Andra kini sudah bersiap menghadiri acara amal yang diselenggarakan salah satu perusahaan besar.
Tujuan utamanya adalah mencari sosok Miranda asisten Hendro dan coba untuk menarik perhatiannya.
Sementara Arman yang hendak pergi kini digagalkan oleh Alana yang pura-pura sakit.
Sebelumnya Andra memberitahu Alana untuk menggagalkan rencana Arman berangkat ke acara amal.
Andra menuturkan bahwa ini sebagian dari rencana dirinya dan Alana dengan senang hati membantu.
Sempat bingung bagaimana dia mencegah Arman tiba-tiba dia terpikirkan dengan sakit.
Mula-mula dia meminum obat pencuci perut yang menyebabkan perutnya terasa mulas.
Tentu saja Arman menjadi khawatir dengan keadaan Alana yang lemas. Belum lagi Alana yang terus merengek manja minta ditemani membuatnya langsung membatalkan kepergiannya.
"Sayang kita ke rumah sakit ya, atau dipanggilkan dokter saja kesini?" tampak Arman sangat khawatir melihat Alana.
"Tidak mau, aku maunya mas Arman cukup menemaniku." rengek Alana.
"Iya-iya ini aku temani. Tapi apakah tidak berbahaya jika dibiarkan?" Arman melepaskan jasnya kemudian naik ke ranjang duduk di samping Alana.
"Tadi aku sudah minta carikan obat ke Bi Siti. Dan sekarang sakitnya sedikit berkurang." Alana beralasan.
"Tapi mas Arman gak boleh pergi" Alana meraih lengan Arman dan menempelkan kepalanya dengan manja.
Tentu saja Arman merasa besar kepala diperlakukan seperti itu oleh Alana.
"ehmm.. Memangnya kalau saya temani gini sakitnya bisa sembuh?" tanya Arman dengan Percaya dirinya.
"Tergantung" jawab Alana singkat.
Arman langsung berpikir keras mendengar jawaban Alana.
"Kok tergantung?" Arman penasaran.
"Tergantung Mas ikhlas atau nggak? Kan gara-gara aku Mas Arman jadi batal ke acara amal. Kalau mas tulus jagain aku ya pasti cepat sembuh" goda Alana.
Tampak Arman mesem-mesem sendiri membuat Alana muak sebenarnya. Tapi dia tahan demi rencana Andra.
Alana yakin Andra akan melakukan yang terbaik untuknya.
.
Sementara Andra sudah berada di lokasi ditemani Noah. Selama ini Andra memang jarang sekali menghadiri acara seperti ini.
Para pebisnis tua muda berkumpul dalam acara tersebut. Ada yang sudah sukses ada pula yang masih merintis.
Diantara banyaknya manusia yang sedang mengobrol satu sama lain membahas pekerjaan.
Tampak seorang wanita mengenakan gaun merah ketat dengan belahan dada cukup rendah membuat perhatian pasang mata para pria yang melihat gundukan hampir mencuat dari pakaiannya tersebut.
"Dialah Miranda, kamu harus bisa menarik perhatiannya Andra." bisik Noah sembari menunjukkan sosok wanita itu.
Sudah bisa ditebak dari gayanya Miranda sangat senang menjadi pusat perhatian. Pakaian yang mencolok serta make up yang terkesan menor memperlihatkan dirinya agar tampak dewasa.
Mulanya Andra hanya berjalan melewati wanita itu untuk mengambil minuman. Tentu saja tatapan Miranda langsung tertuju padanya.
Diantara banyak pria hanya Andra yang tampak mempesona. Perawakan yang gagah serta wajah tampan paripurna nyaris membuatnya terlihat sempurna.
"Hai.. Sepertinya aku baru melihatmu di acara ini" Miranda menghampiri Andra yang tengah menikmati minumannya.
Andra pun menoleh dan tersenyum kepada Miranda. Tentu saja senyum itu menjadi daya pikat maut andalannya. Alana saja selalu dibuat salah tingkah saat Andra tersenyum.
"Iya, ini pertama kali aku hadir disini" jawab Andra dengan suara datar.
"Perkenalkan aku Miranda" Miranda menjulurkan tangannya kepada Andra.
"Andra" balas Andra dengan menjabat tangan Miranda.
"Nama yang indah seperti orangnya" batin Miranda.
Setelah berkenalan Miranda pun mencoba untuk terus mengajak Andra mengobrol. Dia begitu antusias meski Andra hanya menimpali seperlunya.
Andra sengaja bersikap dingin agar Miranda semakin penasaran kepadanya.
Sepanjang acara itu Miranda tak henti-hentinya mencoba untuk membuntuti Andra. Dia sengaja mencari perhatian pria itu dengan gayanya sok seksi.
Sementara dari kejauhan Noah hanya tersenyum memberi isyarat kepada Andra.
'mangsa sudah mulai masuk perangkap'
Hingga sampai di akhir acara Miranda terus mengikuti Andra.
"Emm.. Andra, bolehkah aku minta kartu nama kamu. Aku tertarik dengan perusahaanmu siapa tahu kita bisa bekerja sama" pertanyaan Miranda seolah membuatnya terdesak.
Akhirnya Andra mengeluarkan kartu namanya dan diberikan kepada Miranda.
"Thank you, aku berharap kita lebih sering bertemu" dalam hati Miranda seolah melonjak-lonjak.
"Akhirnya... Sebentar lagi aku akan taklukkan kamu tampan" gumam Miranda dalam hati.
.
Menemani Alana membuat Arman tanpa sadar tertidur pulas di sebelahnya. Dia terus melingkarkan tangannya di tubuh Alana seolah tak ingin memberi jarak keduanya.
Pelan-pelan sekali Alana mencoba untuk melepaskan diri dari Arman. Untung saja saat ini Arman tertidur sangat pulas sehingga tidak terlalu sulit untuk Alana menghindarinya.
Alana pergi ke luar kamar mencari sosok Andra apakah sudah pulang. Tak berselang lama dia mendengar suara mobil Andra.
Hatinya terasa lega. Dia ingin sekali bertemu Andra.
Tampak Andra masuk ke dalam rumah bersama Noah, dia langsung menatap Alana yang berdiri di depan kamarnya.
Untung saja kamera CCTV di rumah ini dirusak sistemnya oleh Andra sehingga mereka bisa bergerak lebih leluasa.
Perlahan Alana mengamati sekitar lalu mulai menyelinap masuk ke dalam kamar Andra setelah dirasa aman. Dia sengaja lebih dulu masuk untuk menunggunya di dalam.
Disusul Andra yang kemudian memasuki kamar itu. Dilihatnya wanita cantik kesayangannya sudah menunggu di dalam kamarnya.
Andra langsung melepas jasnya dan memeluk Alana. Mencium puncak kepalanya dengan begitu lembut.
"Sayang, apa semuanya lancar?" tanya Alana kepada Andra.
"Sejauh ini berjalan lancar sayang, kamu sendiri bagaimana? Berhasil membujuknya?" Andra mengusap-usap pipi chubby Alana.
"Hmmm.. Ya aku berhasil" jawab Alana sembari mengeratkan pelukannya kepada Andra.
"Tapi kalian tidak melakukan sesuatu yang.. Itu kan?" tanya Andra sedikit cemburu.
"Tidak sayang, Arman tidak melakukan apapun untukku. Dia hanya menemaniku. Karena aku sakit" ujarnya.
"Kamu sakit? Bagaimana dia bisa percaya?" Andra penasaran.
"Aku tadi minum obat pencuci perut jadi perutku terasa mulas terus-terusan. Melihatku seperti itu akhirnya Arman tidak tega meninggalkanku" Alana Menceritakan apa yang dia lakukan.
"Apa? Kamu minum obat pencuci perut? Alana jangan sembarangan" Andra langsung terkejut dengan keputusan yang diambil Alana.
"Kamu bilang suruh menahan Arman agar tidak pergi. Ya aku lakukan itu, tapi berhasil kan" ujarnya santai.
"Tapi tidak minum obat pencuci perut juga Alana. Bagaimana jika kamu benar-benar sakit? Ah benar-benar... Aku merasa bersalah telah membahayakan mu" Protes Andra.
"Tapi aku sudah tidak apa-apa" mendengar omelan Andra entah kenapa membuatnya terharu dan ingin mengeluarkan air matanya.
Tak pernah ada yang bisa perhatian begini selain kedua orang tuanya dan Andra.
Perlahan tapi pasti akhirnya Alana mulai terisak. Dia menangis antara bahagia atau sedih juga bingung bagaimana mengartikannya.
Andra yang menyadari itu benar-benar merasa bersalah kepada Alana.
"Sayang jangan menangis, maafkan aku. Ini semua salahku. Ku mohon jangan menangis bidadariku" Andra terus mendekap Alana dan mengusap bahunya.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments