Tengah malam ponsel Lia tiba-tiba berdering. Mengusik tidur Lia maupun Leo, lia beranjak dari berbaringnya untuk mengambil ponselnya. Matanya memicing melihat nomor asing tertera di layar ponselnya yang menyala terang, penasaran Siapa yang menghubunginya, Lia pun segera menerima panggilan tersebut.
"Lia!!"
Deg...
Kedua Pupil mata Lia membulat sempurna mendengar suara familiar di seberang sana. Lia mengenal betul suara itu, lalu pandangan Lia bergulir pada Leo yang kembali tertidur pulas. Tak ingin Leo mendengar obrolannya dengan si penelpon, lia memutuskan untuk pergi ke balkon.
"Mau apa kau menghubungiku?" tanya Lia dengan nada sinis dan tajam.
"Aku membutuhkan uang. Jadi kirim secepatnya padaku!!"
"Aku tidak punya uang!! Kenapa kau selalu memintanya padaku?! Dan aku tidak akan pernah memberikan sepeser uang pun padamu!!"
"Benarkah!!! Apa itu artinya Kau sudah siap untuk hancur?! Apakah lupa, Lia? Jika kartu As-mu berada di tanganku!! Jadi jangan macam-macam denganku. Jika kau ingin rahasiamu tetap aman, segera kirimi aku uang atau kau akan menyesal?!"
"Brengsekk!!" Lia berkata kasar. Orang itu benar-benar membuatnya frustasi dan hampir gila. "Oke, aku akan menuruti kemauanmu. Secepatnya akan ku kirim uang itu, tapi jangan coba-coba membuka rahasiaku pada keluarga Qin!!"
"Aku tidak bisa berjanji, selama kau masih menjadi pohon uangku. Maka semua bisa diatur!!"
Lia memutuskan memutuskan sambungan teleponnya begitu saja. Dia tidak tahu pria itu mendapatkan nomor barunya dari mana!! Padahal Lia telah mengganti nomornya, tapi dia masih bisa menghubunginya.
Wanita itu menggelengkan kepalanya. Hal ini tidak bisa dibiarkan, jika orang itu sampai membuka suara maka hidupnya akan hancur. Keluarga Qin bisa menjebloskannya ke dalam penjaraa jika mereka sampai tahu jika bayi di dalam perutnya adalah anak orang lain. Dan Lia harus segera mencari cara untuk mengatasi masalah ini.
Lia berbalik dan segera kembali ke kamarnya sebelum Leo bangun. Namun tanpa Lia sadari, seseorang telah mendengar obrolannya tadi. Dan seringai tampak di bibir orang tersebut. Persis seperti dugaannya, jika memang ada yang tidak beres pada wanita itu.
.
.
Suasana pemandangan pagi hari di kota Seoul begitu menyejukkan mata. Matahari mulai menampakkan cahayanya untuk menyinari Bumi. Beberapa bunga mawar mulai bermekaran.
Tak hanya bunga mawar saja, bunga-bunga lain juga turut serta mengeluarkan kuncup bunganya yang indah. Burung-burung kecil bercicit saling bersahutan, menyambut datangnya pagi di hari yang baru.
Di kediaman mewah keluarga Qin, seorang perempuan terlihat berjalan kearah balkon. Perempuan itu adalah menantu bungsu keluarga ternama tersebut, yang pastinya adalah Serra. Dia lalu menghirup udara pagi yang menyegarkan. Dadanya menggembung, bagaikan terisi udara segar. Kemudian dia menghembuskannya melalui mulutnya.
"Ah! Pagi yang indah..." gumam Serra. Dia mendongak ke atas. Matanya memandang awan-awan yang melintasi langit pagi itu. Sungguh indah.
Sepasang tangan yang memeluknya dari belakang sedikit mengalihkan perhatiannya. Serra menoleh dan bibirnya langsung disambut oleh bibir Luis. Bibir laki-laki itu mengecup bibir Serra dengan singkat.
"Pagi," sapa perempuan itu sambil tersenyum lembut.
"Pagi juga, Sayang." Jawab Luis lalu meletakkan dagunya di pertopangan leher Serra.
Keduanya kemudian menikmati suasana pagi yang sejuk dan indah. Angin pagi yang berhembus terasa begitu alami, karena belum terkontaminasi dengan udara kotor yang dihasilkan oleh asap yang berasal dari bahan bakar kendaraan. Baik roda dua maupun roda empat.
Serra melirik ke belakang. Menatap Luis dari ekor matanya. "Kenapa belum siap-siap? Apa kau tidak pergi ke kantor?" tanya Serra penasaran. Luis menggeleng, kemudian laki-laki itu menutup matanya. Menandakan jika dia sedang tak ingin membahas apapun. Dan Serra mengerti akan hal itu.
Mereka saling diam untuk sejenak. Tak ada yang berbicara antara keduanya, keduanya sama-sama diam dalam keheningan dan sama-sama menikmati sejuknya angin pagi.
Di atas sana terlihat sang mentari telah merangkak menuju singgasananya, meninggalkan peraduannya untuk menggantikan posisi bulan yang telah kehabisan waktu mendampingi bumi. Serra menutup matanya ketika merasakan basahnya bibir Luis mengecup pipinya. Ia menyukai moment semacam ini.
"Dokter Kim, sudah menghubungiku dan hasilnya positif. Kau benar-benar Putri kandung Bibi Margaretha yang selama ini hilang. Aku juga sudah memberitahunya, dan kami sepakat untuk mengikuti permainan Lia. Sepertinya dia sangat ingin sekali menjadi putrinya, dan kita kabulkan saja keinginannya." Ujar Luis.
Sontak Serra menoleh dan menatap Luis dengan pandangan tak percaya."Apa kau bilang? Aku benar-benar Putri, Bibir Margaretha yang selama ini hilang?" Luis menganggukkan kepalanya. Membenarkan ucapan Serra.
"Ya, dia memang ibu kandungmu." Jawab Luis.
Kedua mata Serra langsung berkaca-kaca mendengar hal itu. Jadi itu artinya dirinya bukanlah Putri yang tak diinginkan oleh kedua orang tuanya, karena selama ini Serra berpikir jika kedua orang tuanya memang sengaja membuangnya. Tetapi kebenaran yang sesungguhnya tidaklah demikian.
"Hei, apa yang kau tangisi? Bukankah seharusnya kau merasa bahagia?" Luis mengangkat tangannya. Jari-jarinya menghapus air mata yang mengalir dari sudut mata Serra. "Ini adalah kabar yang membahagiakan, jadi tidak seharusnya kau menangisinya."
Serra menggelengkan kepala. "Aku menangis bukan karena sedih, melainkan karena bahagia. Dulu aku sempat berpikir jika diriku adalah anak yang tak dinginkan. Aku berpikir jika kedua orang tuaku sengaja membuangku, tapi kebenaran ini membuatku sadar jika sebenarnya aku sangatlah berharga." Ujarnya panjang lebar.
Luis tersenyum mendengar ucapan Serra. Ya, dia memang pernah mendengar curahan hatinya. Tetapi itu dulu, ketika mereka masih sama-sama kuliah. "Dibalik setiap air mata yang kita teteskan, pasti terselip kebahagiaan yang Tuhan persiapkan. Dan ini adalah buah dari kesabaranmu," ucap Luis dengan senyum yang sama.
Serra mengangguk. Kemudian dia berhambur ke pelukan Luis. "Terimakasih, Lu. Ini berkat dirimu. Jika bukan karena kau, aku tidak akan pernah tau siapa orang tuaku yang sebenarnya."
Luis mengangkat kedua tangannya dan membalas pelukan Serra. "Sama-sama, Sayang. Karena membahagiakanmu sudah menjadi tugasku sebagai suamimu." Ucapnya sambil mengeratkan pelukannya.
Betapa beruntungnya Serra karena memiliki suami seperti Luis yang sangat menyayanginya. Dan dia akhirnya sadar, jika takdir manusia sudah tertulis bahkan sebelum dilahirkan ke dunia ini.
Takdir baik maupun buruk, adalah sebuah misteri. Baik itu kelahiran, kematian, rezeki dan jodoh. Tak ada yang mengetahuinya, karena semua itu hanyalah Tuhan yang tau. Termasuk takdir Serra, bahkan dia tak menduga jika akan menikah dua kali di usia yang masih sangat muda.
Luis melepaskan pelukannya dan menatap wajah cantik sang istri. "Mandi dulu, gih. Setelah ini kita sarapan sama-sama. Karena Mama dan yang lain sudah menunggu kita." Ucap Luis dan dibalas anggukan oleh Serra.
"Baiklah."
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
akhir nya, Serra memiliki ibu kandung...
2024-11-05
0
Yunerty Blessa
jangan² lelaki yang menghubungi Lia adalah ayah kandung untuk bayi dikandung oleh Lia
2024-11-05
0
Sumawita
Lia tunggu lah kehancuran mu
2023-03-17
0