Berkali-kali laki-laki itu melihat jam yang melingkari pergelangan tangannya. Sudah lebih dari 30 menit dia menunggu di bandara, tetapi orang yang dia tunggu belum juga menampakkan batang hidungnya. Dan itu membuatnya kesal setengah mati.
Ocehan dan dumalan berkali-kali keluar dari bibirnya. Ekspresi wajahnya menunjukkan Jika dia benar-benar sedang kesal, dan bagaimana dia tidak kesal, karena sang kekasih sudah membuatnya menunggu sampai selama itu.
Sementara itu... Di sebelahnya seorang laki-laki dalam balutan kemeja hitam lengan terbuka dan celana yang senada dengan warna kemejanya, terlihat sibuk dengan ponselnya dan dia tak terganggu sedikit pun oleh ocahan-ocehan yang berkali-kali keluar dari bibir laki-laki di sebelahnya.
"Aisah, kenapa ponselnya malah tidak bisa dihubungi? Sebenarnya pergi ke mana sih gadis ini?!" ucapnya dengan frustasi.
"Ck, diamlah kau terlalu berisik!!" komentar laki-laki yang duduk di sebelahnya.
Sontak laki-laki itu pun menoleh dan menatap sebab pada temannya tersebut. "Dasar kulkas dua pintu!! Disaat seperti ini tidak bisakah kau bicara yang lebih enak didengar?!" gerutu laki-laki itu yang tak lain dan tak bukan adalah Noah, kekasih Victoria. Dan laki-laki yang ada di sebelahnya adalah Luis.
Luis memutar matanya dengan jengah. Tidak Justin, tidak Noah, ternyata sama saja. Mereka sama-sama berisik dan menyebalkan, dan jika boleh memilih Luis lebih baik sendirian dari pada bersama salah satu dari mereka berdua.
"Noahh!!"
Dan teriakan itu membuat Noah seperti mendapatkan oasis di tengah padang gurun yang tandus. Noah pun buru-buru menoleh tetapi tidak dengan Luis. Laki-laki itu masih tetap disibukan oleh ponselnya. Kekasihnya itu tak hanya sendirian, tetapi dia dengan seorang gadis yang tak kalah cantik darinya.
Noah pun segera berdiri dan menghampiri kekasihnya sambil merentangkan kedua tangannya. Keduanya kemudian sama-sama berteriak memanggil nama masing-masing.
"Victoria...!!!"
"Noah...!!"
"Victoria...!!!"
"Noah...!!!"
Serra hanya mendengus pemandangan menggelikan itu. Begitupun dengan Luis, lalu pandangan secara bergulir pada laki-laki yang sepertinya masih belum menyadari keberadaannya. Serra tersenyum lebar, sungguh sebuah kebetulan mereka bisa bertemu disini. Dan pertemuan mereka benar-benar tidak terencana.
Perempuan itu mengagumkan kedua kakinya bergantian dan menghampiri Luis yang kembali disibukkan oleh ponselnya. Dan ketika Serra hendak menyapanya. Tiba-tiba Luis berdiri setelah ponselnya berdering. Tanpa mengatakan apapun, Luis berjalan meninggalkan bandara.
Serra menatap kepergian laki-laki itu dan menghela napas panjang. Mungkin memang bukan hari ini ia dan Luis ditakdirkan untuk bertemu kembali. Jika saja Luis menoleh sedikit saja, pasti dia melihatnya. Tetapi Luis tak menolah sedikit pun dan hanya sibuk dengan ponselnya.
"Loh, kemana perginya kulkas dua pintu itu?" heran Noah karena tak lagi mendapati keberadaan Luis. Akhirnya Serra membuka suaranya dan menjawab kebingungan Noah. "Aish, benar-benar bukan teman yang setia. Sudahlah biarkan saja dia duluan!!"
"Sepertinya kalian berdua membutuhkan lebih banyak waktu untuk saling melepaskan Rindu. Kalau begitu aku duluan, tolong jaga Vic ya." Seru Serra. Kemudian dia meninggalkan sepasang kekasih tersebut.
.
.
Rintik-rintik air yang turun dari langit tak membuat laki-laki tampan itu untuk segera pergi dari sungai yang tenang nan jernih itu. Rasa rindu yang amat besar mampu membuatnya tak sadar jika hari akan hujan.
Laki-laki itu baru saja pulang dari luar negeri beberapa jam yang lalu, dan langsung pergi ke Sungai yang tak jauh dari kantornya setelah keluar dari bandara. Bahkan dia meninggalkan Noah begitu saja tanpa mengatakan apapun terlebih dulu padanya. Luis buru-buru pergi ke Sungai Han karena ia sangat merindukan seseorang.
Laki-laki itu 'Luis' berdiri sambil memasukkan kedua tangannya di dalam saku celananya dan memandang ke arah Sungai dengan pandangan menerawang jauh. Meski mata hitamnya fokus ke permukaan air jernih itu, tapi nyatanya laki-laki tampan itu tengah melamunkan seorang perempuan yang kini tengah ia rindukan.
"Air hujan bisa membuat pakaianmu basah meski hanya rintik-rintik kecil." Ujar seseorang yang tiba-tiba datang dan berdiri di belakangnya.
Luis tersentak kaget, seketika ia pun tersadar dari lamunannya. Ia mengalihkan pandangannya pada perempuan yang ada di sampingnya saat ini. Hingga setelah ia berhasil menatap siapa perempuan itu, Luis melebarkan matanya tak percaya.
"Serra," ucapnya dengan Lirih.
"Lama tidak bertemu, Luis." gadis itu tersenyum lebar.
Dan detik berikutnya tubuh Serra sudah berada diperlukan Luis. Serra tersenyum semakin lebar. Dia mengangkat kedua tangannya dan membalas pelukan laki-laki itu.
"Serra, aku sangat merindukanmu." Ucapnya setelah berbisik. Dan ini pertemuan mereka setelah dua bulan lebih. Lebih tepatnya setelah Serra dan Leo resmi berpisah.
Serra tersenyum manis. "Aku juga merindukanmu, Luis. Sangat-sangat merindukanmu."
"Jangan pergi lagi," lirih Luis memohon.
Serra memicingkan matanya kemudian dia melonggarkan pelukannya dan menatap Luis penuh tanya. "Kenapa?" Dia membutuhkan penjelasan atas ucapan Luis barusan. "Bukan aku yang pergi, tapi kau yang minggat ke luar negeri." Ucap Serra.
"Jangan pernah pergi lagi dari hidupku!!" bisik Luis sekali lagi.
Serra semakin kebingungan dengan ucapan Luis. Kata-katanya begitu ambigu dan sulit untuk diartikan, memangnya kenapa jika dia harus pergi dari hidup Luis? Bukankah ia dan Luis juga tidak memiliki hubungan apapun? Laki-laki itu membuatnya bingung.
"Memangnya kenapa?" Serra bertanya sekali lagi.
"Menikahlah denganku, Serra!!" pinta Luis tanpa banyak basa-basi.
Membuat perempuan cantik itu terkejut dan menatap dua iris hitam pria yang barusan mengatakan hal yang menurutnya gila itu tak percaya.
"Hah?!"
Kemudian laki-laki dalam balutan kemeja hitam lengan terbuka itu merunduk, menyerukan wajahnya mendekati paras ayu Serra, menghembuskan aroma mint yang segar. Serra menegang saat wajah laki-laki itu mulai mendekat kearah bibirnya, seakan-akan ingin menjangkau bibir tipisnya.
Gerakan laki-laki tampan itu berhenti, namun kedua mata hitamnya yang tajamnya menatap penuh kabut bibir merah alami dengan tatapan mendamba.
"Menikah denganku," ulangnya dengan suara serak menahan sesuatu.
Serra hanya mematung, otaknya sudah hilang entah ke mana, ucapan Luis benar-benar membuat otaknya blank.
Apa Serra tidak salah dengar? Luis mengajaknya menikah tanpa mengajaknya berkencan terlebih dulu. Membuat Serra bingung dan galau setengah mati. Antara menerimanya atau tidak, karena Luis melamarnya terlalu tiba-tiba.
"Luis, jangan bercanda!!"
"Siapa yang bercanda? Aku bersungguh-sungguh, Serra. Sudah lama aku menyukaimu, hanya saja selama ini aku tidak tahu bagaimana caranya mengungkapkan perasaanku padamu, hingga aku hanya bisa memendamnya tanpa berani mengatakan perasaan yang aku pendam selama bertahun-tahun."
"Tapi, Luis. Apa aku pantas untuk bersanding denganmu?" Serra menatap Luis dengan sedih.
"Aku tidak mau mendengar alasan apapun, kau hanya perlu mengatakan iya atau tidak!!"
Serra mengepalkan tangannya. Dengan pelan Serra menganggukkan kepalanya. "Ya, aku mau. Aku mau menikah denganmu, Luis."
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
akhir nya Serra mahu kembali lagi dengan Luis
2024-11-04
0
Yunerty Blessa
pasti Serra
2024-11-04
0
Dea
bahagianya 🥰🥰🥰 akhirnya Luis jjr dengan perasaannya,,,
semoga Serra menerima lamaran Lui
bukan mimpi ya Thor...hehehehe
2023-03-11
0