"Kita seharusnya membicarakan tentang desainmu, bagaimana bisa ini berlanjut menjadi pengakuan yang begitu tidak romantis seperti ini" Ucap William menyadari perbuatannya saat ini
Ia yang seharusnya diam-diam menjalin hubungan pertemanan dengan Naura justru berakhir mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya.
"Kamu menyesal?" Tanya Naura
"Umm.. Mungkin aku akan menyesali ini di sisa umurku ini" Jawab William menundukkan kepalanya penuh penyesalan
Melihat reaksi murung William, membuat Naura tanpa sadar tertawa kecil. Hal ini membuat William yang tadinya murung, seketika berubah tersenyum karena senang melihat Naura bisa tertawa seperti itu karena dirinya.
"Aku senang melihatmu bisa tertawa seperti ini. Seperti yang pernah aku katakan, kamu harus hidup dengan mengutamakan dirimu sendiri. Lakukan hal yang membuatmu bisa tertawa seperti ini" Ucap William kembali mengingatkan Naura akan nasehatnya saat berada di rumah sakit
"Terima kasih William. Aku akan mengingat nasehatmu ini"
"Bukan hanya sekedar mengingat Naura, tapi kamu harus melakukannya. Bahkan jika kamu tidak memikirkan dirimu sendiri, kamu harus memikirkan orang lain di sekitarmu yang begitu tulus mencintaimu dan tentunya khawatir akan kondisi tubuhmu"
"Apa orang yang kamu maksud itu dirimu?"
"Yaahh.. Berhenti menggodaku Naura, aku sudah cukup malu dengan pengakuan ku barusan" Ucap William menutup wajahnya yang kini memeraha
"Aku tidak hanya menggodamu. Karena belum pernah ada orang selain dira yang benar-benar perduli terhadapku selama ini" Ucap Naura sesuai fakta yang dirasakannya
Bahkan jika keluarga Adam memperlakukannya dengan baik, semua itu tidak benar-benar membuat Naura tersentuh. Meski terkadang ia merasa sedikit bersyukur namun tetap saja, ia tetap merasa sedikit aneh melihat mereka yang begitu perduli hingga terkadang mengabaikan putra mereka sendiri.
Karena jika ia berfikir secara logika, tidak ada alasan untuk keluarga itu bersikap baik terhadapnya disaat perusahaan ayahnya bahkan menerima keuntungan dari ketenaran keluarga itu.
Meski begitu, Naura tetap dengan tulus menerima semua pemberian mereka karena bagaimana pun ia sangat mencintai Adam. Pria yang berhasil merebut semua perhatiannya.
"Kalau begitu jadikan aku sebagai sandaran Naura. Kamu bisa menceritakan keluh kesahmu terhadapku, aku pasti akan menjadi seorang pendengar yang baik"
"Kamu benar-benar seseorang yang menarik.. Mungkin jika aku bertemu denganmu terlebih dahulu, aku pasti tidak akan terjebak kedalam cinta sepihak seperti ini" Tutur Naura lirih
"Bukankah kamu masih bisa mengubahnya. Kamu seolah berjalan diatas tanah yang dipenuhi duri dan kerikil saat ini. Bahkan setelah mengalami penderitaan dan rasa sakit yang seperti itu, kamu hanya dihadapkan pada sebuah jalan buntu"
"Bukankah seharusnya kamu memilih jalan yang dipenuhi berbunga seperti ku?" Tutur William menopang dagunya dengan senyum merekah diwajahnya
"Entahlah.. Mungkin suatu saat.. " Ucap Naura lirih dengan senyum diwajahnya
Senyum yang selama ini diperlihatkan bahkan disaat dirinya sendiri merintih kesakitan. Mungkin inilah alasan terbesar dari kemunculan Nara, Naura yang selalu menyembunyikan lukanya dan tak pernah mengungkitnya dan bahkan memaafkan apapun itu membuatnya secara tidak sadar memunculkan sisi lain dari dirinya yang memiliki sikap pendendam dan keji seperti Nara.
Bahkan ayahnya yang sebelumnya begitu peduli padanya, kini memperlihatkan sifat was-was dan takut pada dirinya karena kejadian semasa kecil dulu, saat Nara mengambil alih tubuhnya.
"Naura..! Apa yang terjadi? Naura..! " Panggil William seraya memegang lengan Naura yang sejak tadi melamu hingga tidak menyadari panggilan darinya
"Ah Maaf.. Aku memikirkan beberapa hal hingga tidak menyadari panggilanmu" Ucap Naura
"Wajahmu pucat, apa sebaiknya kita pulang? Bagaimana pun lukamu baru saja sembuh"
"Iya. Kupikir sebaiknya aku pulang sekarang"
"Kalau begitu, biarkan aku mengantarmu" Ucap William menawarkan diri
Naura langsung menggelengkan kepala menolak "Tidak perlu. Aku akan meminta supir ku menjemputku. Akan menjadi masalah jika Adam melihatmu pulang denganku"
"Cck.. Dia bahkan menggandeng wanita lain keluar.. " Ucap William pelan seraya memalingkan wajahnya kesal
"Aku bisa mendengarnya William.. " Tutur Naura menatap William
"Baiklah.. Aku hanya mengatakan fakta yang aku lihat" Ucap William tidak bisa berbuat apa-apa jika di hadapan Naura
"Kalau begitu aku pergi, Paman sudah menunggu ku di luar" Ucap Naura berpamitan
"Karena kamu tidak mengizinkanku mengantarmu pulang, setidaknya biarkan aku mengantarmu hingga ke mobil" Ucap William bersikeras
"Baiklah.. Lakukan sesukamu" Jawab Naura mengiyakan
Keduanya lalu keluar dari ruangan itu, setelah William mengenakan kembali hoodie yang sengaja dibawanya tadi karena bagaimana pun ia adalah seorang aktor yang tengah naik daun saat ini.
"Terima kasih karena telah mengantarku William.. " Ucap Naura setibanya di parkiran
"Ya.. Tolong berhati-hati saat diperjalanan" Ucap William seraya menatap ke arah Pak Agus yang sejak tadi melihatnya penuh curiga
"Silahkan Nona.. " Ucap Pak Agus mempersilahkan seraya membuka pintu mobilnya
"Sampai jumpa lagi, William" Ucap Naura berpamitan untuk terakhir kalinya
William hanya mengangguk seraya tersenyum hangat menatap kepergian Naura.
...
Sementara itu, Naura yang kini berniat untuk memejamkan matanya barang sebentar sebelum tiba di rumah, dikagetkan akan pertanyaan mendadak dari Pak Agus.
"Maafkan kelancangan saya Nona, tapi hubungan apa yang Nona miliki dengan pria tadi?"
"Oh.. Dia sepupu dari Dira Paman. Aku baru saja merancang beberapa pakaian akhir-akhir ini, karena itulah aku memilihnya menjadi model pakaianku" Ujar Naura menjelaskan karena bagaimana pun Pak Agus juga mengetahui soal dirinya yang masih merancang pakaian
"Aku harap Nona lebih berhati-hati saat bersama dengannya. Akan buruk jika sampai Nona berada dalam satu potret dengannya"
"Aku tahu Paman. Aku akan lebih berhati-hati mulai sekarang" Ucap Naura sudah tidak kaget lagi dengan sifat kehati-hatian Pak Agus
.....
Setelah pembicaraan yang kurang mengenakkan itu, baik Pak Agus maupun Naura, keduanya tetap diam hingga tiba di rumah.
Tepat saat Naura turun dari mobil, mobil milik Adam juga kebetulan tiba membuat keduanya mau tidak mau bertemu.
"Dari mana kamu?" tanya Adam menatap Naura dari bawah sampai atas "Bukankah aku menyuruhmu untuk berbaring di tempat tidur?"
"Maaf.. aku memiliki urusan dengan seseorang" jawab Naura sedikit takut melihat ekspresi menyeramkan dari Adam saat ini
"Apa Kakek tidak menegurmu? Bagaimana bisa dia membiarkan orang serapuh kaca sepertimu keluar tepat setelah ka dinyatakan sembuh?"
"Apa dia mengkhawatirkanku?" batin Naura merasa bimbang dengan perasaannya saat ini
"Kakek sudah pulang" ujar Naura kemudian
"Haah? hahahaha.. akhirnya Pak tua itu pergi juga.. " Adam berucap dengan tawa lepasnya karena merasa senang berpisah dengan Kakeknya yang kian hari terus menerus mengawasi semua aktivitasnya.
Dengan raut wajah bahagianya, Adam masuk ke dalam rumah. Yang lalu diikuti oleh Naura dari belakang dengan perasaan takut karena melihat ekspresi dingin yang diperlihatakn Adam tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments