Bab 13

Setelah pembicaraannya dengan Gibran di ruang tamu tadi. Adam kini berada di kamar Naura untuk memeriksa kondisinya.

"Wajahnya benar-benar pucat.. " Gumam Adam memperhatikan raut wajah Naura yang begitu pucat

Karena hoodie yang dikenakan Naura saat pulang tadi, Adam tidak melihat dengan jelas luka yang dibalut perban di kepala Naura.

"Sepertinya akan meninggalkan bekas.. " Ucap Adam lalu menyentuh luka Naura

Tepat disaat itulah, tubuh Naura tiba-tiba bergetar seolah merasakan ketakutan. Dengan samar, Naura berbisik dalam tidurnya.

Adam lalu mendekatkan telinganya, mencoba mendengar apa yang dikatakan oleh Naura saat ini.

"Tidak.. jangan pergi.. Aku mohon jangan.. tinggalkan aku.. Maa... hiks.. " Ucap Naura dalam tidurnya dengan air mata yang kini menetes di wajahnya

Adam sedikit tertegun mendengar Naura menyebut ibunya. Dari yang ia dengar, ibu Naura sudah meninggal dari sejak Naura berumur 9 tahun. Untuk alasan dari kematiannya, ayah ataupun Naura sendiri tak pernah menyebutkannya seolah sengaja menyembunyikannya.

Bahkan wajah dari Ibu Naura, tak pernah sekalipun Adam lihat mengingat ia yang tak pernah perduli akan apapun yang menyangkut Naura khususnya setelah kejadian saat kuliah dulu.

"Aku tidak menyangka akan ada hari dimana aku akan merasa simpati padamu seperti ini"

"Bukan hanya hari ini, karena aku yakin di masa depan nanti kamu akan menyesali perbuatanmu selama ini" Sela Gibran yang baru saja tiba di kamar Naura seraya membawa beberapa macam obat

"Itu tidak akan terjadi.. " Ucap Adam yakin

"Memangnya apa yang kamu tahu? Apa menurutmu keluargamu akan begitu bodoh memilih seorang menantu? Tapi aku fikir, wajar jika kamu membela wanita itu hingga seperti ini, bagaimanapun kamu tidak tahu apa-apa"

"Apa maksud kamu?"

"Pikirkan sendiri. Aku hanya datang membawakan obatnya saja" Ucap Gibran bersikap misterius

"Sejak kapan dia mengkonsumsi obat seperti ini?" Tanya Adam saat melihat salah satu obatnya yang merupakan obat tidur dan pereda stress

"Entahlah.. Apa kamu benar-benar tidak mengetahuinya atau hanya berpura-pura tidak tahu"

"Berhenti ber main-main dan katakan yang sebenarnya, aku sudah muak bermain tebak-tebakan denganmu"

Gibran lalu menatap Adam serius. Lalu kemudian menarik selimut Naura, menggulung lengan bajunya hingga memperlihatkan lebam di lengannya.

"Apa menurutmu seseorang yang menahan rasa sakit di tubuhnya bisa tertidur dengan nyenyak?" Tanya Gibran serius berbeda dengan nada bercandanya sejak tadi

Adam mengerutkan keningnya, ini pertama kalinya ia melihat luka lebam ditangan Naura "Apa ini karena aku?" Gumam Adam namun masih bisa di dengar oleh Gibran

"Ini memang karena dirimu. Tidak ada siapapun yang akan berlaku sekasar ini pada Naura selain dirimu"

"Mengapa setiap kali membahas Naura, kamu terus-menerus menyudutkan ku. Apa mungkin kamu yang memiliki rasa terhadapnya.. "

"Omong kosong apa yang kamu katakan. Aku memang perduli padanya, tapi aku sama sekali tidak memiliki perasaan terhadapnya. Semua yang aku lakukan tidak lain karena aku merasa kasihan pada seorang gadis yang begitu dibutakan karena cintanya. Dan juga ini satu-satunya cara yang bisa aku lakukan untuk membalasnya"

Gibran lalu keluar dari kamar itu setelah semua perkataan yang dilontarkannya pada Adam yang kini kebingungan akan maksud dari Gibran yang seolah menyembunyikan sesuatu darinya.

"Apa ada yang tidak aku ketahui?" Gumam Adam pusing hanya dengan memikirkan pertanyaan itu

"Apapun itu, aku sama sekali tidak perduli. Karena dimataku, kamu hanya seorang gadis dengan berbagai tipu muslihat"

"Tapi mungkin, aku sudah benar-benar keterlaluan kali ini" Sambung Adam lirih seraya melihat luka lebam di lengan Naura

Bukan hanya di bagian lengan, beberapa luka lebam seperti itu juga terdapat di beberapa tempat di tubuh Naura.

...***...

Di sisi lain, Kakek Adam dan juga Ayah Naura yang tadi naik ke lantai dua kini berada di teras kamar Kakek Adam. Keduanya duduk berhadapan dengan kopi yang baru saja dibawakan oleh salah seorang pembantu.

"Paman pasti penasaran bukan dengan maksud aku yang tadi" Ucap Ayah Naura sudah menebak arah pembicaraan keduanya

"Kamu benar-benar peka. Aku memang memanggilmu karena ucapanmu dengan Adam tadi" Ujar Kakek Adam jujur

Ayah Naura menghela nafasnya seraya memperbaiki posisinya bingung harus memulainya dari mana.

"Ini mungkin terdengar seperti lelucon dan tidak masuk akal. Tapi sejak ibunya meninggal, Naura memiliki kepribadian lain yang hidup dalam dirinya" Jawab Ayah Naura mulai menceritakan akan apa yang terjadi pada putrinya

Mendengar penuturan Ayah Naura, membuat Kakek Adam mengerutkan keningnya berusaha mencerna apa yang baru saja didengarnya.

"Dia benar-benar berbeda dengan kepribadian Naura yang saat ini. Layaknya hitam dan putih keduanya memiliki sifat yang bertolak belakang. Disaat Naura memilih untuk memaafkan perbuatan kasar dan keji yang diterimanya oleh orang lain, maka lain hal nya dengan dia, karena dia akan melakukan hal sebaliknya dimana ia akan membalasnya berkali lipat dari apa yang diterimanya"

"T-tunggu dulu.. Jadi maksud kamu, Naura memiliki dua kepribadian?" Tanya Kakek Adam menyela penjelasan dari Ayah Naura

"Itu benar Paman. Naura memiliki dua kepribadian. Aku biasa memanggilnya Nara" Jawab Ayah Naura

"Sejak kapan ini terjadi?"

"Sejujurnya aku tidak tahu dengan jelas apa yang terjadi, tapi setelah ibunya meninggal Naura selalu bersikap aneh. Aku bahkan tidak bisa mengenali putriku lagi sejak saat itu"

"Berapa lama itu berlangsung? Aku sudah mengenalnya selama bertahun-tahun, tapi aku tidak pernah sekalipun melihat sisi lain dari dirinya"

"Satu bulan lebih. Selama waktu itu, aku benar-benar tidak bisa mengenalinya lagi. Karena itulah aku selalu menyebutnya sebagai mimpi buruk dalam hidupku"

"Bagaimana dengan sekarang? Apa menurutmu dia akan kembali lagi?"

"Aku hanya menduganya saja. Dari yang aku perhatikan, ia muncul disaat Naura merasakan rasa sakit karena kehilangan ibunya. Dan kali ini, aku takut jika dia benar-benar akan mengambil alih tubuh putriku sama seperti sebelumnya" Ucap Ayah Naura tak bisa membayangkan hal itu

"Apa ada cara untuk mencegahnya?"

"Tidak ada. Aku sudah membawa Naura ke beberapa dokter tapi itu sama sekali tidak berguna. Karena berdasarkan apa yang dikatakan oleh Naura, dia bisa merebut tubuh Naura sesuka hatinya. Tapi meski begitu, Naura tetap bisa merebut kembali tubuhnya"

"Bukankah itu akan baik-baik saja selama Naura bisa mengambil alih tubuhnya kembali?"

"Tapi bagaimana jika itu terjadi atas permintaan Naura, Paman? Aku cukup yakin jika apa yang terjadi saat ibunya meninggal juga karena permintaan Naura yang merasa putus asa karena kehilangan ibunya"

"Aku hanya takut, jika Naura sendiri yang akan merelakan dirinya karena rasa sakit dan kecewa yang dialaminya"

Kakek Adam terdiam. Ia benar-benar tidak tahu harus berkata apa pada Ayah Naura saat ini. Rasa bersalah karena kematian Ibu Naura masih mengguncang dirinya dan sekarang muncul masalah baru dimana Naura yang memiliki dua kepribadian.

Terpopuler

Comments

Riski Saputri

Riski Saputri

tinggal nunggu penyesalan kmu saja Adam atas ap yg kamu perbuat terhadap Naura

2023-03-13

0

Andi Asrah

Andi Asrah

crazy up thor, dimana Adam meminta cerai

2023-03-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!