Episode 13:
Namun sepertinya takdir tak memihak, terdengar suara derap langkah dari luar yang seperti nya akan menuju ke tempat kami berada.
Namun sebelum itu terjadi, Arkha sudah terlebih dahulu meninggalkan Kanaya dengan sejuta tanda tanya.
" Sayang, kamu gak masuk ke dalam kamar? entar masuk angin loh lama-lama di luar." Ingat Nita kepada sang anak.
Nita adalah ibu dari Kanaya tersebut, menyentuh anak nya yang masih mematung karena kejadian tadi.
" E,,,,,mama!" Beonya.
" Iya ini mama, emang siapa lagi?"
" E,,,,,nga, abis nya mama ngagetin Naya aja sih." Elak nya yang tentunya mengundang kecurigaan sang mama.
" Ngagetin? emang kamu habis ngapain?" Tanya Nita seolah sedang mengintimidasi. Bukan curiga kepada anak semata wayangnya itu, tapi lebih tepatnya khawatir jika anak nya itu salah langkah.
Di pikiran nya saat ini, melihat Kanaya seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Tentu sebagai orang tua, Nita merasa was-was, dan berfikir yang tidak-tidak, seperti menyembunyikan keberadaan Dion dan sudah melampaui batas pacaran.
" E,,,,,, enggak, gak ngapa ngapain kok ma. Naya cuma kaget aja, abisnya mama datang tiba-tiba gak manggil dulu, kan Naya jadi takut, mana di sini sendirian lagi." Kelit nya, dan untungnya Nita percaya dengan ucapan Kanaya yang menurut nya masuk akal.
" Makanya, jangan suka sendirian di sini, nanti ada yang nemenin baru tau rasa." Ucap Nita yang sedang mengejek anak nya.
" Lah kan malah bagus kalau ada yang nemenin Naya di sini. Gimana sih mama." Kesal nya yang belum mengerti maksud dari sang mama.
" iya bagus, kalau yang nemenin itu yang muka nya pucat, atau yang lebih parah yang gak punya muka." Kekeh Nita yang membuat sang anak mengerti dan langsung bergidik ngerti.
Namun sesaat dia terdiam, apa yang di katakan mama nya bahkan baru saja terjadi. Meski tak seseram itu, tapi tetap saja dia kepikiran.
" Apa benar kalau dia bukan seorang jin? tapi kenapa dia datang dan pergi secara tiba-tiba. Udah kayak jilangkung aja." Gerutu nya.
Dia sebenarnya masih merasa penasaran dengan sosok Arkha itu. Wajah nya sebenarnya sama sekali tak menunjukkan kalau dia adalah seorang jin, wajah nya yang tampan serta warna kulit yang putih bersih namun tidak pucat, di tambah lesung pipi yang selalu membuat Kanaya terngiang-ngiang. Ahh membayangkan nya saja membuat Kanaya senyum-senyum sendiri seperti orang tidak waras.
" Eh kenapa aku bisa seperti ini?" Benak nya.
" Ihh kenapa sih ma?" Kesal nya. Iya, bagaimana tidak. Sang mama secara tiba-tiba memegang keningnya, membuat Kanaya refleks terkejut dengan perlakuan sang mama.
" Kamu itu yang kenapa? dari tadi orang ngomong bukanya di jawab, eh malah senyum-senyum gak jelas. Gimana mama gak mikir kamu stres kalau kayak gitu." Kesal Nita yang di balas cengiran oleh Kanaya.
" Jangan-jangan kamu lagi mikirin yang enggak-enggak ya sama Dion?" Tuduh Nita, sontak saja membuat Kanaya langsung cemberut karena merasa kesal.
Tak tau kenapa, saat ini dia sedang tidak ingin mendengar nama laki-laki itu, mungkin karena kejadian tadi siang yang membuat kepercayaan nya kepada pria itu perlahan luntur, atau memang karena sebab lain?.
" Ih mama gimana sih, kita kan bahas nya hantu, kenapa jadi langsung bahas Dion sih. Kan Naya jadi kesel." Ucap nya jengkal.
Nita yang melihat perubahan pada sang anak saat membahas tentang Dion pun mengernyit heran.
Pasalnya tak biasanya anak nya itu tidak mood saat membahas tentang sang pacar.
" Kok kamu malah suka bahas hantu dari pada pacar kamu sendiri?" Tanya Nita heran.
" Biasanya aja, dia yang selalu excited kalau sudah bahas Dion." Sindir sang mama.
" Ya kan beda, hari ini Naya lagi gak mau bahas Dion." Rajuk nya dengan bibir yang sudah manyun.
" Kenapa?"
" Ihhh pokok nya lagi gak mood. Mama gak usah tanya-tanya deh." Bentak nya, yang tanpa dia sadari telah berkata kasar kepada orang tua nya.
Nita yang melihat perubahan sikap sang anak semakin bertanya-tanya, dan tentu saja itu bukan sifat asli gadis itu. Kanaya sebenarnya anak yang selalu patuh kepada orang tua nya, selagi itu dalam hal kebaikan, maka Kanaya akan selalu patuh.
Jika dia berbuat hal yang demikian, berarti ada sesuatu yang dia sembunyikan, yang tentunya itu adalah masalah serius.
"Apa mereka sedang marahan ya? atau ada hal lain yang dia sembunyikan?" Batin nya. Dia menatap nanar kepada anak gadis nya yang sudah berlalu meninggalkan nya tanpa sepatah kata pun.
*****
Pagi ini hari Minggu, Kanaya sudah bersiap-siap dan sedang berkutat dengan alat meke up nya. Dia berencana akan mengunjungi Dion di rumah nya, bukan tanpa alasan. Hari ini dia hanya ingin memastikan perasaan nya yang beberapa hari ini sudah membuatnya gelisah.
Dia juga berniat untuk meluruskan hubungan mereka serta meminta maaf karena telah menuduh Dion tanpa bukti.
Cklek
Suara pintu kamar Kanaya yang di buka oleh seseorang, yang ternyata adalah sang mama.
" Sayang!" Panggil Nita kepada sang anak dengan lembut.
" Iya ma." Jawab nya sambil tertunduk. Dia sadar atas kejadian semalam, dia sangat merasa bersalah kepada mama nya karena tanpa sadar diri nya telah berani membentak orang tua yang telah berjuang untuk hidup nya.
Satu bulir air berhasil lolos dari pelupuk mata nya. Nita yang menyadari itu, langsung menghampiri Kanaya dan memberikan pelukan terhangat nya, yang membuat Kanaya selalu merasa nyaman.
" Ma-af." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Kanaya sambil sesegukan, dia benar-benar menyesal telah membuat hati mama nya sedih, padahal mama nya itu tidak tahu menahu dengan persoalan yang di hadapi nya sekarang.
Nita membelai rambut anak nya dengan sayang, dia belum ingin menanyai Kanaya tentang masalah yang dia hadapi sekarang. Yang penting bagi nya keadaan Kanaya kembali pulih dulu, baru dia akan berbicara dari hati ke hati dengan anak semata wayangnya itu.
Pelukan mereka perlahan-lahan mulai mengendur, Kanaya melepaskan pelukannya dari sang mama, meski rasanya masih ingin menumpahkan segala kesedihan di pundak ibu nya itu.
" Udah ya nangis nya, lebih baik sekarang kamu makan dulu!" Pinta sang mama dengan lembut sambil mengusap kepala Kanaya dengan sayang. Tak lupa dengan senyum yang selalu terbit di bibir nya.
Namun bukannya menuruti perintah Nita, Kanaya malah memegang erat tangan Nita yang hendak keluar dari kamar nya.
" Ma!" Panggil Kanaya dengan wajah memelas.
" Kenapa sayang?" Nita yang semula hendak keluar pun mengurungkan niatnya dan berbalik menghadap Kanaya.
" Kanaya hari ini mau ke rumah Dion, jadi kayak nya Kanaya makan di luar aja deh." Ucap nya.
Nita tak buru-buru mengiyakan permintaan Kanaya, dia sedikit berpikir untuk melepas Kanaya ke rumah Dion.
Entah lah, semenjak dia menyadari bahwa anak nya tidak baik-baik saja dan dia yakin itu di sebabkan oleh Dion sendiri, dia sedikit khawatir untuk memberi izin Kanaya pergi ke rumah pria itu.
" Gimana ma, mama ngizinin kan?" Tanya nya dengan penuh harap.
" Emmmm, tapi kamu kesananya jangan sendiri ya!" Pinta Nita, terdengar gurat kekhawatiran di sana.
" Ma Naya mau nyelesain masalah pribadi Naya sama Dion, jadi gak mungkin Naya bawa orang lain." Ucap nya.
" Naya, kamu itu perempuan yang akan nyamperin laki-laki yang di rumah nya hanya ada Dion sendiri, mama takut nya nanti malah jadi fitnah." Terang nya.
" Ya udah nanti Naya ajak mbak Ita kalau dia gak sibuk ya." Saran nya yang membuat Nita langsung mengembangkan senyumnya.
" Ya udah kalau gitu kamu telpon Ita sekarang." Perintah nya yang langsung di angguki Kanaya.
Kanaya lalu mengambil telpon genggam nya yang berada di meja rias nya, lalu menghubungi nomor tujuan nya.
Setelah selesai berbincang dengan orang di seberang telepon, wajah nya langsung cemberut. Entah apa yang di katakan Ita pada nya.
" Gimana kata Ita nak?" Tanya Nita setelah sambungan telepon nya di matikan.
Kanaya hanya menggeleng lemah.
" Kata mbak Ita dia lagi gak bisa, karena hari ini dia sama suami dan anak nya lagi mau liburan."
Nita hanya menarik nafas berat. Namun tak lama suara ketukan pintu dari luar memecah keheningan mereka.
Nita dan Kanaya pun saling pandang, sebelum akhirnya Nita beranjak dari duduknya dan segera membukakan pintu tersebut.
" Bibi, ada apa bi?" Tanya Nita kepada Ijah yang ternyata dia lah yang mengetuk pintu.
" Itu Nya, di luar ada tamu ganteng banget, katanya temen nya non Kanaya." Kanaya yang namanya di sebut merasa penasaran dan langsung menghampiri Nita dan pembantu nya yang berada di depan pintu.
" Siapa bi?" Tanya Kanaya penasaran.
" Ndak tau non, bibi lupa tanya namanya, yang jelas orang nya ganteng banget deh, kalau sama den Dion mah lewat." Jawab Ijah tanpa sadar, setelah sadar dengan apa yang di ucapkan nya, dia pun buru-buru membekap mulutnya sendiri, dia merutuki kebodohan nya sendiri yang telah lancang membanding-bandingkan kekasih dari anak majikan nya tersebut.
" Ma-af non." Sesal nya dengan tertunduk dalam.
" Iya bi gak pa-pa." Jawab nya singkat.
" Sekarang orang nya ada di mana bi." Kini Nita yang bertanya.
" Itu lagi di luar sama tuan."
" Ya udah sana samperin, Siapa tau itu teman kerja kamu." Ucap Nita.
Sebenarnya Kanaya tidak setuju kalau itu adalah teman kantor nya yang berkunjung, karena selain Ita dan Arya, Kanaya tidak dekat dengan siapa-siapa di kantor.
Apa lagi berpikir jika yang datang itu adalah Arya, lebih tidak mungkin. Karena anak itu sangat takut kepada papa Kanaya karena menurut nya, papa Kanaya itu terlihat galak, apa lagi dengan jambang yang mendominasi di wajah sangar nya itu, semakin membuat nyalinya menciut seketika. Apa lagi harus berbincang-bincang dengan beliau di teras.
Tanpa ingin membantah dan juga rasa penasaran nya, Kanaya segera menuruti perintah mama nya untuk menemui pria tersebut.
Dan alangkah terkejutnya Kanaya setelah tau siapa yang bertamu sepagi ini ke rumah nya.
Tapi sebisa mungkin dia menyembunyikan rasa keterkejutan nya itu di depan papa nya.
Dia menelan ludah dengan susah payah, dan dengan perlahan dia mendekati kedua pria yang sedang asyik berbincang-bincang di teras rumah itu, apa lagi mereka terlihat sangat akrab. Sangat berbeda jika papa nya sedang bertemu dengan Dion kekasih nya.
Keberadaan nya di sadari oleh kedua pria itu. Sontak kedua nya langsung menoleh kepada Kanaya.
Wajah gadis itu benar-benar tertekan, perasaan nya kini sedang bercampur aduk.
Antara gugup dan takut, meskipun rasa gugup yang lebih mendominasi.
Pria muda itu tersenyum ke arah nya, yang membuat Kanaya semakin gugup saja di buat nya.
"A-arka!" Cicit nya.
Ya pria itu adalah Arkha, pria yang sering mengganggu malam nya, kini malah muncul di siang hari.
Kanaya juga tak bisa berbohong betapa mempesona nya pria itu saat terlihat di siang hari. Wajah tampan yang semakin jelas, dan warna kulit nya yang putih bersih seakan bercahaya jika terkena sinar matahari, serta lesung pipi yang terlihat sangat dalam di pipi mulus nya, sungguh Kanaya mengagumi ciptaan Tuhan yang satu ini.
" Nak, kok kamu masih berdiri di situ?" Tanya Adi kepada anak nya yang masih setia mematung di ambang pintu.
" Sini dong! temen datang itu di sambut, bukannya di liatin kayak gitu." Goda Adi yang melihat tingkah sang anak.
" I-iya pah, Kanaya ke situ sekarang." Jawab nya dengan jantung yang mulai tidak sehat.
" Ya sudah, kalian lanjut ngobrol nya, papa tinggal kedalam dulu ya." Tanpa persetujuan Kanaya, Adi langsung meninggalkan mereka berdua. Kini hanya tinggal Arkha dan Kanaya yang masih terlihat kaku.
Perlahan Kanaya meraih kursi untuk ia duduki, dan tentunya itu tak luput dari pandangan Arkha. Pria itu mandangin nya dengan intens, membuat Kanaya semakin salah tingkah.
" Ng-ngapain ke sini?" Tanya Kanaya gugup.
" Mau main aja, emang gak boleh?." Jawab lelaki itu dengan santai. Padahal saat ini perasaan nya tak jauh berbeda dengan yang di rasakan Kanaya, namun dia sangat pintar menyembunyikan kegugupan nya.
" Bukan gitu, tapi kan.,,,,," Kalimat nya terputus, Kanaya tak tahu harus berbicara apa kepada pria di hadapannya ini. jantung dan lidah nya saat ini benar-benar kompak. Ia merutuki diri nya sendiri yang terlihat salah tingkah di depan Arkha, padahal dia sendiri masih meyakini kalau Arkha bukanlah manusia, mengapa perasaan nya seolah menandakan bahwa dia sedang kasmaran.
" Lagian ngapain sih ke sini siang-siang? gak takut kena matahari?." Tanya nya terdengar seperti sedang mengejek.
Namun Arkha malah terkekeh geli. Dia benar-benar tak habis pikir, ternyata Kanaya masih tak mempercayai diri nya.
" Kenapa emang harus takut? kan aku bukan hantu." Pernyataan nya sontak membuat Kanaya mengerutkan keningnya, namun Arkha tak perduli itu.
" Kan aku sudah bilang, kalau aku itu seorang manusia yang memiliki kekuatan jin." Ucap nya. Dia sedikit menoleh ke arah Kanaya yang tak memberikan respon apa-apa.
" Jadi aku masih hidup karena kekuatan itu, tapi jika kekuatan itu sudah terlepas dari tubuh ku, otomatis aku juga akan meninggal." Ucap nya dengan wajah santai, namun tidak dengan Kanaya. Dia seperti mulai percaya, namun seketika itu juga dia terkejut dan menampakkan wajah sedih, entah karena apa.
Arkha yang melihat perubahan pada Kanaya pun lantas tersenyum penuh arti.
" Udah, tidak usah terlalu di bawa serius, bukannya jodoh dan mati itu sudah menjadi ketetapan yang maha kuasa." Tutur nya dengan bijak. Dan untungnya itu juga berhasil membuat Kanaya tersenyum kembali.
" Terus tujuan kamu kesini untuk apa?" Tanya Kanaya langsung mengalihkan pembicaraan.
" Untuk menemani kamu ke rumah Dion." Jawab nya singkat namun jelas di telinga Kanaya.
" Dari mana kamu tahu kalau aku mau ke rumah Dion?." Tanya nya heran.
" Insting saja sih. Bukannya malam tadi kamu terlihat sedih, itu pasti karena dia." Tebak nya yang ternyata memang benar.
" Dan aku juga pernah bilang kan kalau dia itu berbahaya." Ujar nya yang langsung di angguki oleh Kanaya.
" Dia bukan laki-laki baik-baik. Jika kamu tidak percaya kita bisa buktikan sekarang, dan aku akan menemanimu ke sana." Kanaya tak menjawab, dia seakan setuju dengan saran dari Arkha.
Tak banyak bicara lagi, Kanaya langsung berpamitan kepada orang tua nya untuk pergi ke rumah Dion dengan di antar Arkha. Tentu saja orang tua nya dengan senang hati mengizinkan mereka, seolah merasa percaya kepada Arkha, padahal mereka baru mengenal nya.
Setelah sampai di sana, suasana terlihat sangat sepi, namun pintu rumah besar itu terlihat terbuka, namun tak nampak satu pun orang di sana, bahkan seorang pembantu sekalipun.
Kanaya penasaran, dia bahkan telah lancang masuk ke dalam rumah tanpa di persilahkan.
Rasa penasaran nya kini berubah menjadi kecewa saat gadis itu sudah berada di depan pintu kamar yang sedikit terbuka, juga ada suara erangan dua insan yang sedang melakukan apa yang semestinya tidak mereka lakukan.
Rasa penasaran nya tak sampai di situ, meski telah yakin dengan apa yang ia dengar, Kanaya tetap melanjutkan untuk membuka pintu kamar tersebut, agar dia memiliki bukti jika yang dia dengar itu tidak salah.
" D- DION,,,,,,,,,!!" Pekik nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments