Curhat

Episode 2:

Aku langsung mencuci wajah ku di wastafel agar perasaan ku bisa sedikit tentang. Namun tiba-tiba sekilas aku melihat seseorang di belakang ku. Refleks aku langsung membalikkan badan untuk memastikan siapa yang sedang berada di belakang ku itu.

Namun setelah aku melihat ke belakang tidak ada seorang pun yang ada di situ, hanya ada aku sendiri di toilet itu.

Tiba-tiba aku merasa takut, bulu kuduk ku berdiri dengan sendirinya. Mata ku mengekor mengelilingi ruangan itu. Namun aku mencoba menetralisir perasaan takut ku, menepis jauh-jauh perasaan aneh ini, lalu berpikir untuk keluar dari toilet itu.

Saat aku akan memegang gagang pintu untuk membuka nya, tiba-tiba pintu itu terkunci. Aku pun langsung panik dan rasa takut ku muncul kembali.

Padahal tadi aku tidak mengunci pintu nya, kenapa sekarang tiba-tiba pintu ini sulit di buka?, Apa ada yang iseng mengerjaiku?, Batinku.

Namun semakin aku berusaha membuka nya, pintu itu semakin merekat kuat. Aku langsung panik dan berusaha berteriak meminta tolong, namun tak seorang pun yang mendengar. Aku langsung menangis sejadi jadinya, berjongkok dan menutup wajahku karena frustasi. Tiba-tiba seseorang berdiri tepat di depan ku dan membuat ku semakin takut, namun rasa penasaran ku mengalahkan rasa takut ku.

Aku memberanikan diri untuk melihat siapa orang yang sedang berdiri di depan ku ini. Aku menyusuri tubuh nya dari bawah hingga ke atas dengan perlahan

Namun saat sudah sampai di wajah nya, aku pun terkejut. Seorang pria seumuran dengan ku, berwajah sangat tampan, bertubuh tinggi tegap, kulit kuning Langsat, memiliki alis yang tebal sempurna. Dia tersenyum ke arah ku hingga tercetak jelas lesung pipi nya yang menambah ketampanan wajah nya. Sejenak aku terkesima melihat ketampanan nya, namun yang membuat ku sedikit merasa aneh, wajah nya terlihat begitu pucat seperti tak berdarah.

Dan bagaimana bisa tiba-tiba dia ada di dalam toilet yang terkunci dengan rapat dan dari mana dia masuk.

Dia mengulurkan tangannya pada ku untuk membantu ku bangkit. Perlahan aku mencoba memberanikan diri menyambut uluran tangan nya, dan kini wajah kami saling berhadapan dengan jarak yang sangat dekat, hingga aku dapat melihat dengan jelas wajah tampan nya itu.

Wajah nya begitu tidak asing bagi ku. Aku merasa seperti pernah melihat nya. Aku memejamkan mata ku sejenak, mengingat-ingat sosok pria tersebut. Tiba-tiba saja aku mengingat sesuatu, dia seperti pria yang ada di dalam mimpi ku malam tadi, laki- laki yang merenggut mahkota berharga ku. Tapi aku kembali membuang jauh-jauh pikiran itu, bagi ku itu hanya sebuah mimpi dan tidak akan mungkin menjadi kenyataan.

Aku kembali membuka mata, untuk menanyakan kebenaran dari mimpi ku kepada pria yang sedang ada di hadapanku ini. Namun saat aku sudah membuka mata, aku tidak menemukan pria itu di hadapanku. Aku memang sempat heran, tapi aku tak ingin ambil pusing dan segera melanjutkan acara mandi ku.

Tapi sebelum itu aku ingin memastikan keanehan yang aku alami, aku melihat-lihat diri ku di depan cermin yang berukuran besar yang terletak di kamar mandi ku, aku memperhatikan setiap jengkal tubuh ku yang terpantul di dalam cermin tersebut.

Benar saja, tiga tanda bercak merah tercetak jelas di leher jenjang ku, seperti telah di gigi sesuatu. Namun aku mencoba untuk tidak menghiraukan nya, karena bisa saja itu memang karena di gigit sesuatu.

Aku pun kembali melangkah untuk menuju ke meja makan kembali, karena aku sama sekali belum menyentuh sarapan ku karena masalah ini.

Setelah selesai sarapan, aku pun berpamitan kepada mama dan papa untuk segera berangkat ke kantor dengan di antar supir pribadi. Bukan karena aku tidak bisa menyetir mobil, tapi karena aku belum punya mobil sendiri.

Setelah satu jam lebih, akhirnya aku pun sampai ke kantor tepat waktu. Aku bergegas menuju ke ruang atasan ku untuk memberikan berkas-berkas yang aku bawa. Setelah itu aku pun langsung menuju ke ruang kerja ku, di sana sudah ada mbak Ita dan Arya yang sudah datang pagi-pagi sekali.

Mbak Ita dan Arya itu teman satu kantor ku yang juga paling akrab dengan ku, jika setiap aku ada masalah, aku selalu curhat pada mereka. Mereka juga teman satu sepergesrekanku. Jika satu di antara kami kurang, maka akan terasa sepi. Mbak Ita itu adalah ibu satu anak, umurnya tiga puluh lima tahun, sepuluh tahun lebih tua dari ku. Suami nya sendiri, kerja di rantau orang untuk mencari keberuntungan, kata nya sih bekerja sebagai chef. Jadi mbak Ita dan anak tunggal nya itu hanya tinggal berdua saja.

Sedangkan Arya temen somplak sekaligus jomblo. Walaupun begitu, usia nya satu tahun lebih tua dari ku, usia yang cukup matang untuk menikah, tapi sampai sekarang dia masih sangat betah menjomblo, sama dengan ku yang belum mau menikah. Tapi bedanya, aku belum menikah karena belum siap, sedang kan untuk calon suami aku sudah punya, bahkan pacarku sering mengajak ku untuk segera menikah, aku nya saja yang tidak mau. Sedangkan Arya sudah ngebet sekali ingin menikah, hanya saja yang di nikahi pada tidak mau. Padahal Arya itu termasuk lumayan tampan, tapi entah kenapa para wanita selalu menolak nya. Bahkan dulu pernah si Arya sudah mau menikah. Semua nya sudah di persiapkan dengan matang. Seperti, baju pengantin, catering, dekorasi, bahkan mereka berdua sudah berdiri di depan pendeta, tapi harus gagal karena si perempuan tiba-tiba lari lah, si perempuan ketahuan sudah punya suami lah, dan sang suami tiba-tiba datang dan mengacaukan acara. Mending kalau cuma mengacak-acak tempat acara, Arya nya juga ikut di acak- acak, udah kaya adonan tepung. Dulu dia pernah cerita, kalau dia pernah nolak cewek secara kasar, dan si cewek gak terima, terus Arya di sumpahin ga laki-laki. Gara-gara nya si cewek ngejar-ngejar terus, sedangkan Arya nya sudah bilang tidak mau berulang kali, tapi cewek itu tak mau dengar. Alhasil Arya geram dan langsung membentak. bagaimana tidak, yang ngejar janda tua berumur sekitar delapan puluh tahun. Bukan hanya anak nya saja yang banyak, cucu nya juga pasti banyak. Mending kalau kaya, rumah aja numpang sama anak.

" Pagi mbak, pagi Arya!." Sapa ku kepada mereka berdua yang bekerja pagi-pagi begini.

" Pagi Nay!." Jawab mbak Ita dan Arya kompak, sudah kaya paduan suara aja. Setelah itu aku pun segera duduk di meja kerja ku, mengerjakan tugas yang di berikan pak Haris atasan ku.

" Masih pagi udah di kasih sarapan kertas, padahal baru aja dapet lembur." Rutuk ku kesal sambil membuka lembaran tugas yang di berikan pak Haris. Namun rutuk ku yang tak terlalu lantang itu terdengar oleh mbak Ita.

" Kenapa sih Nay, pagi-pagi udah ngedumel?." Tanya Mbak Ita, dan rupanya Mbak Ita sudah berdiri di belakang ku sejak tadi. Sontak aku langsung kaget, karena sejak tadi aku tidak menyadari keberadaan nya di belakang ku.

" Astaga mbak! ngagetin aja, tiba-tiba muncul aja kaya jelangkung." Kata ku mengatainya.

" Ya ampun Nay, segede gabang gini gak keliatan?, sungguh terlalu. Mana di katain jelangkung lagi." Ucap nya sedikit kesal.

" Ya maaf mbak. Lagian embak, dateng gak ngomong-ngomong, aku nya kan jadi kaget." Ujar ku lagi tak mau mengalah.

" Lagian kenapa sih, baru datang sudah marah-marah?." Tanya Mbak Ita sambil menarik kursi agar bisa duduk berdekatan dengan ku.

" Ini loh mbak, bos garang ngasih aku kerjaan lagi, padahal kan baru malam tadi aku lembur, sendirian lagi." Keluh ku kepada mbak Ita sambil meletakkan kepalaku di atas meja, malas.

" Udah, kerjain aja. Kan untung juga dapat uang tambahan." Tambah mbak Ita menasehati. Aku hanya menghela nafas kesal. Karena memang benar kata mbak Ita, itu semua kan, melakukan nya tidak secara cuma-cuma, pasti akan dapat biaya tambahan, itu pun tidak sedikit seperti bekerja di tempat lain. Lumayan buat tambahan beli skin care mahal.

" Pagi-pagi udah males-malesan." Ucap Arya yang tiba-tiba menepuk kepala ku dari belakang. Aku pun langsung kaget di buat nya.

" Ya ampun, upil-upil. Bisa gak, sehari aja lo gak KDRT sama gue." Ucap ku kesal, karena dia sudah menoyor kepala ku dari belakang, tidak sakit sih, tapi cukup untuk membuatku kesal. Nama upil itu adalah sebutan ku untuk Arya, karena dia memang suka mengupil saat jam kerja. Apa lagi saat semua kerjaan nya sudah sampai jam istirahat pun dia masih suka mengupil. Mungkin itu salah satu wanita menjauh.

" Ya elah si galak, gitu aja marah. Bercanda doang!." Ucap nya, memasang wajah memelas.

" Bercanda, bercanda!. Kalau gue jantungan, kepala gue cedera gimana?. Entar kalau gue mati, gue gentayang in lo." Ucap ku dengan nada menggertak.

" Ya ampun Bu bos. Gue kesini niat nya mau perhatian, kenapa pagi-pagi udah marah-marah, dan kenapa muka lo kucel kaya gak bisa beli skin care. Eh gue malah di semprot, apes." Ucap nya kesal.

" O,,,,,, lo mau ngatain gue kere? terus muka gue jelek, gitu?." Geram ku meraih buku yang ada di atas meja yang siap di layangan ke arah Arya. Sedangkan Arya juga sudah siap menangkis serangan ku mengunakan map, namun seperti biasa, mbak Ita segera melerai kami yang akan menghancurkan kantor.

" Hey, hey hey! stop. Kenapa sih kalian, selalu aja bikin kepala saya puyeng. Nanti kalau ketahuan bos, abis kalian!." Gertak mbak Ita kepada kami.

" Nih si upil, minta di basmi." Kata ku kesal. Namun Arya malah menjulurkan lidahnya ke arah ku.

" Eh, tapi bentar deh Nay." Mbak Ita meraih wajah ku dan memperhatikan nya dengan seksama. Aku pun menurut tanpa penolakan saat wajah ku di putar-putar oleh mbak Ita .

" Kenapa sih mbak?." Tanya ku heran. Namun tak ada jawaban dari mbak Ita, dan tak lama dia melepaskan wajah ku.

" Kamu sakit?." Tanya Mbak Ita, dan ku jawab dengan menggeleng cepat.

" Tapi kayaknya kamu kecapean deh. Dan mbak lihat, cara jalan kamu juga beda. kayak orang habis,,,,.!." Di kalimat terakhir mbak Ita menggunakan isyarat jemari tangan tangan nya yang menusuk-nusuk antara satu dengan lainnya. Karena mbak Ita sendiri pernah bercerita tentang masalah peranjangan kepada ku, aku langsung paham yang ia maksud, namun tidak demikian dengan Arya. Dia malah bingung dengan tingkah kami yang menurut nya tidak jelas.Kalau soal masalah ranjang, mbak Ita memang ahlinya, dia sangat paham tentang tanda-tanda orang yang habis begitu, meskipun suami nya sendiri jarang di rumah, jangan salah, jika masalah itu, dia sangat paham seluk beluk nya. Karena mbak Ita juga di kasih tau dan banyak belajar dari sahabat nya yang berprofesi sebagai dokter.

" Apaan sih?." Tanya nya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

" Kepo lo upil. Sono-sono lo!." Usir ku sambil melambai-lambaikan tangan.

" Oke, sang Upik abu akan segera pergi nyonya." Ledek nya kepada ku. Arya pun segera pergi, membuat kami leluasa untuk bercerita.

" Maksud mbak Ita apa sih?, aku gak ngelakuin itu." Kata ku apa adanya.

" Tapi cara jalan kamu tadi menunjukkan kamu habis gituan." Tuding mbak Ita kekeh.

" Di mana Dion ngajak gituan?. Makanya, mbak bilang juga apa, mendingan kalian berdua cepetan nikah deh, biar gak nambah dosa." Cercah mbak Ita masih tak percaya dengan pembelaan ku.

" Ya ampun mbak, aku gak pernah gituan sama Dion. Dia gak pernah nyentuh aku, karena aku juga belum mau kalau belum halal." Tegas ku dengan penuh penekanan.

" Lagian mana mungkin aku ngelakuin itu. Dion kan lagi di luar kota." Jelas ku lagi.

Membuat mbak Ita mengaguk-angguk paham, tapi dengan telunjuk nya yang menempel di dagu nya, seakan masih memikirkan sesuatu.

" Tapi mbak yakin kok kamu itu kayak habis di,,,,,!." Ucapan mbak Ita berhenti karena sengaja dia hentikan. Aku pun paham tapi tidak ku jawab sama sekali.

" Apa jangan-jangan." Dia kembali menghentikan kalimat nya dengan sengaja membuat ku jadi penasaran.

" Jangan-jangan apa sih mbak, kalau ngomong jangan setengah-setengah napa?." Ucap ku kesal.

" Jangan-jangan ada yang perkosa kamu Tampa kamu sadari." Ucap nya lagi, yang tiba-tiba membuat ku melotot sempurna, tapi perasaan ku membenarkan tuduhan mbak Ita.

mungkin juga yang di katakan mbak Ita benar adanya. bisa saja saat aku tidak sadarkan diri kemarin aku di peekosa. apa jangan-jangan malam tadi aku tidak sedang bermimpi, tapi bagaimana bisa tiba-tiba aku sudah ada di rumah?.

Tiba-tiba saja aku bergidik ngeri memikirkan semua itu, bagaikan misteri yang tidak bisa aku pecahkan.

" Woy, kamu kenapa Nay?." seru mbak Ita, yang membuat ku tersadar dari lamunanku.

" Napa sih mbak, ngagetin aja." kesal ku.

" Lagi ngelamunin apa sih Nay?, lagi ngayal gituan ya sama Dion?." Ledek mbak Ita yang membuat ku semakin kesal.

" Mbak!." Seru ku tak terima.

" Iya maaf, gitu aja ngambek."

" Eh Nay, kamu bilang kan kamu gak ngerasa ngelakuin itu, jangan-jangan kamu di

perkosa jin lagi." Celetuk mbak Ita yang membuat ku seketika terdiam.

" Ye dia nya malah bengong. Udah gak usah baper, bercanda doang." Jelas mbak Ita. Tapi tetap saja aku tidak bisa menyangkal celetukan mbak Ita barusan. Aku terus memikirkan hal misterius tersebut yang menurut ku bisa saja terjadi.

Dengan masih terdiam, aku berlari tanpa menghiraukan mbak Ita yang masih memperhatikan keanehan ku ini. Aku berpikir untuk pergi ke toilet untuk mencuci muka ku serta menenangkan diri.

Terpopuler

Comments

🤗🤗

🤗🤗

semangat beb

2023-04-08

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!