Sejak bertemu Andra malam itu membuat Miranda mulai terobsesi dengan pria itu.
Dia terus mencari tahu tentang Andra Dinata. Pria yang berhasil mencuri hatinya dalam sekejap. Namun sedikit sekali informasi tentang pria itu.
"Aku harus bertemu secepatnya dengan Andra. Aku tidak bisa menahannya lebih lama" gumam Miranda sembari menatap foto Andra di sosial medianya.
Setelah mempelajari tentang perusahaan Andra, Miranda pun mempunyai ide untuk membuat kerja sama.
Miranda akhirnya mengajukan idenya tersebut kepada Hendro. Tentu saja dengan mulut manisnya Miranda berhasil membuat Hendro percaya.
"Apapun yang ingin kamu lakukan sayang, yang penting aku mendapat kepuasan darimu" Seperti biasa yang dipikirkan Hendro hanyalah uang dan ranjang.
Setelah mempersiapkan semua proposalnya Miranda akhirnya mencoba untuk menghubungi Andra dengan dalih bisnis.
Tentu saja nomor telepon yang ada di kartu namanya adalah nomor perusahaan bukan miliknya pribadi.
"Pak Andra. Nona Miranda dari PT Hansen terus mencoba untuk bertemu anda. Apakah saya harus mengatur jadwal pertemuan?" tanya Amanda, asisten Andra.
"Jangan dulu, biarkan dia berusaha lebih keras lagi" ujar Andra.
Dia sengaja menggoda Miranda dengan mengulur waktu agar wanita itu semakin penasaran dengannya.
Sementara Miranda terus uring-uringan sendiri mendengar jawaban asisten Andra.
"Sesibuk apa sih dia itu. Ketemu aja susahnya minta ampun. Jika kamu tidak sesempurna itu ogah banget menghabiskan waktuku begini" gumam Miranda sebal.
.
Dua minggu berlalu, akhirnya Andra merespon Miranda. Setelah tiga kali dia gagal bertemu.
"Akhirnya aku bertemu dengan Andra. Ahh... Sungguh akan ku buat dia terpikat olehku" dengan percaya diri miranda sibuk bersolek.
Dia mempersiapkan semuanya agar terlihat sempurna. Miranda percaya Andra akan terpikat dengan pesonanya terutama tubuhnya yang molek. Semakin seksi maka seorang pria akan semakin terpikat.
Dengan riasan glamour seperti biasa Miranda memakai gaun hitam ketat lengan panjang dengan belahan sampai ke pahanya.
Tubuhnya benar-benar tercetak tanpa celah terutama bagian dadanya yang membulat sempurna dengan ukuran lebih dari rata-rata.
Dengan percaya dirinya dia pergi menuju restoran tempat mereka membuat janji.
Sementara Andra seperti biasa tampil kasual dengan kemeja biru tua lengannya sengaja dia lipat sampai siku agar terlihat lebih santai.
Bergaya apapun pria itu tetaplah mempesona dari segala sisi.
Miranda sengaja datang lebih telat agar Andra bisa melihatnya berjalan mendekatinya. Karena hal itu menjadi daya pikat paling andalan untuknya.
Dan benar saja Miranda datang dengan gaya anggunnya menghampiri Andra.
"Hai Andra, Sorry aku agak telat. Jalanan sedang macet-macetnya." Miranda menjabat tangan Andra serta langsung cipika-cipiki tanpa Andra minta. Tentu saja pria itu terkejut akan keberanian Miranda.
"Silahkan" ujar Andra singkat.
Kemudian Andra memanggil waiters untuk minta menu. Mereka memilih beberapa menu andalan restoran itu.
Sembari menunggu makanan tiba Miranda membuka obrolan dengan sesekali menatap Andra dengan menggoda.
"Andra apa kamu sudah membaca proposal yang aku kirimkan? Aku berharap kita bisa bekerja sama." Miranda mulai membahas pekerjaan.
"ya, aku sudah mempelajarinya. Dan sepertinya bagus juga kita bekerja sama" ujar Andra memberi kelegaan untuk Miranda.
Sementara Alana kini menuruti Arman yang sedang ingin maka malam di luar. Arman memutuskan untuk dinner di restoran kesukaannya.
Tanpa menunggu lama mereka langsung saja berangkat ke tempat tujuan.
Alana seperti biasa selalu terlihat cantik mengenakan gaun satin berwarna soft blue. Riasan tipis namun terlihat begitu elegan. Dia sengaja membiarkan rambut hitamnya tergerai bebas.
Sepanjang perjalanan Arman tak berhenti memuji kecantikan Alana serta menciumi punggung tangan wanitanya.
"Kenapa kau terlihat begitu cantik Alana? Itu membuatku sulit berkonsentrasi saat menyetir" ujar Arman sesekali melirik Alana.
"Mas, fokus dong. Bagaimana nanti kalau terjadi sesuatu?" protes Alana tak mengindahkan pujian Arman.
"Iya-iya, huft.. Harusnya aku tadi minta antar sopir saja" Arman mendecak kesal karena keputusannya.
Padahal semua itu adalah permintaan Alana. Dia sengaja meminta Arman Yang menyetir dengan alasan ingin lebih privasi dengannya.
Sebenarnya dia sangat risih ketika harus duduk berdempetan di bangku belakang. Arman yang nakal selalu mencoba untuk meng ge raya ngi tubuh Alana.
Sementara Alana kini sedikit cemas karena seharian Andra tidak menghubunginya.
Alana berkali-kali menatap layar ponselnya berharap Andra memberi pesan.
"Sayang ada apa sih? Sepertinya kamu terlihat gelisah" ujar Arman.
Alana yang menyadari Arman memperhatikannya pun berusaha mencari alasan.
"Eh.. Itu mas, aku lupa mengerjakan tugas kuliah." ujar Alana berbohong.
"Oh, ya sudah dikerjakan nanti saja setelah pulang dinner." ujar Arman santai.
Setelah membelah kemacetan mereka akhirnya sampai di sebuah restoran steak mewah andalan Arman.
Mereka segera memasuki restoran tersebut.
Tanpa disangka restoran itu adalah tempat yang sama dimana Andra dan Miranda bertemu.
Arman menempati meja yang berjarak agak jauh dari Andra. Mereka memilih tempat yang dekat dengan jendela karena Alana suka pemandangan indah gemerlapnya kota di malam hari.
"Sayang kamu mau makan apa?" tanya Arman saat membaca daftar menu makanannya.
"Seperti biasa saja mas" ujar Alana singkat.
Alana dan Arman memang tampak mencolok di tempat itu. Perbedaan usia yang cukup jauh yaitu hampir dua puluh tahun membuat semua orang pasti mengira mereka ayah dan anak.
Namun saat Arman memperlakukan Alana dengan mesra membuat mereka berpikir bahwa Alana adalah Sugar Baby simpanan om-om.
Meski risih namun Alana tak bisa mengelaknya. Bahkan seisi kampus mulai mengetahui hubungan tersebut.
Kepalang tanggung Alana hanya pasrah menerima semua cibiran orang-orang.
Saat menunggu makanan datang Arman melihat-lihat suasana restoran dan tak sengaja menangkap sosok yang sangat dikenalnya.
"Ck, dasar anak itu rupanya sudah punya gandengan" ujar Arman membuat Alana penasaran.
"Ada apa mas?" tanya Alana.
"Lihat disana. Bukankah itu Andra? Dia sedang dinner juga dengan kekasihnya" Arman menunjuk ke arah kursi Andra.
Seketika Alana menoleh mencari keberadaan Andra. Dan benar saja saat ini dia sedang menikmati makan malam bersama seorang wanita cantik.
Bahkan mereka tak ragu menunjukkan kemesraan di depan umum.
"A-Andra?" gumam Alana yang merasa tenggorokannya tercekat sat melihat Andra.
Sementara di meja Andra yang sudah tersedia semua hidangan yang dipesan mereka sibuk menyantap makanannya.
Andra yang melahap steak kesukaannya tak sadar jika mulutnya belepotan dengan saus.
Miranda yang melihat hal itu segera memberitahu Andra dengan meng kodenya.
Namun Andra yang sedikit tidak fokus pun memilih mengabaikannya.
Akhirnya Miranda mengambil tisu dan segera mengusap sudut bibir Andra.
Alana yang menyaksikan hal tersebut merasa sangat cemburu. Hatinya terasa sakit seperti diiris-iris.
"Jadi itu yang kamu lakukan di belakangku Andra? Kamu tega berhubungan dengan wanita lain sementara aku disini menunggu janji-janjimu. Ternyata itu semua palsu" Batin Alana yang sakit hati.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments