Cerita Masa lalu Arkha

Episode 10:

Setengah jam mungkin aku berada di rooftop. Yang ku lakukan sedari tadi hanya mengemil keripik singkong dan meminum minuman soda saja. Tak ubah seperti orang yang sedang gabut.

" Lagi ada masalah?."

Suara seseorang yang tak tau asalnya itu, mengagetkan ku yang sedang asyik mengunyah keripik sambil mendengarkan musik menggunakan headset.

Sontak aku mencari asal suara, dengan melihat sekeliling ku. Namun anehnya aku tak menemukan siapa pun di sana.

Seketika membuat bulu kuduk ku merinding.

'Jangan-jangan, di sini ada makhluk halus lagi. Kan gak lucu kalau aku jadi santapan empuk genderwo penghuni rooftop ini.' Batinku.

Aku pun bergidik ngeri. Namun aku menepis jauh-jauh perasaan takut ku

'Mungkin ini hanya perasaan ku saja. Mana mungkin ada makhluk halus di sini. Kan tempat ini sering di bacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an sama papa. Mana berani dia.' pikir ku.

Memang papa sering mengaji di tempat ini. Selain tempat nyaman dan jauh dari suara ribut-ribut, tempat ini juga adem dengan angin malam yang sejuk.

Aku kembali memasang headset yang tadinya aku lepas, serta mengunyah kembali cemilan ku.

" Makan gak bagi-bagi." Ucap suara bass seseorang.

Aku terkejut bukan main saat menoleh ke samping kiri ku, yang ternyata sudah ada seorang pemuda tampan yang khas dengan senyum manis dan lesung pipi nya.

Siapa lagi kalau bukan orang yang selama ini terus-terusan meneror ku. Ya itu suara Arkha, si pria misterius.

Aku mengelus dada sangking terkejut nya. Bahkan juga di sertai rasa takut seperti biasanya. Meskipun dia sudah pernah meniduri ku, tetap saja aku masih merasa takut. Karena bagaimanapun, aku belum tau identitas nya.

" K-kamu lagi?." Ucap ku terbata bata karena takut. Dengan cepat aku segera menggeser tempat duduk ku agar menjauh dari nya.

" Gak usah takut lagi sama aku. Kita kan udah beberapa kali ketemu, kok kamu masih takut sih. Aku gak makan orang juga kali." Ucap nya seraya menaik-naikkan alisnya.

Rasa takut ini, perlahan-lahan mulai sirna karena melihat tingkah nya yang begitu bersahabat.

" L-lagian, kenapa kamu bisa tiba-tiba ada di sini sih?. Gimana cara nya?." Tanya ku mulai memberanikan diri.

Arkha sedikit bergeser, agar lebih dekat dengan ku. Namun sedikit pun aku tidak menjauh, seakan sudah terbiasa dengan keberadaan nya.

" Aku kan sudah bilang. Di mana pun kamu, di situ lah aku." Ucap nya santai.

Lain halnya dengan ku yang heran dan beribu pertanyaan yang muncul di dalam benak ku.

' Mengapa dia selalu berkata seperti itu?, dan apa hubungannya aku dengan nya sehingga dia selalu mengikuti ku.'

Aku bersirobok dengan pikiran ku sendiri, sampai akhirnya sebuah tangan menyentuh pundak ku lembut.

" Kok melamun?." Tanya Arkha. Membuat aku tersadar dari lamunanku.

" Gak melamun." Kilah ku.

" Aku tau. Kamu pasti sedang bertanya-tanya tentang identitas dan keberadaan ku, kenapa bisa selalu ada di sini." Tebak nya yang ternyata memang benar.

Aku sedikit terkejut. ' Kenapa dia bisa tau tentang yang sedang ku pikirkan?. Apa mungkin dia bisa membaca pikiran?.'

" Enggak juga. Aku cuma bisa menebak dari raut wajah kamu."

Aku kembali di buat terkejut oleh nya. Bagaimana tidak. Dia selalu bisa menebak tentang apa yang sedang ku pikirkan.

' Apa mungkin ini sebuah kebutuhan saja.'

" Tidak kebetulan kok. Aku dan kamu itu sudah menyatu sejak sebelum kita di lahir kan. Aku juga bisa merasakan apa yang kamu rasakan." Imbuh nya. Yang membuat ku semakin ke heranan.

" Kamu tidak usah heran. Nanti kamu juga tau sendiri." Tambah nya lagi.

" Sebenarnya kamu tuh siapa sih?. Jujur aku ingin tau, supaya aku nggak merasa takut lagi sama kamu." Ucap ku penasaran.

" Benar kamu ingin tau siapa aku?. Apa setelah aku menceritakan diri ku yang sebenarnya, apa kamu tidak bertambah takut dengan ku?." Tanya nya dengan wajah khawatir.

" Memang nya kenapa aku harus takut sama kamu?." Bukannya menjawab, aku malah balik bertanya.

" Tapi kamu harus berjanji dulu bahwa kamu tidak akan takut dengan ku." Pinta nya.

Ada rasa khawatir yang mendalam dari sorot mata elang nya. Takut jika aku akan menjauh dari nya setelah mengetahui identitas nya nanti.

Aku menarik nafas dalam-dalam, mencoba untuk berani dan menguatkan diri lalu mengangguk, menyetujui permintaan nya.

" Iya, aku janji." Ucap ku mantap.

Seketika dia langsung tersenyum sumringah, menampakkan ciri khas lesung pipi nya yang begitu dalam, yang selalu berhasil membuat jantung ku melompat-lompat di dalam sana.

Dia pun mulai bercerita. Menatap lurus ke depan. Tatapan nya tertuju pada bulan dan bintang yang saling berdekatan di atas sana.

Begitu pun aku, dengan serius mendengarkan cerita yang akan dia bawakan sambil menatap serius wajah tampan dan rahang tegas milik nya, di sertai dengan jakun yang naik turun.

" Dulu aku mencintai seorang putri raja yang bernama Putri Aleta." Tutur nya mulai bercerita. Namun aku sedikit terkejut dengan nama dan cerita yang dia sampaikan. Tapi aku memilih fokus untuk mendengarkan cerita nya sampai selesai.

" Kami berdua juga saling mencintai. Tapi karena perbedaan kasta, hubunganku dan dia berakhir tragis. Dia tewas di tangan suruhan ayahnya sendiri."

" Kok bisa?." Tanya ku dengan wajah tegang. Dia memandang ku sekilas seraya tersenyum manis sekali, lalu kembali menatap ke depan dan melanjutkan ceritanya.

Aku yang di tatap begitu, entah mengapa tiba-tiba jantung ku konser di dalam sana.

Dengan hati yang masih berdebar, aku kembali fokus pada cerita yang dia sampaikan.

" Karena dia menghalangi pedang yang akan menghunus ku, alhasil pedang tersebut malah mengenai tepat di jantung nya, hingga membuat dia kehilangan nyawa." Suara Arkha mulai bergetar, seperti sedang menahan air matanya. Aku pun tertegun melihat pria di samping ku ini.

Pria yang terlihat kuat dan gagah ini ternyata juga bisa bersedih. Memang ku akui, cerita nya begitu menyentuh, hingga membuat ku juga ikut terbawa suasana.

" Tunggu!. Pedang?. Apa kamu hidup di zaman Majapahit." Tanya ku membawa kearah bercanda.

" Lebih tepatnya kerajaan lintang. Dia anak tunggal dari raja Bramantyo yang terkenal kejam, namun sangat menyayangi anak semata wayangnya itu. Dia tidak ingin putri nya mendapatkan laki-laki yang tidak sejajar dengan nya, minimal dia juga keturunan kerajaan walaupun hanya kerajaan kecil. Sedangkan aku hanya seorang Senopati di kerajaan putri Atala itu sendiri." Dia menarik nafas berat. Mengumpulkan kembali pasokan oksigen yang terasa sesak di dada.

Aku hanya bisa tercengang mendengar kisah nya yang menurutku seperti dongeng-dongeng pengantar tidur, yang sering mama bacakan sewaktu aku masih kecil dulu.

Ada rasa tak percaya mendengar cerita tentang kehidupan nya itu. Namun aku mencoba tidak mematahkan apa yang dia sampaikan, aku hanya ingin menjadi pendengar yang baik.

" Raja Bramantyo tidak terima saat aku mengutarakan bahwa aku ingin menjadikan putri nya sebagai pendamping hidup. Karena dia juga sudah menjodohkan putri nya kepada pangeran Aditya, pewaris tunggal kerajaan Sriwijaya yang juga merupakan kerajaan terbesar sebelum kerajaan lintang." Dia kembali menatapku dengan tatapan yang sulit untuk di artikan. Lagi-lagi aku terkesima melihat sorot mata tajam nya.

" Putri Aleta memilih mengekang ayah nya karena dia tidak ingin di pisahkan dengan ku, padahal aku sudah melarang nya agar tidak berbuat nekad dan menuruti saja perintah ayahnya tetapi dia tetap pada pendiriannya, dia mengancam akan mengakhiri hidupnya jika sampai ayah nya tidak merestui hubungan kami." Dia nampak tersenyum getir sekilas saat mengingat kejadian yang dia alami.

" Karena takut dengan ancaman anak tercinta nya, dia terpaksa merestui hubungan kami, dan akhirnya kami berdua menikah. Namun ayah mertua ku itu ternyata mempunyai rencana licik. Saat aku dan putri Aleta sudah sah menjadi pasangan suami istri, dia membuat keributan dengan kerajaan musuh yang menjadi kambing hitam nya."

" Bagaimana kamu tau kalau yang membuat keributan tersebut adalah mertua mu sendiri?." Tanya ku yang akhirnya penasaran juga dengan cerita nya.

" Waktu itu dia berhasil menyandra ku, dan setelah itu dia mengatakan yang sebenarnya pada ku. Dia berniat membunuh ku, jadi dia mengatakan yang sebenarnya sebelum aku mati." Aku mengangguk-angguk, serius mendengarkan cerita tersebut.

" Lalu pada saat itu, putri Aleta di mana?." Tanya ku.

" Dia di sekap di kamar nya agar dia tidak melihat bahwa aku akan di bunuh. Namun pada saat itu, entah bagaimana caranya putri Aleta bisa kabur dari penjagaan. Dia berhasil menghampiri ku di saat prajurit raja Bramantyo akan memulai mengeksekusi ku, namun berhasil di cegah oleh prajurit lain." Di saat kalimat yang akan dia ucapkan selanjutnya, tiba-tiba dia tidak bisa membendung air matanya lagi. Seketika air mata nya tumpah begitu saja. Dia menangkup wajah nya dengan kedua tangan.

Aku mencoba memberanikan diri untuk mendekati dan untuk menenangkan nya.

" Udah. Kalau gak kuat lagi, gak usah di lanjutkan." Cegah ku berkata dengan lembut.

Dia membenarkan letak duduk nya dan membuka tangan yang tadi menutup wajahnya, lalu menatap ku dengan tatapan yang sulit di artikan.

" Aku tidak apa-apa. Aku akan melanjutkan kisah ku." Ucap nya dengan tersenyum, aku pun mengangguk untuk mengiyakan.

" Dia tidak menyerah begitu saja, dia berusaha lepas dari prajurit yang memegang tangan nya dan berhasil. Saat algojo akan menghunuskan pedangnya pada ku, sekuat tenaga putri Aleta berlari kepada ku dan menghalangi pedangnya." Di saat kalimat akhir, dia tak mampu lagi membendung semua kesedihan nya, melihat pria tampan itu rapuh dan rasa iba, aku merentangkan tangan untuk memberi nya pelukan.

Mungkin pelukan ku tidak bisa mengembalikan apa yang telah hilang dari nya, tapi setidaknya dengan aku memeluknya, dia bisa merasa lebih tenang.

Terpopuler

Comments

Indah Batam

Indah Batam

Semangat Thor 🥰💪💪

2023-02-23

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!