Setelah tertidur selama hampir 5 jam, Naura akhirnya terbangun saat jam di dinding menunjukkan pukul 9 malam.
Naura yang belum sepenuhnya sadar, seketika sadar sepenuhnya saat pandangannya beradu dengan Adam yang sejak tadi masih berada di kamarnya mengawasinya.
"Oh maaf.. Aku pasti tidak sadar melakukannya saat sedang tertidur" Ucap Naura dengan cepat menarik tangannya yang sedari tadi memegang erat lengan Adam
"Ugh.. " Adam merenggangkan tangannya yang terasa pegal begitupun dengan punggungnya karena terus-menerus duduk seharian ini
"A-apa sebaiknya aku memanggil dokter untuk memeriksamu?" Tanya Naura khawatir
"Tidak perlu, jadi berbaring kembali di tempat tidurmu dan berhenti menatapku seolah aku pasiennya" Seru Adam tajam
"M-maaf.. Aku lagi-lagi menyusahkanmu"
"Bagus jika kamu sadar diri" Ucap Adam seraya berdiri dari duduknya "Aku akan mengambilkan makan malam untukmu, jadi tetap berbaring di tempat tidurmu" Ucapnya kemudian
Naura menghela nafasnya berat seraya menutup matanya. Lengannya naik menutup matanya yang kini mengeluarkan air mata.
"Tidak Naura.. Kamu tidak boleh menangis seperti ini.. Kamu wanita yang kamu kuat.. " Gumam Naura lalu mengusap air matanya berusaha tetap tabah akan perlakuan Adam
"Seharusnya kamu menambah kata menyerah di dalam kamusmu" Nara yang sebelumnya diam dadi sejak kecelakaan itu kembali muncul
"Diamlah. Aku sedang tidak ingin berdebat Nara. Aku sudah cukup berbaik hati karena tidak mempermasalahkan masalah kecelakaan itu"
"Sepertinya kamu lupa, luka dari kesabaranmu itu jauh lebih besar dari apa yang aku timbulkan. 2 tahun aku sudah cukup bersabar dengan tidak mengambil alih tubuhmu dan sekarang kamu mencelaku karena luka ringan itu"
Naura lagi-lagi diam tak berkutik di hadapan Nara. Ia memang tidak seharusnya mengatakan hal seperti itu setelah membuat Nara bersabar dengan semua perbuatannya yang hanya terus-menerus menyakiti dirinya.
Meski begitu, Naura tetap akan melakukannya karena perasaannya terhadap Adam yang terus-menerus menjadi belenggu bagi dirinya untuk melangkah kedepan.
"Maaf, aku bukan bermaksud menyalahkanmu" Ucap Naura menyesali perkataannya
"Lakukan sesukamu. Dan lagi, dapatkan kembali lukisan ibu jika saja kamu sudah melupakannya" Balas Nara mengingatkan akan lukisan yang sebelumnya dibawanya pergi dari rumah ini
Naura sontak terbangun dari tidurnya, ia benar-benar melupakan lukisan itu "Bagaimana bisa aku melupakannya? Apa yang harus aku lakukan sekarang?"
"Dasar bodoh.. Hubungi William. Kalau sampai kamu tidak bisa menemukannya, aku sendiri yang akan mencarinya" Ucap Nara mengancam sebelum akhirnya menghilang kembali
Tanpa berlama-lama lagi, Naura lalu dengan cepat menghubungi Dira untuk meminta kontak William.
Namun disaat ia mengscroll riwayat panggilannya, ia tiba-tiba menemukan nomor kontak William disana.
"Oh sejak kapan aku memilikinya? Apa dia menyimpannya sendiri?" Tanya Naura kebingungan
Tak ingin terlalu memikirkannya, Naura pada akhirnya memilih untuk menghubungi William dan menanyakan soal lukisan itu.
"Nomor yang Anda tuju sedang ... "
Tttuuutt..
"Apa mungkin dia sedang sibuk? Mungkin sebaiknya aku menunggu besok, bagaimana jika sudah tertidur" Gumam Naura saat panggilannya tidak terhubung seraya melihat ke arah jam yang memang sudah menunjukkan pukul 10
Naura meletakkan kembali ponselnya diatas meja dekat tempat tidur lalu berbaring kembali sembari menunggu Adam membawakannya makan malam.
Naura yang berniat menutup matanya, kembali terbangun saat ponselnya tiba-tiba berdering.
Drrrtt.. Drrrtt..
Naura dengan cepat memeriksanya, yang ternyata panggilan dari William yang saat ini menghubunginya kembali.
"H-halo.. " Sapa William dari seberang dengan suara yang terdengar begitu gugup
"Halo.. Apa aku mengganggu waktu istirahatmu?" Tanya Naura kemudian
"Tidak. Aku baru saja selesai mandi. Karena itulah aku tidak mendengar panggilan darimu" Sanggah William dengan cepat memberi alasan
"Aku menghubungimu karena ingin menanyakan soal lukisan.. Apa mungkin kamu pernah melihatnya?"
"Lukisan? Apa mungkin sketsa lukisan yang ada di mobilmu saat kamu kecelakaan?" Tanya William balik
"Iya. Apa kamu melihatnya? Aku benar-benar melupakannya saat berada di rumah sakit"
"Lukisan itu ada padaku. Aku sengaja menyimpannya" Jawab William
"Syukurlah. Aku benar-benar khawatir jika saja lukisan itu rusak akibat kecelakaan"
"Aku sudah mengganti bingkainya yang pecah. Jadi lukisannya baik-baik saja"
"Maaf merepotkanmu, aku pasti akan membalasnya" ucap Naura merasa menyesal karena merepotkan orang lain yang bahkan baru dikenalnya
"Sebenarnya aku memiliki permintaan untukmu. Aku tidak yakin apa kamu akan menyetujuinya" ucap William sedikit ragu-ragu akan permintaanya
"Katakanlah, selama aku bisa melakukannya. Aku pasti akan melakukannya"
"Jadikan aku modelmu" Pinta William penuh harap
Naura mengerutkan keningnya bingung "Apa maksudmu?" Tanya Naura tidak begitu mengerti
"Dira sudah memberitahuku jika kamu sedang mendesain beberapa pakaian. Karena itulah, jadikan aku modelmu. Aku benar-benar ingin mengenakan pakaian yang dirancang olehmu"
"Hanya itu?"
"Ya. Hanya itu. Apa kamu akan melakukannya?" Tanya William penuh harap
"Baiklah. Aku akan melakukannya. Aku pasti tidak akan membuatmu kecewa" Ucap Naura kembali bersemangat karena bagaiaman pun William seorang aktor, sangat jarang ia bisa mendesain pakaian untuk aktor sepertinya
"Aku akan menantikan nya. Ngomong-ngomong bagaimana keadaanmu? Apa kamu baik-baik saja? Aku mencarimu di rumah sakit siang tadi, tapi siapa sangka jika kamu akan secepat itu kembali ke rumah"
"Aku baik-baik saja. Ini hanya luka kecil, jadi beristirahat di rumah sudah cukup untukku"
"Baguslah jika seperti itu. Aku benar-benar sangat mengkhawatirkanmu" Ucap William dengan suara yang sedikit pelan
"Tidak perlu khawatir dan juga Terima kasih karena telah menyelamatkanku sebelumnya"
"Sudah seharusnya.. " Ucap William tiba-tiba terdiam karena memikirkan hal lainnya
"William?"
"Oh maaf.."
"Aku seharusnya lebih peka, maaf mengganggu waktu istirahatmu. Aku pasti akan mentraktirmu di lain hari"
"Aku menantikanyannya" Balas William tak sabar menanti hari saat Naura mentraktir nya
Naura lalu mematikan panggilan telepon itu dan meletakkan kembali ponselnya di atas meja.
"Kamu terlihat sangat bahagia berbicara dengannya?"
Naura yang berniat memejamkan matanya lagi-lagi terhenti saat suara Adam terdengar dari arah pintu kamarnya.
"S-sejak kapan kamu disini?" Tanya Naura gugup jika saja Adam salah paham lagi terhadapnya sama seperti sebelumnya
"Dari sejak kamu mengangkat panggilan darinya" Jawaban Adam dengan tatapan tajam nya
"Dia mendengar semuanya.. " Batin Naura merutuki dirinya karena tidak menyadari kehadirannya
"Kenapa kamu gugup begitu? Bukankah kalian hanya berteman? Atau mungkin kamu sengaja mendekatinya karena terlalu muak denganku?"
"Bukan seperti itu" Sanggah Naura dengan cepat karena tuduhan tak berdasar dari Adam
"Aku tidak perduli. Lakukan sesukamu karena pada akhirnya kita hanya akan bercerai"
"Itu tidak akan terjadi. Aku tidak akan pernah menyetujui perceraian itu" Ucap Naura serius, tak berniat menyerah terutama setelah semua perjuangannya selama 2 tahun dalam mempertahankan pernikahannya itu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Farida Wahyuni
aku harap nara yg mengambil alih tubuh naura, supaya dia bisa pisah sm adam.
2023-03-14
0