Andra begitu cemburu melihat Alana dan Arman yang begitu dekat. Terlebih saat Arman memanggilkan Alana dengan sebutan Mama untuk Andra.
Meski tak dipungkiri perbuatan Andra adalah salah. Namun dia sudah terlanjur mencintai Alana sejak dulu.
Sementara Alana merasa kecewa dengan ucapan Andra. Kenapa pria itu membicarakan tentang sosok pacar saat bersama Arman. Apa diam-diam Andra memang memiliki pacar diluar sana.
Semenjak tinggal di kediaman Arman sama sekali Alana tak pernah keluar. Hanya saat kuliah bersama Andra, kemudian keluar untuk makan malam bersama Arman.
Bahkan sekedar menemui teman-temannya pun Arman melarangnya. Begitupun dengan Alana yang selama ini sibuk bekerja paruh waktu sehingga waktunya mencari teman pun tidak ada. Hanya beberapa teman sesama pekerjanya yang dia punya.
Hidupnya bak terkurung didalam sangkar emas. Ya, baru-baru ini saja sangkarnya berubah jadi emas saat Arman mulai bersikap baik padanya.
Namun setidaknya ini lebih baik daripada hidup bersama Hendro yang setiap hari hanya mendapat perlakuan buruk dan dijadikan pembantu olehnya.
Setelah bertemu Andra di dapur tadi Alana semakin gundah. Hingga larut malam dia tak bisa tidur. Ingin sekali dia menemui Andra namun Arman memeluknya dengan begitu erat sehingga dia sulit untuk bergerak. Mau tidak mau akhirnya dia mengurungkan niatnya. Namun besok dia harus berbicara kepada Andra.
...****************...
Alana terperanjat saat mendengar alarm di ponselnya. Ini adalah bunyi ketiga alarm tersebut. Karena semalam dia kesulitan untuk tidur sehingga dia bangun kesiangan.
Meskipun masih sangat mengantuk Alana terpaksa bangun dan pergi mandi. Karena hari ini dia ada jadwal kuliah pagi.
Setelah selesai bersiap dia turun ke bawah untuk sarapan dan bersiap berangkat ke kampus.
Saat tiba di ruang makan dia hanya mendapati Arman dan piring bekas dipakai di kursi biasa Andra duduk.
"Sudah bangun? Ayo sarapan dulu." ucap Arman.
"Kok Mas Arman sendirian. Dimana Andra?" tanya Alana seketika.
Sebenarnya Arman cukup kesal saat Alana menanyakan tentang Andra. Sepertinya istrinya itu tak bisa jauh dari Andra barang sedikitpun.
"Dia ada urusan katanya. Jadi pergi cepat-cepat." ucap Arman seadanya.
Terlihat Alana nampak kecewa. Namun sebisa mungkin dia menyembunyikan kekecewaannya. Dia tidak ingin terlibat masalah lagi dengan Arman.
"Alana berangkat kuliah sama saya ya" ujar Arman.
Alana hanya menjawab dengan anggukan kepalanya tanpa bersuara.
...****************...
Andra berjalan dengan cepat menuju ruangannya. Dia terlalu fokus hingga tak menghiraukan beberapa karyawan menyapanya.
Setelah mendapatkan panggilan bahwa Hendro sedang mencarinya di kantor Andra langsung bergegas pegi.
Dia sengaja langsung menyuruh stafnya agar Hendro menunggu di ruangannya.
Sementara pria tua paruh baya itu sedang cemas menunggu kedatangan Andra. Selama ini dia tidak pernah mau tahu tentang segala pekerjaan di perusahaannya. Yang dia tahu hanyalah uang dan uang saja.
Namun karena keteledoran Miranda membuat dirinya terancam bangkrut. Hal itu adalah momok besar bagi hidupnya.
Tak berselang lama Andra pun sampai di ruangannya. Dia melihat pria tua duduk di sofa ruangannya. Sudah bisa ditebak bahwa pria itu adalah Hendro, paman Alana.
"Pak Andra sudah datang, pak" ucap staf Andra kepada Hendro.
Hendro langsung menoleh mencari keberadaan Andra. Pria itu tampak sangat kacau. Apalagi saat memandang Andra matanya langsung memerah dia mengeratkan rahangnya.
"Jadi kau yang bernama Andra?" tanya Hendro dengan nada emosinya.
"Iya tuan. Saya adalah Andra." ucap andra santai.
"Jadi ada perlu apa tuan pagi-pagi sekali kesini?" tanya Andra sambil duduk di kursi kebesarannya.
"Kau.. Kau yang telah menjebak Miranda bukan?" bentak Hendro yang kini telah berdiri di depan meja Andra.
"Aku tidak menjebaknya tuan. Justru pihakmu sendiri yang melakukan kesalahan. Sudah jelas didalam kontrak ya kalian yang melanggar." ujar Andra santai.
"Tapi sama saja kau membuatku bangkrut. Kau merebut hartaku." ujar Hendro dengan nyalang.
"Itu bukan urusanku. Mau itu hartamu atau bukan. Yang penting sesuai perjanjian kau harus ganti rugi. Jika tidak maka kita selesaikan hal ini secara hukum" suara Andra memang datar namun tatapannya seolah mengeluarkan pedang yang siap menghunus kapan saja.
Hendro hanya terus menggertakkan rahangnya.
Dia tak bisa berkata-kata lagi. Jika Andra sampai menyeret masalah ini secara hukum pasti kalah dan dipenjara. Alana akan mengetahui kebenarannya dan Hendro tak akan mendapat hak apapun. Namun jika tidak tetap saja Hendro akan kehilangan perusahaannya.
Kini hidup Hendro dalam masalah besar. Pikirannya sudah buntu dan tak menemukan ide apapun lagi.
Dengan terpaksa Hendro berjalan keluar dari ruangan Andra. Bahunya terasa kuyu tak bertenaga. Didalam hati dia sudah jelas terus mengumpat.
Saat perjalanan pulang dirinya melewati kampus tempat Alana kuliah. Dan kebetulan Hendro melihat Alana yang tengah diantar oleh Arman. dia berhenti sebentar di seberang jalan untuk melihat keadaannya.
Tampak Alana tersenyum dan melambaikan tangan kepada Arman. yang berada di dalam mobil. Itu artinya kini Alana menjalani kehidupan baik.
Buktinya gadis itu kembali kuliah bahkan Arman mau mengantarnya. Sudah dipastikan bahwa Alana mendapatkan kehidupan layak dan banyak uang.
Hendro bergegas ingin menemui Alana. Dia harus bisa merayu gadis itu agar dapat dimanfaatkan kembali.
Saat Alana hendak memasuki kampus tiba-tiba seseorang memanggilnya. Alana langsung menoleh mencari sumber suara itu. Dan dia sangat terkejut bahwa orang itu adalah Hendro. Paman yang begitu ditakuti dan dibencinya.
"Alan tunggu. Ini paman. Aku ingin bicara denganmu." ujar Hendro.
"A-ada apa? Mau apa paman?" Alana tampak terbata karena takut.
"Paman lihat hidupmu sudah enak. Paman sangat senang, tak sia-sia paman menikahkanmu." ucap Hendro sok peduli.
"Tapi sama saja. Paman menjualku. Paman hanya memanfaatkanku." tolak Alana.
"Nak, paman sangat membutuhkan uang untuk berobat. Paman sakit Alana." Hendro pura-pura mengaku sakit.
"Sakit tapi kerjaannya minum-minum terus." dengus Alana sebal.
"Paman butuh uang nak, tolong bantu paman." Tanpa diduga tiba-tiba Hendro menarik tas milik Alana hingga dia hampir terjatuh.
"ih paman apa sih. Jangan paman." Alana mempertahankan tasnya.
Beruntung saat itu ada petugas keamanan kampus yang sedang melihatnya. Dia langsung membantu Alana.
"Ada apa ini?" petugas keamanan itu menarik tangan Hendro agar tidak merebut Tas Alana.
"Dia mau mengambil uangku Pak" ucap Alana.
"Aku ini pamannya" ujar Hendro.
"Tidak. Dia bukan pamanku. Aku tidak kenal dia" tolak Alana.
Seketika satpam langsung menarik lengan Hendro.
"Berarti kamu mau merampok ya. Saya laporkan kamu ke polisi ya" ucap satpam itu.
Hendro yang panik langsung meronta sekuat tenaga lalu berlari menuju mobilnya.
"Argghh sial.. Kenapa bisa Alana tidak lagi mengakui aku sebagai pamannya. Dasar anak durhaka." umpat Hendro sembari mengemudikan mobilnya cepat-cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments