Alana benar-benar merasa ketakutan setelah melihat Hendro hari ini. Bahkan selama kuliah dirinya jadi tidak fokus.
Dia mencoba menghubungi Andra namun sama sekali tidak ada respon. Hal itu membuat Alana semakin jengkel dan mulai meragukan ketulusan Andra.
Akhirnya dia terpaksa menghubungi Arman. Karena hanya dia pilihan terakhirnya.
"Halo, ada apa Alana?" ucap Arman saat menerima teleponnya.
"Mas, aku takut.. Tadi paman Hendro menghampiriku ke kampus. Dia mau minta uang dan mengancamku." Alana tak bisa menahan isak tangisnya lagi ketika berbicara dengan Arman.
"baiklah saya akan jemput kamu sekarang. Jangan takut ya, jangan keluar kampus sampai saya hubungi kamu." ujar Arman.
Arman langsung bergegas menuju kampus Alana. Dia sangat khawatir apalagi setelah mendengar suara Alana.
Setelah beberapa saat akhirnya Arman sampai di kampus Alana. Dia langsung memasukkan mobilnya didalam kampus.
"Alana saya sudah sampai. Kamu cepat keluar." ucap Arman menelepon Alana.
Alana langsung keluar dari ruang kelasnya dan terkejut saat mendapati mobil mewah Arman sudah terparkir didepannya.
"Nyonya silahkan, tuan sudah menunggu di dalam." ucap Sopir Arman yang langsung membawakan tasnya.
Semua orang yang berada di sekitar tempat itu pun terkejut melihat Alana. Selama ini Andra selalu mengantar Alana hanya sampai didekat kampus. Dia tak ingin orang tahu identitasnya.
"Hei lihat itu Alana dijemput siapa ya? Jangan-jangan dia jadi sugar baby" ucap beberapa mahasiswa.
"Pantas saja sekarang aku nggak pernah lihat alana kerja part time di cafe"
Suara-suara itu menguar begitu saja namun Alana tak mau memikirkan banyak hal. Dia berjalan cepat memasuki mobil Arman dan ingin segera pergi dari kampus itu.
Saat Pintu mobil terbuka tampak Arman yang duduk di belakang. Beberapa Mahasiswa yang penasaran segera memperhatikan.
Meski tak terlalu jelas namun terlihat bahwa pria yang ada didalamnya terlihat sudah dewasa meski masih terlihat tampan dan gagah. Hal itu semakin meyakinkan bahwa Alana menjadi seorang sugar baby om-om.
Alana memasuki mobil dan duduk di sebelah Arman. Dia tampak sedih dan gelisah.
"Alana bagaimana keadaanmu? Apa Hendro menyakitimu?" Arman memperhatikan Alana dan memeriksa keadaannya.
"A-aku baik-baik saja Mas, tapi aku takut.. Paman mengancamku, untung saja tadi ditolong security" Alana menceritakan kejadian yang dia alami sambil terisak.
Arman yang melihat Alana terisak ketakutan jadi teringat saat dirinya memaksa dan menyakiti Alana dulu. Hatinya menjadi terasa pedih dan bersalah.
Diraihnya tubuh kecil itu dan memeluknya. Arman mengusap rambut dan bahu Alana dengan penuh kelembutan. Sangat jauh berbeda dengan saat pertama kali bertemu.
Sementara Alana kini pasrah berada didalam pelukan Arman. Entah kenapa dia menjadi merasa aman bersama pria itu. Padahal dahulu dia sangat ketakutan.
"Sudah jangan takut, saya akan melindungi kamu Alana." suara Arman datar dan pelan.
Sementara Andra kini sedang meeting membahas pengalihan saham milik Hendro. Dia benar-benar sibuk mengurus banyak hal.
Meski begitu semuanya adalah demi Alana. Dia ingin semuanya cepat selesai dan membawa Alana pergi memulai kehidupan mereka bersama.
Saat mengecek ponselnya dia terkejut melihat beberapa panggilan tak terjawab dari Alana.
Sejak kemarin dia memang belum menghubungi Alana bahkan pagi ini dia sama sekali tak bertemu dengannya karena urusan mendadak bersama Hendro.
Saat Andra Mencoba untuk menghubungi Alana namun tak ada balasan sama sekali. Padahal saat ini sudah lewat waktu kuliahnya. Apakah Alana sedang marah?.
...****************...
"Sudah jangan dipikirkan lagi. Apapun yang terjadi Hendro tidak akan bisa menyentuhmu apalagi menyentuhmu." Arman mengusap lembut kepala Alana yang tengah berbaring di ranjang.
Sejenak Alana mendapatkan kedamaian dari perhatian Arman. Apakah benar Arman kini telah benar-benar berubah atau hanya berpura-pura baik kepadanya.
Terlalu sering mengalami ketidak adilan membuat Alana sulit mempercayai seseorang.
Dalam hatinya masih memikirkan Andra, pria itu merupakan harapan satu-satunya Alana dalam hidup. Hanya Andra yang selama ini berhasil memenangkan hatinya.
Tiba-tiba seorang pelayan berlari menghampiri Arman dan Alana di kamarnya. Dia tampak takut dan khawatir.
"Tuan... Tuan di luar ada beberapa orang mencari anda. Mereka membawa senjata tajam dan balok kayu." ucap pelayan itu.
Arman dan Alana terkejut mendengarnya. Dia langsung beranjak.
"Baiklah, aku akan melihatnya. Alana kamu tetap disini." ucap Arman.
Alana pun hanya bisa mengangguk pasrah.
Saat Arman keluar untuk menemui mereka dia melihat Hendro yang tengah membawa banyak anak buahnya.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Arman dengan sorot tajamnya.
"Aku kesini untuk menjemput keponakanku, Alana" ujar Hendro dengan sinisnya.
"Tidak bisa, dia istriku. Kau tidak berhak sama sekali akan Alana." tolak Arman.
"Hah.. Aku akan kembalikan uangmu tapi aku akan bawa Alana." ucap Hendro.
Arman yang geram pun langsung mendekati Hendro dan meraih kerah bajunya.
"Kau tidak dengar, ku bilang pergi dan jangan ganggu Alana. Dia istriku" ujar Arman.
"Lebih tepatnya kau paksa jadi istrimu Arman. Tak ingatkah bagaimana dia menangis saat kau seret memasuki rumah ini?" bisik Hendro yang mengusik batin Arman.
Arman yang terbawa emosi hanya fokus terhadap Hendro tanpa menyadari bahwa beberapa anak buah hendro sudah merangsek kedalam rumah untuk mencari Alana.
Sementara Alana yang berada didalam kamar mulai terusik dengan suara gaduh di luar. Dia penasaran namun takut. Serta perintah Arman yang menyuruhnya tetap berada didalam kamar membuatnya tak berani melanggar.
Ponselnya berdering, dia melihat Andra menelepon dan langsung Alana mengangkatnya.
"Halo, Alana.. Maaf aku sedang sibuk tadi. Apa semua baik-baik saja?" tanya Andra melalui telepon.
"Andra, iya aku baik-baik saja. Hanya saja tadi ada sedikit masalah. Tapi sekarang sepertinya terjadi sesuatu dirumah. Beberapa orang me... Aakhh..." belum sempat Alana meneruskan ucapannya tiba-tiba seseorang mendekapnya dan meraih tubuhnya.
Ponsel Alana tergeletak begitu saja dengan sambungan telepon yang masih menyala.
Andra yang mendengarnya menjadi sangat panik. Apalagi saat dia mendengar jeritan Alana serta suara beberapa pria.
"Alana.. Apa yang terjadi? Kamu dimana Alana..?" suara Andra sia-sia saja karena Alana kini telah dibawa pergi oleh anak buah Hendro.
Alana yang meronta hanya bisa pasrah ketika mulut dan hidungnya dibekap kain yang sudah diberi obat bius.
Sekuat tenaga Alana mencoba untuk tidak menghirupnya. Namun nyatanya nafas Alana tak tahan selama itu. Lambat laun akhirnya terhirup juga.
Meski begitu dia terus mencoba untuk tetap sadar. Rasa kantuk yang luar biasa melandanya perlahan meruntuhkan pertahanannya. Kini Alana benar-benar tak sadarkan diri.
Dengan diam-diam anak buah Hendro membawa Alana kedalam sebuah mobil. Sementara Arman yang tengah beradu Argumen sama sekali tak mengetahui bahwa istrinya telah dibawa pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments