Dira segera duduk di sofa depan William. Bersedia mendengar kesepakatan yang akan di sebut oleh sepupunya itu.
"Jadi kesepakatan apa yang kamu maksud?" Tanya Dira kemudian
"Bantu aku dekat dengan Naura sebagai balasannya aku akan memenuhi 3 keinginanmu"
"Cuma 3 ?"
"Itu sudah kapasitas maksimal yang aku bisa. Kecuali jika kamu sadar diri saat meminta sesuatu"
"Aku tidak bisa menjamin kalian bisa dekat, bagaimana pun dia itu masih berstatua sebagai istri orang. Kamu tidak mungkin bernoat menjadi seorang perusak rumah tangga orang bukan?"
"Tidak.. Tidak.. Yang aku mau hanya dekat dengannya, meski hanya sebatas teman. Itu sudah cukup untukku. Masalah yang lainnya, aku bisa memikirkannya saat dia resmi bercerai"
"Naura kebetulan tengah membuat beberapa desain pakaian, bagaimana jika kamu memulai menjadi model nya?"
"Mengapa tidak memberitahuku lebih awal, aku tentu saja akan melakukannya"
"Tapi sebelum itu, dapatkan ini untukku terlebih dahulu. Dengan reputasimu itu, mendapatkannya hanya hal kecil bukan?"
Dira menyodorkan ponselnya memperlihatkan sebuah tas keluaran terbaru hanya ada beberapa di seluruh dunia.
"Aku sudah tau kamu akan meminta hal seperti ini.. " Ucap William sudah menduganya mengingat Dira yang merupakan seorang pecinta fashion
"Tunggu kabar dariku.. Dan juga berikan aku kontak Naura" Pinta William menyodorkan ponselnya
"Rasanya aku merasa bersalah karena mengkhianati Naura" Ucap Dira memberikan kontak Naura
"Bagaimana bisa kamu merasa bersalah, disaat dia bahkan hidup dengan suami kejam seperti itu"
"Kalian sama saja.. "
"Tentu tidak. Bahkan jika aku tidak begitu suka berinteraksi dengan wanita lain, itu tidak berlaku untuk wanita yang aku cintai"
Mendengar William berkata seperti itu membuat Dira merasa mual dan langsung berbalik pergi ke kamarnya "Pergilah.. Aku mau istirahat" Usir Dira tak ingin mendengar omong kosong dari William lagi
William hanya menurutinya dan pergi dari apartemen Dira karena bagaimana pun ia sudah mendapat kontak Naura.
...***...
Naura yang baru saja tiba di rumah setelah kembali dari restoran tadi, segera naik ke kamarnya karena merasa lelah. Sejak pertengkarannya pagi tadi, ia sudah merasa sedikit pusing. Terlebih lagi rasa sakit ditubuhnya yang tiap hari disembunyikannya semakin terasa tak kalah luka memar itu semakin memerah keunguan.
"Nona baik-baik saja?" Tanya Pak Agus yang kebetulan berpapasan dengan Naura saat di tangga menuju kamarnya
"Aku baik-baik saja paman, aku hanya akan istirahat sebentar. Oh iya, dimana Adam?"
"Tuan lagi keluar Non"
"Oh gitu.. Jika dia bertanya, katakan bahwa aku sedang istirahat" Ucap Naura lirih
"Baik Non"
Naura melanjutkan langkahnya ke atas, begitupun dengan Pak Agus yang sesekali menoleh memperhatikan karena khawatir akan kondisi dari Naura.
....
Malam harinya, Adam kembali pulang ke rumah. Kali ini ia tidak pulang sendiri, Clara yang sejak seharian ini bersama dengan Adam, ikut mengikuti Adam pulang ke rumahnya.
Keduanya saling bergandengan saat masuk ke dalam rumah yang tampak sunyi. Naura yang sejak sore tadi mengatakan akan beristirahat, tak kunjung keluar dari kamarnya.
"T-tuan? "
"Bereskan satu kamar untuknya, dia akan menginap disini" Perintah Adam pada Pak Agus
"T-tapi Tuan.. "
"Pak Agus.. Aku sedang tidak meminta pendapat darimu. Lakukan sekarang juga.. " Sela Adam memotong ucapan Pak Agus
"Baik tuan" Balas Pak Agus pasrah, lalu segera naik ke atas membersihkan kamar tamunya
"Apa ini tidak apa-apa?" Tanya Clara memegang lengan Adam ragu-ragu
"Iya kamu tidak perlu khawatir" balas Adam mengusap rambut Clara
"Apa aku boleh berkeliling?" Tanya Clara penuh harap
"Tentu saja. Lakukan sesukamu, aku akan berada di ruang kerja di lantai dua" Jawab Adam mengizinkan
Adam lalu meninggalkan Clara dan naik ke lantai atas. Membiarkan Clara berkeliling dan melakukan apapun di rumahnya itu, sembari menunggu Pak Agus selesai membersihkan kamar untuknya.
.....
Naura yang masih berada di kamarnya, akhirnya terbangun saat alarm di ponselnya berbunyi. Ia lalu keluar dari kamarnya, dengan membawa buku desainnya berniat ke ruangan lukisnya untuk menyelesaikan desainnya sebelum Dira menelpon dan mengomelinya kembali.
"Apa sebelumnya aku lupa menutupnya?" Gumam Naura saat melihat pintu ruang lukisnya terbuka
Naura lalu masuk kedalam mengeceknya dan betapa terkejutnya dia saat mendapati seseorang yang begitu dibencinya berada di ruangan itu.
"Apa yang kamu lakukan disini?" Seru Naura langsung menarik lengan Clara menjauh
Namun karena kaget, Clara justru menjatuhkan lukisan yang tadi di sentuhnya ke lantai.
"Kamu tidak seharusnya menyentuh lukisan ini.. " Tegur Naura menatap Clara penuh emosi, lalu memperbaiki posisi lukisan itu seperti semula
"Mengapa kamu begitu berlebihan, itu hanya sebuah lukisan. Aku juga bukannya merusaknya.. "
"Cukup.. Keluar dari ruangan ini" Usir Naura tak ingin melanjutkan perdebatan itu
"Berani sekali kamu mengusirku.. "
"Keluar" Seru Naura tajam
"Melihatmu seperti ini, semakin membuatku penasaran dengan lukisan ini. Apa lukisan ini begitu berharga untukmu? Bagaimana jika aku merebutnya? Adam seharusnya tidak akan mempermasalahkannya jika aku memintanya bukan?" Clara berucap dengan senyum licik di wajahnya
Naura yang sedari tadi menunduk berusaha menahan emosinya seketika menatap Clara tajam, dengan sorot mata yang begitu berbeda dengan Naura yang tadi dan..
PLAAKK...
Tamparan kerasa mendarat di pipi kanan Clara membuatnya tertoleh ke samping.
"Kamu.. "
"Kenapa? Kurang?" Tanya Naura meraih rambut Clara dan menjambaknya
"Aaarrrgggfhhhhhhhhhh... "
Clara berteriak sekeras mungkin. Meski ia masih memiliki bte naga, ia memilih untuk diam dan membiarkan Adam datang dan menyelesaikannya untuknya.
PLAAKK..
Belum puas dengan pipi kanan Clara, Naura kembali menampar pipi kiri Clara. Membuat wajah Clara memerah dengan bekas tamparan.
"Naura! "
Dari arah pintu, Adam berteriak dengan raut wajah kaget sekaligus cemas saat melihat Clara yang kini menangis karena dijambak oleh Naura.
"Ck.. " Naura berdecih sembari melepaskan jambakannya
Tanpa menghiraukan Adam, Naura mengambil lukisan tadi berniat pergi meninggalkan ruangan itu.
"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Adam menghentikan langkah Naura
"Apa lagi? Aku hanya memberinya pelajaran karena berani bersikap lancang" Jawab Naura dengan tatapan dingin
Adam seketika tertegun kaget saat melihat tatapan itu, tatapan yang belum pernah sekalipun di perlihatkan oleh Naura selama ini.
"Lepas.. " Ucap Naura menepis tangan Adam dan pergi meninggalkan keduanya
"Aku hanya melihat lukisan itu, aku tidak menyangka jika Naura akan sangat tersinggung karena perbuatanku" Ucap Clara terisak, berusaha membela dirinya
Adam hanya diam, pikirannya masih bingung saat melihat Naura bersikap seperti itu padanya. Seolah-olah ia tengah berhadapan dengan orang lain.
.....
Sembari membawa lukisan itu, Naura turun ke bawah berniat pergi dari rumah itu. Ia yang sekarang sangat tidak mungkin untuk berada di rumah itu, karena nyatanya Naura yang sesungguhnya sudah beralih dengan Nara saat berada di ruangan tadi. Karena itulah, ia bisa dengan begitu berani menampar dan bahkan bersikap kasar pada Adam.
Jika Naura bisa mencintai Adam dengan begitu dalamnya, maka Nara sebaliknya, ia membenci Adam, sebanyak Naura mencintainya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Fatma Kodja
lanjut thor!!👌👌👌👌
2023-03-08
0
Aritonang
mantap....
Rp jgn lama2 donk upnya
2023-03-08
0