Part 13

...⚠️Typo bertebaran, harap diingatkan ...

di kolom komentar🤗

......................

...💖Happy Reading💖...

Suara mesin bis terdengar lirih, udara segar kawasan hutan tersebut menyambut rombongan sekolah itu yang akan mengadakan perkemahan selama tiga hari ke depan.

Seorang guru bertubuh gempal memandu menuju tempat pendirian tenda. Berjarak lima ratus meter dari bis berhenti, mereka harus menapaki jalan dengan lebar sehasta sementara dua tepinya ditumbuhi rerumputan liar. Lalu, mereka juga harus melalui sebuah jembatan kayu yang cukup ekstrim karena terbuat dari kayu dan berusia puluhan tahun yang tentu saja tingkat keamanannya tidak bisa dipastikan. Perlahan-lahan dengan beregu, mereka melewati jembatan dengan sungai mengalir deras itu.

“Ae, pegangan aku, Ae. Aku takut sekali,” ujar Rui yang bahkan baru akan menempelkan satu kakinya di permukaan jembatan.

“Tenang. Coba kamu tutup mata, nanti kalau udah sampai aku bilang ke kamu.”

Rui memberikan jempolnya.

Samar-samar suara air terjun terdengar gemericik jatuh ke peraduan, perjalanan ini ternyata tidak semudah yang mereka kira. Pembina perkemahan memang menyengaja mengadakan perkemahan di hutan untuk membangun kemandirian semua siswa. Tentu saja sebelumnya, ada beberapa pihak yang kurang setuju mengingat risiko-risiko yang kemungkinan bisa terjadi. Namun, dibalik itu, ketua acara yang tak lain adalah wakil kepala sekolah sudah menyiapkan kebutuhan yang diperlukan seperti petugas kesehatan, ambulance, dan tim pembantu keselamatan guna menghindari risiko yang dikhawatirkan beberapa pihak.

Kebanyakan siswa atau siswi dengan basis ‘kaya', menyatakan tidak ikut serta dalam acara tersebut. Termasuk Keily dan juga beberapa orang dinyatakan terhormat di sekolah itu. Namun, tidak dengan Kay, laki-laki itu dengan tegas berkukuh tetap mengikuti acara perkemahan hingga selesai. Alhasil, Keily yang sempat mengira Kay juga tak akan ikut meminta tiga sahabatnya untuk menjadi kata-kata dan memberikan semua informasi berkaitan dengan Kay di lokasi perkemahan.

Semua siswa terkejut kala harus melewati ujung atas air terjun yang mereka dengar dari radius 30 meter tadi. Wakil kepala sekolah mempimpin lebih dulu dan sampai di seberang dengan selamat.

Berondong-bondong, mereka berjalan genangan air yang setapak di samping mengalir ke bawah. Airnya tidak deras dan dangkal jadi, mereka bisa menyeberang dengan aman.

Empat lima orang yang baru merasakan pengalaman ini berteriak girang. Lalu, perjalanan berlanjut. Timbal mereka di sebuah tanah lapang berbentuk persegi panjang persis ukurannya sebesar lapangan basket dengan pohon-pohon pinus mengelilingi tepinya terdampar di mata mereka. Dengan atap langit yang menawan, malam ini bintang-bintang akan bertaburan dan akan lebih membuat mereka takjub.

Tenda kuning itu tertancap sempurna dalam waktu yang cepat. Aesira menepuk-nepuk telapak tangannya untuk membersihkan debu yang menempel. Ia melihat ke sekeliling, banyak dari grup lain yang tendanya belum rampung. Ia mencoba menawarkan bantuan dan itu cukup membuat waktu pembangunan tenda berlangsung singkat.

Anak laki-laki berpencar mencari kayu bakar. Kemudian, menatanya hingga berbentuk kerucut. Malamnya, tumpukan kayu itu disulut api. Para siswa berkumpul dengan duduk melingkari api unggun yang sangat hangat.

Kay mengambil gitar di belakang punggung, memetik senarnya perlahan lalu, diikuti siswa lain. Irama malam ini menambah seru acara perkemahan hari pertama. Lima siswa bermain gitar, sisanya bernyanyi serempak dengan kompak. Selesai di lirik terakhir, mereka bertepuk tangan bersamaan.

“Sepertinya kalian menikmati indahnya suasana malam ini?” tanya pembina perkemahan. Ada yang mengangguk, mengiyakan, dan diam saja menjawab pertanyaan pembina tersebut.

“Bapak ada sebuah game. Jadi, cara bermainnya, jika bapak mengucapkan sebuah angka. Maka kalian harus memutar senter ini dari satu teman ke teman lain berkeliling sambil berhitung. Tiba di angka yang bapak sebutkan, maka orang yang mendapat angka yang bapak sebutkan harus menjawab atau mengikuti instruksi yang bapak berikan. Mengerti?”

Mereka semua bersiap dan memulai permainan sesuai arahan bapak pembina itu. Angka 70 adalah angka yang harus mereka tuju. Orang pertama dengan mendapat angka tersebut tak lain adalah Aesira. Gadis yang sering pulang dengan keadaan berantakan karena ulah ratu sekolah, Keily itu sangat gugup ketika berdiri diantara semua teman-teman yang duduk. Tentu saja, semua mata tertuju padanya, dan itu sungguh membuatnya gugup.

“Owh! Ternyata Putri Tidur kita yang mendapat pertanyaan pertama!” seru pembina yang langsung menambah kegugupan Aesira naik seratus persen.

“Baik, Ae. Pertanyaan untuk kamu. Tapi, sebelum itu … kamu harus menjawab dengan jujur, ya.”

Gadis berjaket hitam dengan kupluk membungkus rambut sebahunya itu mengangguk saja.

“Hal yang kamu inginkan saat ini.”

Pandangan semua siswa mengarah pada pembina. Sementara Aesira, dengan perlahan mengangkat sendiri wajahnya mengarah pada pembina.

“Hal yang sangat saya inginkan, adalah … ibu saya,” jawab Aesira.

***

Para siswi bergelut dengan masakan di dapur swadaya. Hanya ada sepiluh siswi yang benar-benar mengerjakan tugas memasak untuk memberi makan enam puluh siswa, sisanya hanya menumpang beristirahat juga menumpang eksis agar para laki-laki yang berada di deretan tenda sebelah tertarik dengan mereka.

“Ini hanya memotong bawang. Kau pasti bisa melakukannya, Judy.”

Gadis itu menyingkirkan ponselnya ke saku jaket. “Hei, kau pikir tanganku ini seperti tangan pembantu?! Jangan menyuruhku! Kerjakan saja sendiri!”

Rui berniat memukul kepala gadis di hadapannya jika saja Aesira tidak mencegah.

“Sudah, biar aku saja. Meminta para gadis-gadis terawat seperti mereka hanya akan membuang waktu. Lebih baik kita selesaikan ini sendiri agar semua orang bisa cepat sarapan.”

Aesira memandu sembilan gadis untuk bergelut di dapur memasak pancake saus stroberi, salad, telur, sosis, dan jus jeruk berhasil terabaikan di wadah besar. Satu per satu semua murid berbaris sambil membawa piring yang dibagikan sebelumnya. Melihat teman-teman sudah mengambil bagian masing-masing dan menikmati menu sarapan mereka, Aesira bersama sembilan temannya duduk di kursi dapur.

“Huft, akhirnya selesai juga. Kenapa juga harus tim konsumsi terlambat mengantar makanan? Kan kita jadi repot!” gerutu Rui.

“Aku mengira, mereka tidak terlambat tapi, memang sengaja memperlambat.”

“Maksudmu, Ae?” tanya gadis berlapang dua di sebelah Rui.

“Entahlah, ini hanya perkiraanku saja.”

Di tengah mereka melepas penat, pembina masuk ke tanda dapur. Membuat sembilan gadis itu sontak berdiri memberi hormat.

“Ini untuk kalian,” tukas Pembina sembari mengeluarkan bungkus makanan dari tas berukuran besar bergambar kartun.

“Saya sengaja meminta tim konsumsi tidak datang agar mereka bisa belajar hidup dalam lingkup kekurangan. Dan, karena hanya kalianlah yang sigap memasak pagi ini, jadi kalian mendapat jatah makanan eksklusif.”

Mata mereka semua berbinar mendapatkan kejutan tersebut.

“Jangan sampai ini ketahuan yang lain, saya pergi dulu,” pamit Pembina sembari menutup pintu tenda.

Mereka makan dengan lahap dengan menu yang berbeda dengan teman lain di luar sana. Ayam goreng dengan saus, nasi rempah, dan juga salad buah.

Selesai makan, Aesira izin kepada pembina untuk mengambil air bersama lima dari sembilan temannya di dapur. Masing-masing orang membawa satu bak ukuran sedang. Di perjalanan, mereka berbagi cerita, padahal mereka ini berasal dari berbagai kelas dan sebelumnya belum pernah mengenal satu sama lain. Dan ini, membuat Aesira termenung, ternyata pemikirannya selama ini salah. Ternyata, berteman dengan banyak orang tidaklah semenakutkan apa yang ia perkirakan.

“Keily itu tidak akan menjadi apa-apa tanpa orang tuanya!”

“Iya, benar. Dia saja yang sombongnya melebihi dewi. Menurutku, aku lebih cantik dari pada nenek sihir itu.” Gadis dengan beanie hat abu-abu itu menepuk pundak Rui dengan satu jarinya.

“Benar kan tadi kau menyebut wanita sombong itu nenek sihir?”

Rui mengangguk. “Tentu saja, dia pantas mendapatkan julukan itu. Lihat saja raut wajahnya yang selalu terlihat marah.”

Para gadis itu bergosip dengan siang sambil tertawa, sementara Aesira yang berjalan di depan hanya bisa berdecak pelan. Ia memutar kepalanya ke belakang sambil tetap berjalan.

“Tidak baik membicarakan orang lain, kalau orang yang kalian bicarakan tiba-tiba datang dan mendengar ini bagaimana?”

“Ah! Itu mustahil, Ae! Gadis itu tidak akan berani menyentuh kawasan ini.”

Mereka tertawa lagi dan berhenti sejenak di tepi air terjun. Aesira menghadapkan badan ke arah mereka sambil melipat tangan ke dada.

“Ada apa? Kenapa mendadak kalian terdiam?”

Rui mengangkat tangannya dan lurus menunjuk ke belakang Aesira. Bukan hanya Rui, empat orang lainnya melotot ke arah yang ditunjuk Rui barusan.

“Ada apa?” tanya Aesira lagi. Tidak ada jawaban. Aesira memutar badan dan mengetahui jikalau orang yang baru saja menjadi topik hangat di antara teman-temannya tadi berdiri tegak di tengah-tengah permukaan atas air terjun yang airnya surut.

“Ke-Keily?”

Dengan hati-hati, Aesira mendekati gadis bermuka masam itu. Berjarak selangkah mereka saling adu pandang.

Tanpa aba-aba, Keily mencengkeram kerah jaket Aesira dan membuat gadis itu sedikit berjinjit.

“Jika bukan karena aku melihat dengan sendiri kau berciuman dengan Kay, aku tidak akan sudi ke tempat ini, brengsek!” teriak Keily di depan wajah Aesira.

Kedua alis Aesira bertaut, ia sungguh tak mengerti ucapan Keily tersebut. Disaat ia hendak menjelaskan bahwa apa yang dituduhkan kepadanya tidak benar dan juga niatan teman-teman gadis berambut sebahu itu membantunya lepas dari cengkeraman ratu sekolah. Keily, dengan sekali hempasan melempar gadis itu jatuh ke air terjun.

“Pergi dari hidupku!!!” teriak Keily puas.

Sementara itu, Rui dan teman-temannya berteriak keras karena terkejut juga kecewa tidak bisa menyelamatkan teman mereka.

Para siswa yang mendengar teriakan mereka sontak saja menusuk untuk memastikan tidak ada keadaan bahaya.

Rui balik mencengkeram kerah baju Keily.

“Kenapa kau melakukan ini?!” bentak Rui marah dan tangis menyatu. Namun, gadis itu tak berkutik dan membisu.

...**Jangan Lupa vote dan komentarnya🤗...

...Terima kasih💖**...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!