yang harus berurusan dengan itu.
"Ah, madam Belinda juga berpesan agar aku mencarikan pelayan manusia yang dapat dipercaya untuk mengurus berbagai keperluan putra mahkota—"
"Aku sudah melakukannya"
"Baguslah. Apa anda juga sudah berpesan pada putra mahkota untuk melakukan perjanjian rahasia terlebih dulu pada pelayan tersebut?"
"Sudah"
"Apa anda juga sudah mengarahkannya bagaimana tata cara melakukannya?"
Sean tertegun.
"Tuan Sean?"
"Apakah putra mahkota tidak tau cara melakukannya?"
"Tentu saja tidak. Putra mahkota tidak pernah punya pengalaman mengikat perjanjian darah seperti itu dengan manusia"
Sean langsung menjadi rumit, "Semoga saja dia tidak salah melakukannya"
"Apa maksud anda tuan Sean?"
"Bukan apa-apa, teruskan saja. Apa masih ada lagi yang kau butuhkan?"
......................
"Tidak mungkin" Maribel masih belum pulih dari keterkejutannya. Dia menghela nafas, menatap tak percaya pada pria didepannya itu.
Aldrich sangat mengerti reaksinya. Biar bagaimanapun itu akan selalu menjadi kejutan yang paling tidak masuk akal bagi manusia setelah mengetahuinya.
"Itu jelas makhluk mitologi yang keberadaannya hanya ada di dunia perfilman dan novel. Jika ini hanya lelucon, bercandaan mu tidak lucu sama sekali" Maribel menepuk dadanya pelan. Biar begitu dia masih tetap sangat kaget.
Aldrich menyungging kan bibirnya ke atas, tersenyum kecil. Sikap gadis itu yang menolak mempercayai informasi yang dikatakannya tadi, itu cukup lucu dimatanya.
"Reaksi mu cukup normal, tapi itulah kebenarannya. Jadi mulai sekarang, kau harus merahasiakan ini atau kalau tidak kau akan mati"
Bibir merah Maribel langsung cemberut, wajah cantiknya jelas tak senang, "Jangan bercanda. Cepat katakan, kau ini sebenarnya apa?"
"Bukannya aku sudah mengatakannya tadi?"
"Jangan mengada-ada. Kau menyuruhku untuk mempercayai ucapamu tadi?" Maribel tertawa lucu, "Jangan coba-coba membodohi ku"
Gelar master S2 nya hanya akan menjadi lelucon jika dia mempercayai begitu saja ucapan konyol pria itu.
Tatapan Aldrich langsung berubah serius. Dia menatap Maribel dalam. Untuk gadis yang kekeuh dan keras kepala seperti itu, sepertinya dia harus melakukan sesuatu untuk membuatnya percaya.
......................
*Sistem pengasingan: sistem (bersifat fiktif dalam cerita ini) yang berlaku bagi vampir untuk mengasingkan diri dari manusia. Sistem itu dibuat untuk melindungi keberadaan bangsa mereka yang nyaris hampir punah karena kelicikan manusia.
Sistem tersebut pun membuat mereka mengasingkan diri dari dunia manusia dan berpindah ke suatu tempat yang terasing dari mereka. Sejak saat itu pula, alih-alih meminum darah manusia, mereka mulai mencari alternatif lain yang tak lain adalah darah hewani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Sergiy Karasyuk Lucy S.K.L.
Asyiiik... berasa nostalgia sm novel sblmnya Thor 😎 Aldrich kecil yg bikin gumush 😍
2023-03-27
3
Zahcan X
lanjut thor, semangat banget nih baca novel author yang satu ini...harus nunggu up
2023-03-04
1