Part 19

Kala malam menginap diperaduannya. Siang tanpa mentari datang, semuanya masih tampak gelap. Tidak ada bedanya ini malam atau siang. Hanya saja, nuansa langit sedikit memudarkan warna menjadi kelabu.

Pagi ini, Aesira, Rui, dan Kay diberikan pakaian seperti rakyat Arsh pada umumnya. Mengenakan celana panjang berwarna hitam, sebuah sepatu hampir selutut, dan juga baju hitam berlengan panjang dengan sabuk diberbagai sisi, itu untuk pakaian perempuan. Sedangkan Kay, laki-laki itu mengenakan celana hitam panjang, kaos tebal dengan sabuk di pinggang, serta sebuah mantel berbulu yang cukup kedodoran.

“Apa tidak ada model pakaian lain?” protes Kay pada Margaretha.

“Pakai atau kau akan dalam bahaya jika memakai pakaian dari duniamu itu.”

Kay mendengkus pelan dan menuruti perintah Margaretha barusan. Ia berjalan dibelakang gadis tiga puluh tahun tersebut sampai ke tempat pelatihan. Di sana ia melihat Aesira sedang ditempa oleh Isabella. Tampak, Aesira berkonsentrasi penuh hanya untuk membuat sebuah kerikil hancur.

“Maaf, aku tidak bisa. Aku juga tidak tahu kenapa kekuatanku tidak bisa muncul kembali,” tukas Aesira. Gadis menunduk lesu dan memilih mundur. Saat hendak beranjak dari hadapan Isabella. Ia mendapati Kay yang sudah berganti setelah seperti kebanyakan laki-laki yang ia temui di bekas kerajaan Arsh ini. Jantung Aesira terasa berdetak lebih kencang entah kenapa. Ia seperti kembali tersihir oleh ketampanan laki-laki itu sampai-sampai lupa berkedip. Ia pernah melihat banyak pangeran di film-film dongeng, tapi kali ini, ia melihat sendiri pangeran se-nyata Kay.

Margaretha yang tidak mau menjadi nyamuk di antara mereka, lantas memutuskan hengkang dari posisi tengah. Membuat mereka lebih leluasa memandang satu sama lain. Sejak awal, ia tahu, jika Kay menyukai Aesira. Sangat jelas tergambar di mata anak itu. Apalagi kemarin malam saat Aesira harus menjadi bahan uji coba agar kekuatannya muncul dengan cara yang dibuatnya. Besarnya rasa khawatir dan akan takutnya kehilangan jelas terasa dari anak itu ketika Aesira dinyatakan tidak baik-baik saja.

Semua orang seketika terpukau kala melihat Aesira. Bukan, bukan karena gadis itu yang tengah memerhatikan karisma Kay yang menawan itu. Tapi, mereka memandang kedua tangan gadis itu yang mengeluarkan cahaya biru yang cukup banyak. Sedangkan di seberang, gelang Kay memancarkan sinar merah.

Aesira sendiri masih belum sadar jika tangannya tengah diselimuti kekuatan birunya sendiri. Bahkan saat Kay mencoba mengisyaratkan dengan mata jikalau gadis itu mengeluarkan cahaya di tangannya, ia masih belum juga paham.

Margaretha, Lynda, dan Isabella saling memandang satu sama lain dengan senyuman yang entah apa artinya.

Saat Aesira sadar dari lamunannya, cahaya itu perlahan meredup. Ia mengangkat kedua tangannya dan mendapati sisa-sisa cahaya biru di sana.

“Pasukan hitam mengarah ke tempat ini! Aku segera bersembunyi!” teriak Kay yang sontak saja membuyarkan pikiran Aesira.

“Bagaimana kau tahu, Kay?!” tanya Rui yang berjalan ke arahnya.

“Mataku melihat sendiri mereka mengarah kemari! Ayo cepat! Mereka membawa banyak naga!” Kay menarik tangan Aesira dan Rui.

“Lynda! Bawa Putri bersembunyi!” titah Margaretha, ia bersiap dengan bola api raksasa yang keluar dari kedua tangannya. Sedangkan Isabella menerbangkan batu-batu dengan ukuran besar dan siap menghantamkannya ke musuh.

Tak berselang lama, apa yang dikatakan Kay ternyata benar. Belasan prajurit Udaya dengan menunggang naga hitam melayang-layang di atas menara. Lalu, sebuah pusaran asap hitam dengan percikan api ungu, perlahan memunculkan ratu paling ditakuti di bumi. Ratu dengan sekujur tubuhnya hampir semua hitam legam. Namun, tiga tahun setelah berhasil menghabisi tiga duplikatnya di tanah peperangan, seperempat wajahnya kembali ke warna semula. Dan, untuk itulah ia ke tempat ini, merebut dirinya sendiri yang hilang akibat kutukan dari sang ayah yang harus mati di tangan putrinya sendiri.

“Ayo kita selesaikan permainan ini,” tukas Ratu Udaya dengan sombongnya.

Aesira mengintip dari celah bebatuan untuk mengamati situasi.

“Wanita itu, wanita yang sama dengan wanita yang berada di mimpiku. Tidak salah! Itu dia!”

Aesira meneguk air ludahnya dengan kepayahan, bulir-bulir keringat berangkat muncul dari anak rambut di sekitar dahinya. “Ya Tuhan, bahkan wanita itu lebih menyeramkan dari pada di mimpiku.”

Tiga sahabat itu serius memerhatikan pertarungan yang sangat seru di lahan luas itu sembari tetap berjaga. Namun, mereka melewatkan satu hal yakni, kepergian Lynda dan Putri Elma ke atas menara guna menyelematkan bola cahaya agar tidak mendapat serangan, karena bola itu satu-satunya sumber cahaya yang dimiliki rakyat Arsh.

Putri Elma menutup rapat bola cahaya dengan mentelnya kemudian, mereka berdua berbalik arah kembali. Namun tiba-tiba saja, seekor naga dengan dua prajurit Udaya menyerang dengan menghempaskan ekor naga ke kubah menara. Sontak saja mereka menunduk untuk menghindari sabetan ekor naga.

“Dasat keparat! Beraninya main keroyokan!” Kala naga itu diperintahkan untuk menyemburkan api, Lynda dengan cepat mengeluarkan busur cahaya lalu, menghunuskan panah panjang berapi ke arah kepala naga tersebut. Melihat kesempatan yang ada, Lynda menarik Putri Elma menuruni tangga menuju tempat persembunyian semula. Dengan masih meyetabilkan pernapasan, keduanya merapat ke barisan Aesira.

“Kalian dari mana saja? Kay sedang mencari kalian!” tukas Rui.

“Kami ke atas mengambil bola cahaya,” balas Putri Elma.

Kecemasan empat wanita itu terbayar kala Kay datang tak lama setelah itu. Namun, rupanya bayaran itu tak sepenuhnya lengkap kala melihat keadaan Kay yang terus saja mengerang kesakitan sembari mengenggam tangan kanannya yang melingkar gelang naga merah. Gelang tersebut menyala-nyala dan terus menguasai Kay dengan membuat separuh wajah Kay samar-samar berubah menjadi sesosok naga.

Rui yang hendak mendekat mendadak meloncat ke sisi Aesira karena kemunculan wajah naga di muka Kay.

“Ada apa dengan Kay?” tanya Rui ketakutan.

“Gelang itu yang membuatnya seperti ini.”

Teriakan Kay semakin meninggi, itu membuat posisi persembunyian mereka tidak aman. Aesira mendudukkan Kay perlahan, ia mendongak ke Putri Elma.

“Putri, apa kau tahu bagaimana cara membebaskan gelang itu dari Kay?” tanyanya.

“Tidak ada cara yang mudah untuk itu, kecuali dia mau melakukan ritual penyatuan darah dengan wanita yang dicintainya. Tentu saja itu dengan perasaan yang tulus antar keduanya,” terang Putri Elma.

“Penyatuan darah? Maksud Putri?” tanya Aesira tak paham.

“Menikah dengan adat Udaya,” jawab Putri Elma dengan memalingkan muka.

Aesira menatap Kay yang sudah dipenuhi peluh dan rasa sakit yang terlihat sangat ngilu.

“Waktunya sampai lima bulan kedepan. Jika Kay tidak segera melakukan ritual itu, maka ia akan berubah menjadi naga persis seperti Pangeran Eleazar. Ia hanya akan menjadi manusia seutuhnya di hari kelahiran dirinya sendiri.”

Keempatnya teralihkan ke pelataran tempat pertarungan tiada habis antara Margaretha, Isabella, dan Lynda yang beberapa saat ikut bergabung ke medan perang. Suasana tambah kalut dimana mereka terdesak oleh kekuatan Ratu Udaya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!