Cintai Aku, Suamiku!
"Berapa kali aku harus mengatakannya agar kalian mengerti. Aku sama sekali tidak mencintainya, baik sekarang atau di masa depan, aku tidak akan pernah mencintai wanita munafik sepertinya. Jadi berhenti memaksaku untuk mempertahankan pernikahan ini" Adam berucap dengan nada tinggi menatap sosok perempuan paruh baya di hadapannya yang tak lain adalah ibunya, Davikah Anantasya
Plaakkk..
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan Adam. Raut wajah ibunya memerah karena amarah. Dadanya terasa sesak dengan air mata yang sejak tadi tertahan di sudut matanya menyaksikan perubahan sifat anaknya yang semakin keterlaluan.
"Jaga ucapan kamu Adam. Naura bukan wanita yang bisa kamu perlakuan dengan kejam seperti ini.. " Seru Davikah tajam
"Seharusnya aku yang berkata seperti itu.. Atas dasar apa kalian memperlakukan Clara seperti itu dan malah mendukung wanita munafik itu. Apa perbuatannya selama ini masih kurang jelas? Atau kalian yang memang sengaja menutup mata?" Kecam Adam tak kalah menohok
"Bukan kami yang buta, tapi kamu yang buta. Kamu bahkan tidak bisa membedakan antara permata asli dan palsu. Betapa bodohnya kamu. Wanita yang begitu tulus mencintaimu justru kamu hancurkan dan injak-injak layaknya sampah? "
"Dia pantas mendapatkan itu. Aku tidak membutuhkan cintanya sama sekali. Dia tahu jelas akan hal itu. Satu-satunya yang aku cintai adalah Clara. Jadi dengan atau tanpa dukungan dari keluarga ini, aku akan tetap menikahi Clara setelah dia menyetujui perceraian ini"
"Aku menyetujui perceraian ini"
Ketiganya seketika menoleh ke arah tangga. Seorang gadis dengan tubuh kurus, wajah pucat dan perban di beberapa tubuhnya berusaha menopang dirinya yang hampir jatuh dengan sisa-sisa tenaganya agar tidak ambruk di tempat itu. Raut wajahnya datar dengan sorot mata kosong menatap ke arah pria yang baru saja mengucap cerai akan dirinya.
Ini bukan pertama kalinya Adam mengungkit soal perceraian itu. Jika bukan karena bujukan dari Davikah, mungkin Naura sudah melakukannya beberapa minggu sebelumnya. Namun apa yang bisa ia lakukan, perasaan cinta dan takut seolah menjerat dirinya untuk tetap memaklumi sikap kasar dari suaminya.
"I-ini tidak benar. Kamu masih sakit. Biar Mama membawamu ke kamar. Soal perceraian kita bisa membicarakannya baik-baik di lain hari"
"Tidak Ma. Aku baik-baik saja. Apa yang dikatakan Adam memang benar, seharusnya sejak lama aku menyetujui perceraian ini" Tutur Naura tak lagi terpengaruh akan bujukan dari Davikah
"Apa lagi yang kamu mainkan disini? Apa kamu masih belum puas berpura-pura ?"
"Cukup Adam. Hentikan omong kosong kamu, sampai kapan pun satu-satunya menantu dari keluarga ini adalah Naura" Bentak Davikah menatap tajam ke arah anaknya
"Maaf Ma. Tapi aku.. Lelah. Aku muak dengan semua ini. Aku sudah cukup bersabar selama dua tahun pernikahan ini. Tapi apa yang aku dapatkan? Hanya cacian dan makian yang aku dapatkan. Tak pernah seharipun aku merasa aman saat berada di rumah ini, selain rasa takut aku tidak merasakan apapun lagi. Bahkan aku lupa seperti apa rasa sakit itu.. " Naura tertawa sinis, menertawakan dirinya yang perlahan jatuh dalam jurang kegelapan tanpa dasar
"Bagaimana dengan perusahaan ayahmu? Apa kamu sudah tidak memikirkannya lagi?" Entah sadar atau tidak, Davikah yang sudah diselimuti perasaan amarah, mengungkit akan perusahaan ayah Naura yang baru saja berjalan normal setelah mendapat bantuan dari perusahaan keluarga Louis
Naura tertegun diam. Selama beberapa tahun ini, hubungannya dan ayahnya menjadi semakin renggang setelah kepergian ibunya. Bahkan pernikahan ini, juga berawal dari persetujuan ayahnya dan Ibu Adam.
"Lakukan sesukamu. Harta dan reputasi tak bisa dibandingkan dengan kebahagiaan dari anakku. Aku selalu berfikir dia hidup dengan baik di keluarga ini, tapi kenyataanya sangat berbanding terbalik dengan yang aku lihat saat ini"
Dari arah pintu masuk, seorang pria paru baya dengan seorang pria dibelakangnya, menghampiri mereka dan menyela pembicaraan mereka. Dia adalah Darius Robertson. Ayah kandung dari Naura. Sementara pria di sampingnya, adalah sahabat dari Naura, William Ludwig. Pria yang selama beberapa hari ini dikabarkan dekat dengan Naura meski keduanya hanya berteman.
"Aku sangat bodoh hingga menyerahkan putriku pada seorang pria kejam sepertimu. Kebaikan yang diberikan oleh istriku beberapa tahun yang lalu, justru kamu balas dengan tangisan. Apa kamu tidak memiliki hati nurani? Bahkan jika kamu tidak menyukainya, kamu tidak seharusnya membuatnya menderita seperti ini" Tanpa sadar air mata Darius menetes menyaksikan kondisi putrinya yang begitu memprihatinkan. Putrinya yang ceria sangat berbeda dengan yang ada dihadapannya saat ini
Tak ada senyum sedikit pun di wajahnya. Sorot matanya kosong, memperlihatkan rasa sakit yang begitu dalam. Tubuhnya yang dulu begitu dirawat nya, kini dipenuhi luka dan lebam memerah keunguan.
"Cukup Pa hiks.. " Naura jatuh tersungkur di lantai, kakinya tak mampu lagi menopang tubuhnya. Pikirannya kacau. Hatinya benar-benar hancur saat ini. Entah kesalahan apa yang dulu pernah dilakukannya hingga ia harus menerima penderitaan dan penghinaan seperti ini
...
Di tengah perhelatan hati dan pikirannya, sebuah suara tiba-tiba muncul di pikiran Naura "Bukankah sudah kukatakan untuk berhenti? Berhenti bersikap keras kepala dan biarkan aku yang menyelesaikannya. Dia sama sekali tidak mencintaimu, dia tidak menghargaimu sedikitpun, semua pengorbananmu di masa lalu tak akan pernah ternilai dimatanya"
"Aku.. Lelah.. Aku ingin beristirahat.. Aku muak dengan semua ini.. "
"Tidak apa-apa. Mulai sekarang, aku yang akan melakukannya. Kamu hanya perlu diam dan melihatku membalas perbuatan mereka satu per satu" Seorang gadis dengan tampilan yang begitu mirip dengan Naura, memeluk tubuhnya menenangkannya
...
"Naura.. Kamu baik-baik saja? Jawab aku Naura?" William memeluk tubuh Naura yang saat ini tersungkur di lantai dengan mata tertutup
Namun beberapa detik kemudian, Naura kembali membuka kedua matanya. Sorot mata yang berbeda jauh dengan dirinya yang sebelumnya "Aku baik-baik saja. Dan juga, panggil aku Nara mulai dari sekarang. " Tutur Naura lalu bangkit berdiri dengan dibantu oleh William
"N-nara?" Darius seketika membatu di tempat, ia sadar jika gadis yang saat ini berdiri di depannya bukan Naura melainkan Nara. Alter ego dari putrinya yang selama ini tidak pernah dilihatnya
Nara lalu menatap Adam tajam dengan seringai nya "Kamu bebas. Kamu bisa menikah dengannya sesuka hatimu. Mulai sekarang, tidak ada hubungan apapun lagi di antara kita" Tutur Nara menandatangani berkas perceraian yang ada di atas meja
Deg..
Sesaat setelah Naura mengatakannya, Adam merasakan perasaan aneh di hatinya. Ia tidak merasa senang sedikit pun. Selain perasaan aneh dan asing itu, tak ada lagi yang dirasakannya saat ini.
"T-tunggu Naura.. "
"Tidak perlu menahanku lagi Ma. Sebuah pernikahan dilakukan oleh dua orang, jika hanya satu yang menerima dan terus-terusan berkorban maka itu bukan lagi pernikahan" Tutur Nara dingin sebelum memutuskan naik ke kamarnya kembali
"Om? Apa yang terjadi? Nara?" Tanya Willian kebingungan
" Dia bukan lagi Naura yang kamu kenal sebelumnya. Dia adalah Nara, Alter ego dari putriku" Jawab Darius merasakan pahit dalam hatinya karena ia satu-satunya yang tahu karakter dari Nara
"Alter ego? Dua kepribadian?"
"Itu benar. Dia yang saat ini, memiliki sifat yang berbanding terbalik dengan Naura, layaknya hitam dan putih" Jawab Darius untuk terakhir kalinya sebelum pergi meninggalkan rumah itu
...🥀🥀🥀...
Note :
* Alterego : karakter atau kepribadian yang dibentuk oleh seseorang untuk mengatasi ketidakmampuan atau minimnya kesempatan dalam melakukan sesuatu yang diinginkan secara maksimal. Dengan menciptakan karakter sendiri yang lebih ideal, kamu membayangkan hidup di kondisi yang lebih baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Ria Vtria
hay aku mampir,, mampir juga di ceritaku y 😊 ☺
2023-04-01
0