Kening Breta mengernyit, "Kenapa? Bibi pikir kau menyukainya"
Maribel tersenyum tipis, "Sejujurnya aku tidak begitu menyukainya"
"Lalu apa yang kau suka?"
"Bisnis"
Kerutan di kening Breta semakin dalam.
"Maribel, bukankah bibi sudah mengatakan sebelumnya. Kau ini perempuan, tidak baik terjun di dunia yang seperti itu"
"Bibi, bukankah sejauh ini kau akan selalu mendukung ku?"
Breta terdiam.
"Jadi, cukup saja dukung aku. Adapun konsekuensinya nanti, aku yakin dapat menanggungnya"
Setelah pergi meninggalkan rumah besar yang sudah seperti istana itu, Breta masuk kedalam mobil dengan wajah panas karena kesal.
Dia memukul stir dan menggeram marah, "Sial! Boneka polos itu sudah tau cara membantah"
Tapi dia tidak berdaya, karena gadis itu mengatakan sesuatu yang cukup masuk akal. Jadi dia dengan terpaksa menuruti kemauannya.
"Tidak masalah, selama dia masih berada di bawah tali kekang ku. Dia tidak bisa berbuat apa-apa"
......................
Tujuh tahun berlalu sudah. Dalam kurun waktu tersebut, Maribel sudah menyelesaikan gelar sarjananya dalam negri dan memperoleh gelar master nya di luar negeri. Untuk memperkuat dirinya, Maribel mengambil kelas taekwondo dan telah memiliki sabuk biru. Walau belum mencapai tingkatan tertinggi, setidaknya itu sudah cukup untuk menjadi bekal perlindungan dirinya dalam kondisi darurat.
Maribel langsung mengambil alih perusahaan sekalipun harus berkelit dengan paman dan bibinya yang mencoba membodohi nya seperti dulu. Tapi dia bukan lagi boneka manis mereka.
Bibi dan pamannya yang tak lagi berdaya beradu argumen dengannya, kini Maribel menjadi posisi CEO di perusahaan milik kedua orangtuanya yang sudah lama pergi meninggalkannya.
Di ruang rapat besar perusahaan yang dihadiri para petinggi, investor dan pemilik saham. Mereka memenuhi tempat duduk dengan mengambil kursi yang sesuai urutan kedudukan mereka. Termasuk Gavin dan Breta, keduanya juga sudah ada di sana.
Pintu di dorong terbuka, bersamaan dengan itu dua orang wanita dengan pakaian formal berjalan masuk kedalam.
Satu dengan rambut ikal hitam panjangnya tergelung tinggi ke atas, mengenakan kemeja dalaman bewarna cream dengan jas luaran bewarna merah muda. Penampilannya segar dan seperti bunga tulip yang baru saja mekar. Di belakangnya adalah wanita berjas hitam dengan dalaman putih. Rambutnya dipangkas pendek seperti cowok. Dia memegang tablet di tangannya dan memperbaiki letak kacamata di wajahnya, memperhatikan orang-orang di meja rapat.
"Perkenalkan semuanya, dia adalah Callie. Sekretaris baru saya yang baru saya rekrut" Wanita dengan penampilan seperti tulip baru mekar itu, memperkenalkan wanita yang berdiri di belakangnya.
Tatapan orang-orang di meja rapat menunjukkan permusuhan, keacuhan dan ejekan. Sekilas aura mereka sangat tidak bersahabat.
Mengabaikan semua itu, Callie tetap melangkah maju ke depan dan membungkuk sopan untuk menyapa para tetua. Kemudian dia melangkah mundur.
Maribel dengan high heels hitam mengkilap nya, berjalan dengan penuh kepercayaan diri ke atas podium. Merapikan kerah jasnya yang bewarna biru muda, bibir merahnya yang terangkat tinggi dengan senyum penuh integritas dan berbicara dengan lugas, "Langsung saja, mulai hari ini saya akan umumkan kepada anda semua, bahwa saya yang kedepannya akan menjadi CEO perusahaan ini"
Hening.
Tidak ada tepukan.
Hanya lirikan yang meragukan dan tatapan halus yang menyiratkan ketidaksetujuan. Reaksi tersebut, membuat Gavin dan Breta tersenyum puas dalam hati.
Breta berdeham dan menjadi orang kedua yang berbicara di ruang rapat, "Saya mohon pengertian anda semua. Karena keponakan saya sekarang sudah dewasa, jadi sudah saatnya bagi suami saya untuk mengundurkan diri dari tempatnya dan mengembalikan posisi tersebut kepada orang yang semestinya" Seusai mengatakan itu, dia mengangkat pandangannya kearah Maribel dan tersenyum lebar, "Selamat keponakan ku, atas pencapaian mu. Masa depan perusahaan ini kini berada sepenuhnya di tangan mu"
Cih!
Dia cukup pandai memainkan peran seorang bibi yang begitu tulus pada keponakannya.
Maribel tersenyum simpul, "Terimakasih bi—"
"Masa depan apa!"
Brak!
Maribel langsung mengalihkan perhatiannya pada seorang pria berkisar lima puluhan yang baru saja menggebrak meja. Maribel menduga pria tua itu adalah salah seorang inventor di perusahaannya.
"Dia masih begitu muda, bahkan belakang telinganya saja masih basah*. Jika perusahaan ini berada ditangannya, tidak sampai setahun pasti sudah mengalami kebangkrutan"
Selesai kata-katanya jatuh, ledakan gelak tawa yang mengejek pun pecah memenuhi ruang rapat.
Maribel mengepalkan tangannya, masih mempertahankan senyum.
Callie menatap orang-orang di meja rapat tanpa ekspresi khusus. Sekilas dia melirik kearah Maribel, sedikit penasaran dengan reaksi wanita cantik itu.
"Apa anda melupakan kacamata anda pak tua?"
Gelak tawa langsung mati dan pria tua yang baru saja berbicara langsung menatap ke wajah Maribel dengan raut wajah murka, "K-kamu, beraninya kamu memanggilku pak tua! Cih, dasar gadis bodoh yang tidak tau sopan santun"
Menyikapi itu, Breta langsung berbicara, "Tolong jangan diambil hati pak. Keponakan ku hanya sedikit bercanda dengan anda" Dia terlihat seperti seorang bibi yang berusaha melindungi keponakannya.
"Saya sedang tidak bercanda" Potong Maribel. Tatapannya angkuh dan dingin, "Lihat garis kerutan di bawa mata nya, rambut putih yang memenuhi kepalanya dan kulit bawah lehernya yang lentur. Bukankah seperti itulah seharusnya penampilan seorang pria tua?"
"Pftt" Callie secepatnya membungkam rapat mulutnya, ketika dia nyaris hampir meledak dengan tawa.
Maribel tersenyum melanjutkan, "Pak tua, ingatlah untuk mengenakan kacamata anda lain kali. Aku dengan tulus memberitahu mu, kalau belakang telinga ku tidak lagi basah, aku membersihkannya secara teratur jadi anda tidak perlu khawatir"
Pria tua yang dimaksud Maribel seketika menggelap. Ketika dia akan membuka mulutnya siap membludak dalam kemarahan.
Maribel sudah lebih dulu menyela, "Saya tidak akan membuang-buang waktu dengan menghadapi penentangan anda semua. Keputusan saya yang merupakan CEO perusahaan ini tidak akan berubah. Jika anda tetap bersikeras, anda bisa pergi. Bagi anda yang mau berdamai dengan keadaan, percayalah saya tidak akan mengecewakan anda"
Kepercayaan diri untuk seukuran bunga tulip yang baru mekar, itu begitu kuat. Orang-orang di meja rapat langsung terbungkam.
Maribel menoleh pada sekretaris pribadinya, "Callie, ayo pergi!"
Callie mengangguk dan mengiringi Maribel pergi meninggalkan ruang rapat.
Gavin tersenyum menyeringai, dengan tatapan nanar nya dia berbisik di telinga Breta, "Lihat! Harusnya kau mendengarkan ku untuk membunuhnya sejak dulu"
Breta yang sudah sangat kesal karena keadaan itu hanya mengepalkan tangannya dalam amarah.
Selepas meninggalkan perusahaan, Maribel masuk kedalam mobilnya dan menghela nafas panjang, "Huh, hampir saja"
......................
*Basah dibelakang telinga: Ungkapan ini berarti bahwa seseorang itu belum dewasa atau bisa juga berarti tidak/ masih kurang dalam hal pengalaman.
Tapi di sini female lead kita bertindak seakan tidak tahu maksud dari ungkapan tersebut, padahal nyatanya dia mengetahuinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Ika Lili New
q baru mulai baca Thor☺️☺️
2023-03-12
2