Bab 12

Sejak kembali dari kamar Naura, Adam tak berhenti memikirkan keadaanya. Harus ia akui jika ia memang merasa khawatir, namun di sisi lain ego menahan dirinya untuk tidak memperlihatkannya dan memilih berdiam diri seolah tidak perduli.

Adam memijat keningnya yang terasa pening, sembari membaca catatan rumah sakit Naura. Meski keadaanya tidak begitu parah, ini tetap menjadi tanggung jawab Adam karena semua yang terjadi berasal dari dirinya yang membawa Clara ke rumah itu tanpa sepengetahuan dari Naura.

Ddrrr.. Ddrrr...

Lagi-lagi ponsel Adam berdering. Kali ini bukan dari ibunya, melainkan dari sepupunya Gibran.

"Hhmm?" Gumam Adam mengangkat panggilan telepon itu meski ia sedikit enggan mengingat hubungannya yang tidak pernah akur dengan Gibran selama ini

"Apa ibumu sudah menghubungimu? Kakek akan datang besok" Ucap Gibran memberirahukan hal yang sama dengan ibu Adam tadi

"Dia sudah menghubungiku. Tapi.. Sepertinya aku tidak akan bisa datang"

"Apa maksudmu? Jangan bilang kamu ingin bertemu dengan Clara lagi"

"Apa aku seburuk itu dimatamu"

"Ya" Jawab Gibran to the point yang hanya dibalas decakan oleh Adam yang sudah mengetahuinya

"Naura mengalami kecelakaan kemarin. Dia saat ini masih belum sepenuhnya pulih. Karena itulah aku tidak bisa hadir dengannya"

"Kecelakaan? Mengapa tidak ada yang mengetahuinya, apa yang sebenarnya kamu lakukan? Di rumah sakit mana dia sekarang?" Tanya Gibran dengan paniknya

"Dia di rumah"

"Hah? Di rumah? Kamu main-main denganku?"

"Sudahlah. Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu. Jika kamu khawatir, silahkan datang ke rumah. Dan juga katakan pada ibuku juga, karena aku sedang tidak ingin berbicara dengannya" Ucap Adam sebelum akhirnya menutup panggilan itu

Adam menaruh ponselnya di meja, lalu menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya. Mencoba menutup matanya barang sejenak dan melupakan semua masalah yang terjadi akhir-akhir ini.

...***...

Jam di dinding menunjukkan jam 5 sore saat Adam terbangun dari tidurnya. Ia merenggangkan tangan dan juga lehernya yang terasa pegal karena ketiduran di kursi kerjanya.

Adam lalu keluar dari ruang kerjanya, masih dengan tangan yang memijat lehernya. Ia berjalan turun ke lantai bawah karena mendengar suara percakapan dari arah ruang tamu.

Kening Adam seketika berkerut saat menatap kedua orang tuanya, Gibran dan juga orang yang paling ingin dihindarinya yakni kakeknya kini duduk berbincang di ruang tamunya.

"Bukankah Kakek baru akan datang besok?" Tanya Adam bingung sembari duduk di sofa lainnya

"Kakek sengaja datang lebih cepat karena khawatir dengan kondisi Naura" Jawab Kakek Adam dengan suara beratnya namun terdengar tegas

"Apa sebenarnya yang kamu pikirkan, Mama bahkan menelponmu tadi pagi dan kamu sama sekali tidak memberitahu Mama tentang kondisi Naura"

"Aku bahkan baru mengetahuinya tadi.. " Gumam Adam tak bisa menatap keluarganya

"Jadi kamu mau bilang, kalau kamu tidak tahu akan kondisi Naura karena sibuk dengan pacar lama kamu. Begitu?"

"Maa..! " Sela Adam dengan cepat menatap Ibunya "Mengapa kalian terus menerus menyalahkanku, Naura sendiri yang keluar dari rumah dan menyembunyikan soal kecelakaan nya dariku"

"Salahkan dirimu yang terlalu perduli dengan wanita pen*pu itu" Sahut Gibran pelan namun tetap dapat didengar oleh Adam

"Diam kamu. Berhenti menghasut mereka seperti itu"

"Cukup" Sela Kakek Adam membuat mereka seketika bungkam tak berani bersua

Kakek Adam lalu bangkit berdiri dan menghampiri sosok pria yang saat ini berdiri di dekat tangga. Dia yang tak lain adalah Ayah dari Naura yang juga datang melihat kondisi anaknya setelah mendengar kabar kecelakaan nya.

"Aku akan membawa putriku pulang" Ucap Ayah Naura yang langsung mengagetkan semuanya tak terkecuali Adam

"Mari duduk dan bicarakan terlebih dahulu masalah ini.. Bagaimana pun ini kesalahan Adam, jadi biarkan dia mengambil tanggung jawab ini untuk menjaga Naura hingga sembuh" Usul Ibu Adam berusaha menenangkan ayah Nevan

"Itu benar. Mengapa tidak membiarkan Adam untuk menjaga nya. Aku sendiri yang akan mengawasinya di rumah ini" Ucap Kakek Adam serius

"Aku bisa memberinya kesempatan. Tapi dia harus berjanji satu hal padaku" Ucap Ayah Naura mengajukan kesepakatan

"Apa?"

"Kamu harus benar-benar memperhatikan kondisi Naura hingga pulih total. Dan yang paling penting, selama prosesnya kamu tidak boleh membentak ataupun berlaku kasar padanya barang sekalipun. Kamu seharusnya mengerti maksud Paman, bukankah Naura sudah memperlihatkannya padamu" Ucap Ayah Naura dengan maksud tersirat diakhir kalimatnya

Mendengar kalimat terakhir Ayah Naura, membuat Adam seketika teringat akan sisi lain dari Naura saat ia meninggalkan rumah itu kemarin. Sementara yang lainnya hanya bisa mengerutkan kening bingung dan tidak mengerti akan maksud dari Ayah Naura yang sebenarnya.

"Apa kamu bisa melakukannya? Jujur saja, Paman benar-benar tidak ingin melihatnya lagi. Karena itulah, Paman lebih memilih membawa Naura dan merawatnya sendiri ketimbang membiarkannya di rumah ini sendiri" Ucap Ayah Naura tak ingin membiarkan Nara keluar dan merebut tubuh Naura sama seperti dulu

"Baiklah. Aku akan melakukannya sesuai dengan perkataan Paman. Meski aku tidak begitu mengerti apa yang sebenarnya terjadi, tapi ini tetap menjadi tanggung jawabku" Ujar Adam pada akhirnya menyetujui karena rasa tanggung jawabnya dan karena ia masih penasaran akan apa yang sebenarnya terjadi pada Naura malam itu

"Semenjak kamu menyetujuinya. Maka Paman tidak bisa tidak menerimanya. Paman harap kamu mengingat kata-kata Paman, karena bagaimana pun Paman tidak ingin merasakan mimpi buruk itu untuk yang kedua kalinya"

Semakin Ayah Naura berbicara, semakin membuat Adam penasaran dan bingung. Khususnya kata Mimpi buruk. Yang seolah tertuju pada sisi Naura yang belum diketahuinya.

"Tidak perlu khawatir. Aku akan berada di sini dan mengawasi langsung anak ini. Sekali saja dia berbuat kasar pada Naura, aku sendiri yang akan menendangnya dari rumah ini" Ucap Kakek Adan dengan kejamnya meski pada cucu satu-satunya

"Kalau begitu aku bisa tenang sekarang" Ucap Ayah Naura akhirnya tersenyum meski tidak setulus dari yang kelihatan

"Ayo naik dan berbicara denganku" Ucap Kakek Adam pada Ayah Naura yang sudah menduganya sejak ia membicarakan hal terkait Naura

Keduanya lalu naik ke lantai atas. Sementara orang tua Adam dan juga Gibran masih duduk kebingungan.

"Apa yang baru saja kalian bicarakan?"

"Aku juga tidak tahu apa yang baru saja aku bicarakan Ma.. " Jawab Adam tak yakin

"Sudahlah. Lagipula keinginan Mama cuma satu, kamu bisa menjaga Naura dengan baik bukannya menyia-nyiakan waktumu dengan wanita itu"

"Maa.. "

"Ayo pergi Pa.. Berbicara dengan anakmu ini hanya semakin membuat ku emosi karena kebodohannya" Ucap Ibu Adam menarik lengan suaminya pergi yang memang sejak tadi hanya diam memperhatikan

"Bagaimana denganmu?" Tanya Adam pada Gibran yang masih duduk santai

"Aku juga akan tinggal disini" Ucap Gibran merubah posisinya dan berbaring sembari mengeluarkan ponselnya

"Entah apa yang ia lakukan hingga membuat kalian begitu tergila-gila padanya" Ujar Adam tak habis fikir dengan keluarganya yang lebih mementingkan Naura ketimbang dirinya, anak kandung sendiri

"Bukan kami yang aneh. Tapi kamu yang aneh karena bisa diperdaya wanita berbisa sepertinya"

"F*ck you" Umpat Adam tanpa menoleh dengan tangan memperlihatkan jari tengahnya pada Gibran

Terpopuler

Comments

Farida Wahyuni

Farida Wahyuni

menurutku adam kekanakkan, dengan mengumpat dan gaya nya sok ga mau disalahkan itu menunjukkan dia belum dewasa, masih mementingkan ego, masih merasa bener sendiri, umur memang ga bisa memastikan seseorang dewasa atau ga, tp dewasanya seseorang diliat dari cara berpikirnya, dan cara berpikir adam masih kekanak2an.

2023-03-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!