Setelah tak sadarkan diri selama sehari di rumah sakit, Naura akhirnya sadar kembali. Dira yang masih memantau keadaan Naura, merasa begitu lega tak kala sahabatnya itu terbangun.
"Sudah berapa lama aku disini?" Tanya Naura dengan suara yang masih terdengar lemah
"1 hari" Jawab Dira
"Bagaimana dengan Adam, apa dia mencariku? Dimana ponselku?" Tanya Naura sedikit panik
"Tetap berbaring di tempatmu dan jangan bergerak"
"Tapi.. Adam.. "
Dira menghela nafasnya panjang melihat sifat Naura yang masih mengkhawatirkan Adam lebih dari dirinya sendiri.
"Berhenti memikirkannya dan fokus pada pengobatanmu. Aku tidak akan membiarkanmu pulang sebelum luka dan lebam di tubuhmu sembuh"
Naura hanya bisa pasrah berbaring kembali di tempat tidur menuruti kata-kata Dira yang saat ini menatapnya tajam.
"Jadi apa yang terjadi? Bagaimana bisa kamu mengalami kecelakaan, setauku kamu bukan seseorang yang akan menerobos hujan tengah malam seperti itu"
Naura yang akan menjawab pertanyaan Dira, langsung menoleh ke arah pintu yang tiba-tiba terbuka dari luar, memperlihatkan William yang baru saja datang dengan rantang dan atau kantong plastik berisi buah-buahan lagi.
"Kamu sudah sadar? Bagaimana keadaanmu? Apa perlu aku memanggil dokter untuk memeriksamu?" Tanya William menghampiri Naura setelah meletakkan barang bawaannya
Terlihat jelas raut wajah khawatir dan cemas dari wajah William. Naura hanya tersenyum miris, berharap jika suatu hari Adam akan datang menjenguknya dengan raut wajah seperti itu.
"Mengapa kamu begitu cerewet.. " Ujar Dira lagi-lagi meninpuk bagian belakang kepala William
"Sstt.. " William sontak menoleh menatap tajam kearah Dira namun tidak mengumpat karena ingin menjaga citra dihadapan Naura yang saya ini memperhatikan keduanya
"Aku hanya khawatir.. " Ujar William berusaha menahan dirinya
"Aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir"
"Bagaimana mungkin aku tidak khawatir, aku bahkan disalah pahami oleh dokter karena luka lebam di tubuhmu"
William langsung menoleh ke arah Dira saat Dira menarik bajunya karena mendengar perkataannya barusan.
"K-kamu melihatnya?" Tanya Naura kaget
William lalu memegang tengkuk lehernya dan berucap ragu-ragu "Hmm.. Aku melihatnya di lenganmu" Jawab William tanpa melihat ke arah Naura
"Aku harap kamu bisa merahasiakannya. Ini sama sekali tidak seperti yang kamu pikirkan" Ujar Naura memohon
"Oh.. Jadi bagaimana itu terjadi?" Tanya William serius
"Aku hanya terjatuh. Dia tidak pernah benar-benar memukulku. Ini salahku karena tidak menjaga diri dengan baik"
William mendengarkan sembari membuka rantang berisi bubur yang dibawahnya tadi. Ia tidak benar-benar mendengar jawaban Naura karena ia sudah bisa menduga jawaban yang akan diberikan oleh Naura. Begitupun dengan Dira yang hanya diam tidak perduli.
"Aku bukan bermaksud untuk ikut campur. Hanya saja, aku ingin kamu hidup untuk dirimu sendiri, lebih memikirkan diri sendiri dan melakukan hal-hal yang membuatmu bahagia. Ketimbang berusaha menyenangkan seseorang yang jelas-jelas tidak pernah menghargai dirimu. Bagaimana pun, hidup hanya sekali jadi tidak seharusnya kamu menyia-nyiakannya seperti ini" Ujar William menasehati tulus dari lubuk hatinya
Mendengar ucapan William, membuat Dira tertegum kagum untuk pertama kalinya pada sepupunya itu. Ini pertama kalinya ia begitu terharu mendengar kata-kata nya.
"Terima kasih atas perhatian mu, hanya saja aku tidak benar-benar yakin bisa mengambil langkah itu" Ujar Naura lirih
"Tapi mungkin akan berbeda bagi 'dia' " Gumam Naura mengungkit soal Nara yang seolah merupakan perwujudan dari rasa putus asa dan amarahnya yang selama ini ditahannya
"Hmm? Apa yang kamu katakan? Dia?"
"Tidak apa-apa. Aku lapar, apa kamu bisa menyuapi ku?" Tanya Naura pada Dira berusaha mengalihkan pembicaraan
Bagaimana pun, rahasia soal keberadaan Nara hanya diketahui oleh ayahnya. Bukan soal Naura yang tidak ingin membahasnya, hanya saja ia hanya akan terlihat gila dimata orang lain jika dia mengatakan hal yang sulit dipercaya seperti itu meski sudah banyak yang mengalaminya diluaran sana.
"Ack.. "
Dira memukul tangan William yang baru memegang sendok berniat menyuapi Naura "Yang disuruh aku.. " Ucap Dira merebut sendok itu
"Iya-iya.. Keseringan banget mukul orang" Seru William mengusap punggung tangannya
"Kalau nggak mau dipukul, nggak usah caper"
"Aku makan sendiri. Capek liat kalian berantem mulu" Ujar Naura merebut sendok di tangan Dira dan memilih menyuapi dirinya sendiri
"Ini gara-gara kamu, bawel banget dari tadi" Seru William kesal pada
"Ihh malah nyalahin, kamu kan yang dari tadi caper mulu" Balas Dira tak terima
Naura menatap keduanya bergantian, lalu menghela nafasnya panjang "Mending kalian pulang sekarang. Aku bukannya sembuh, malah tambah sakit dengar kalian berantem mulu"
"Ngga bisa. Kalau aku pulang, yang jagain kamu siapa" Ujar Dira menolak
"Aku yang jagain. Jadi mending kamu pulang, mandi dan ganti baju" Ucap William menyindir Dira yang masih mengenakan pakaian tidur nya
"Tidak bisa. Aku tidak akan membiarkan orang sepertimu menjaga Naura"
"Stop.. " Sela Naura merasa lelah "Aku akan menelpon Pak Agus, jadi kalian tidak perlu khawatir soal aku" Sambung Naura kemudian
"Kamu yakin?" Tanya Dira sekali lagi
"Iya, aku yakin" Jawab Naura mengangguk
"Kalau gitu aku pulang" Ucap Dira terpaksa mengikuti keinginan Naura
"Ayo pulang, ngapain masih diam disitu" Sambung Dira sembari menarik baju William hingga keluar dari ruangan itu dengan paksa
Naura yang melihat keduanya keluar kini bisa menghela nafas lega. Meski ia bersyukur karena kehadiran keduanya yang cukup membuatnya senang, tapi ia tetap memilih untuk menghabiskan waktu sendiri untuk saat ini.
...
Setelah beberapa jam berbaring di rumah sakit. Naura pada akhirnya memutuskan untuk pulang kerumah. Pak Agus yang juga sudah tiba setelah mendapat panggilan dari Naura, langsung mengurus prosedur keluar untuk Naura. Meski Pak Agus berulang kali menolaknya, ia pada akhirnya setuju setelah melihat Naura yang begitu kekeh untuk pulang.
"Nona muda baik-baik saja?"
"Aku tidak apa-apa Paman. Ini hanya sebuah luka kecil. Beristirahat beberapa hari sudah cukup untukku" Ujar Naura yakin dengan keputusannya
Naura memakai hodie hitam yang cukup besar, dengan tudung yang kini menutupi perban di bagian kepalanya. Ia tidak benar-benar ingin memperlihatkan luka itu pada Adam, tapi ia juga tidak ingin berada di rumah sakit lebih lama lagi. Karena bagaimana pun, ia sudah begitu muak dengan bau obat-obatan di rumah sakit yang terkadang membuatnya mual.
"Oh iya.. Bagaimana dengan Adam? Apa dia mencariku?"
"Iya. Tuan sempat mencari Nona sebelumnya" Ucap Pak Agus menundukkan wajahnya tanpa melihat kearah Naura
"Paman tidak perlu menghiburku seperti itu. Dengan sikapnya itu, bagaimana mungkin ia akan mencariku. Aku hanya sedikit berbasa-basi saja.. " Ucap Naura lirih meski dalam hati ia benar-benar berharap jika Adam akan benar-benar mencarinya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Reni Pujiastuti
lanjut donk keren
2023-03-10
0