My Stepmom My First Love
"Alana, tugas mama telah selesai. Maafkan mama harus pergi sekarang" ucap seorang wanita paruh baya dengan gaun berwarna putih.
Meski guratan di wajahnya menandakan usia yang tak muda lagi namun tetap memancarkan kecantikannya.
"Tidak ma, jangan pergi. Jangan tinggalkan aku" Alana berusaha meraih tangan mamanya namun berlari sekencang apapun tak akan bisa meraih mamanya.
"Alana... Alana... Bangun Alana..." Pria itu mengguncang-guncang tubuh Alana.
"Om Hendro" Alana terkejut saat membuka matanya.
"Bangun, om lapar cepat buatkan sarapan" perintah pria itu.
Alana hanya mengangguk pelan. Meski tubuhnya terasa sangat lelah namun dia tetap pergi ke dapur untuk memasak. Jika tidak maka pamannya akan mengamuk.
Lagi-lagi itu hanya mimpi. Sudah tiga tahun sejak kepergian ibunya Alana tinggal bersama pamannya bernama Hendro yang merupakan adik dari ibu Alana.
Ayahnya yang meninggal sejak dirinya masih berumur 10 tahun membuatnya yatim piatu. Satu-satunya keluarga yang dia miliki adalah pamannya.
Namun tinggal dengan Om Hendro bukannya bahagia justru Alana diperlakukan seperti pembantu.
Dia harus membersihkan rumah, memasak dan melayani pamannya setiap hari.
Belum lagi dia harus bekerja paruh waktu usai kuliah demi mendapat uang jajan.
Pekerjaan pamannya setiap hari selalu mabuk dan berjudi membuat harta peninggalan orang tuanya lama kelamaan mulai habis.
Kini Alana mengandalkan asuransi pendidikan untuk kuliah dan pencairan hanya bisa melalui walinya yaitu Om Hendro.
Alana baru saja pulang dari kampus dan hendak pergi untuk mengajar les privat. Dia mampir ke rumah sebentar.
Namun saat memasuki rumah dia mendengar suara gaduh. Beberapa barang pecah di ruang tamu.
Alana mencoba untuk mencari sumber suara itu.
Di ruang tengah pamannya Hendro yang duduk bersimpuh dengan darah mengucur di pelipisnya.
Tampak seorang pria berusia empat puluh tahunan berdiri didepannya sembari menodongkan pistol.
"Pokoknya aku gak mau tahu. Hutangmu harus lunas hari ini atau nyawamu jadi taruhannya" gertak seorang pria berusia empat puluhan. Disampingnya tampak dua orang berpakaian serba hitam berbadan tegap.
"Ada apa ini?" Alana tampak bingung dengan kedatangan orang-orang itu.
Pria itu langsung menoleh ke arah Alana. Dia menatap Alana dari ujung kaki sampai kepala kemudian tersenyum smirk.
"Si-siapa kalian? Kenapa kalian di rumahku?" tanya Alana sedikit gemetar.
Pria itu tak menjawab.
Namun dari sorot mata pamannya menandakan bahwa pria itu bukanlah pria yang baik.
"Siapa gadis itu?" Pria itu nampak membisikkan sesuatu namun Alana tidak bisa mendengar.
"Di-dia keponakanku. Kau mau apa Arman?" jawab Hendro gemetar. Pria itu bernama Arman.
"Baiklah. Aku akan memberi keringanan hutangmu tapi sebagai jaminannya aku akan membawa keponakanmu" ujar Arman lirih.
Tampak paman Hendro menunduk lesu. Kemudian mengangguk.
Arman mulai mendekati Alana. Tatapan pria itu membuat Alana mulai risih terlebih saat Arman mulai membelai rambut Alana.
"Siapa namamu cantik?" tanya Arman sembari membelai pipi Alana. Tentu saja Alana langsung menepis tangan pria itu.
Merasa tak terima Arman langsung mencengkeram kedua pipi Alana hingga wajahnya terangkat.
"Kau cantik tapi tuli. Ku tanya siapa namamu?" ujar Arman dengan nada marah.
"A-Alana.. Pak" jawab Alana gemetar.
"Baiklah, kalian bawa gadis ini ke mobil" Arman melepas cengkeramannya dan Alana langsung diseret oleh dua orang berpakaian hitam itu keluar.
"Kalian mau apa? Aku mau dibawa kemana? Lepaskan..." Alana terus meronta namun melawan dua orang dewasa bukanlah tandingan yang tepat untuknya.
Sampai di dalam mobil Alana duduk diapit dua pria tadi. Arman duduk di depan bersama seorang sopir.
Sambil menangis Alana terus meronta dan berteriak minta tolong.
Arman yang terganggu dengan Alana langsung mengambil tindakan.
"Bisa diam tidak?" bentak Arman sembari menodongkan pistolnya ke arah Alana.
Seketika Alana diam dan tidak bergerak. Hanya isak tangis yang tertahan membuat air matanya membanjiri wajah cantik itu.
Setelah menyetir beberapa saat mereka tiba di sebuah rumah mewah bernuansa putih.
Arman keluar dari mobil diikuti Alana yang masih dipegang kedua lengannya oleh dua pria tadi.
Arman masih memegang pistolnya membuat Alana tak berkutik dan menurut saja saat dirinya dibawa kedalam rumah.
Saat Alana berjalan nampak beberapa asisten rumah tangga yang memperhatikan. Bagaimana tidak, Saat ini kondisi Alana terlihat sangat memprihatinkan.
Wajahnya tampak begitu ketakutan pipinya basah oleh air mata dan keringat.
Alana dibawa masuk ke dalam kamar. Barulah kedua pria itu melepaskan cengkraman di lengan Alana.
"Si-siapa kalian? Kenapa membawaku kemari?" tanya Alana sambil terisak.
Kedua pria itu tetap diam dan tak lama kemudian Arman datang menghampiri Alana.
Dia sudah tidak memegang pistol namun melihat gelagat Arman membuat Alana ketakutan dan terus berjalan mundur hingga tubuhnya terjatuh di atas ranjang.
"Kau ketakutan sayang? Maafkan aku tapi aku suka melihatmu begini" Arman terus mendekati Alana dan mengusap air matanya.
"Si-siapa kamu? Kenapa membawaku kesini? Apa salahku?" dengan berkaca-kaca Alana memberanikan diri untuk mencari tahu.
"Apa pamanmu tidak memberi tahu? Kau sekarang milikku sayang, Hendro telah menukar dirimu sebagai jaminan hutang-hutangnya padaku" Arman hendak mencium bibir Alana dan seketika gadis itu langsung menoleh untuk menepisnya.
Mendengar ucapan Arman membuat Alana semakin sakit hati. Bagaimana mungkin pamannya tega menjual dirinya untuk pria kejam seperti Arman.
Ponsel Arman berbunyi kemudian dia dan dua pengawalnya pergi meninggalkan Alana sendirian di kamar.
Alana tahu dia sekarang sedang dikunci didalam kamar itu sehingga dia terus memikirkan cara untuk kabur.
Tengah malam saat semuanya terlihat sepi Alana mulai mencoba kabur melalui jendela.
Dengan hati-hati dia menuruni dinding dengan bantuan kain seprai, dan gorden yang dia ikat kuat.
Setelah berhasil melintasi gerbang Alana terus berlari dan menyusuri jalan arah pulang.
Sambil mengatur nafas akhirnya Alana sampai di depan rumahnya. Pelan-pelan dia membuka pintu rumahnya menggunakan kunci cadangan yang biasa dia simpan di tempat biasa.
Namun saat Alana berhasil membuka pintu dan hendak menuju kamarnya tampak Hendro berdiri didepan kamarnya membuat gadis itu terkejut.
"Om.. Om Hendro, apa yang terjadi kenapa orang-orang itu tadi membawaku? Apa benar Om sudah menjualku kepada pria jahat itu? Kenapa om tega?" Alana terus meminta penjelasan kepada Hendro.
PLAKK..!!!
Tamparan keras mendarat di pipi gadis itu hingga dia meringis kesakitan.
"Siapa suruh kamu kabur. Arman bisa murka jika tahu kamu tidak disana" ucap Hendro marah.
"Tapi om, Alana ini keponakan om. Om kenapa tega?"
Alana dirundung kekecewaan ketika mengetahui pamannya ternyata sengaja menjual dirinya untuk membayar hutang.
Tiba-tiba Hendro mengunci semua jendela dan pintu kamar Alana agar gadis itu tidak kabur.
"Aku akan memberitahu Arman jika kamu berada disini" ujar Hendro sebelum menutup pintu kamar Alana.
Tampak Alana menangis dan menggedor-gedor pintu kamarnya namun Hendro sama sekali tidak menggubris.
"Arman, Alana kabur dan pulang kesini. Tapi aku sudah mengamankannya. Kamu bisa jemput dia" ujar Hendro dalam teleponnya.
.
Hai teman-teman ini karya baruku. Semoga kalian menikmati ya... Jangan lupa like dan komennya. Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Senjou
Nunggu banyak dulu baru marathon wkwk
2023-06-04
0
🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh Ⲋᥲᥣ᥉ᥲᖯเᥣᥲួ ້さ✅
semangat terus kak
2023-03-23
0
Dai Dai
hy, Alana... dapat salam dari Aluna monster kutubnya ziyad kawindra....
aku mampir...
2023-03-03
1