Episode 12:
Perasaan khawatir sudah menggelayuti hati ku saat ini, aku memang sangat takut jika setelah tau diri ku yang sebenarnya dia pasti akan menjauhi ku, tapi tetap saja tidak boleh egois, bagaimana jika saat dia mengetahui nya nanti, dia malah akan sangat membenciku.
Dan aku yakin, pasti saat ini dia sangat syok setelah mengetahui yang sebenarnya, terbukti dari sorot mata yang memperlihatkan keterkejutan yang amat sangat, dan aku juga harus mempersiapkan mental jika nanti dia akan menjadi takut dan menjauh dari ku.
Dengan harap cemas aku menunggu apa yang akan dia katakan pada ku. Namun bukannya malah takut, dia malah tertawa terbahak-bahak, hingga membuat ku mengerutkan kening dalam-dalam.
" Kok malah ketawa, emang ada yang lucu?" Tanya ku heran. Dia malah semakin terbahak saat aku bertanya seperti itu, seolah-olah aku sedang melawak saja. Aku memang sangat bahagia jika dia bisa tertawa lepas begini saat sedang bersama ku.
Apa lagi mengingat aku dan dia sudah lama tak bertemu, bahkan dia sendiri tidak mengenaliku, tapi di awal pertemuan kami yang kedua kalinya ini, dia sangat cepat akrab dengan ku. Mungkin ini yang dinamakan bahwa jodoh tak akan kemana.
" Arkha_Arkha." Gumam nya dengan masih mengendalikan tawa nya agar tidak terus meledak-ledak.
Sontak saja membuat ku menautkan kedua alis ku karena bingung.
" Kenapa?." Tanya ku lagi.
" Lawakan kamu itu loh, sangat-sangat lucu tau gak." Ucap nya sambil terkekeh.
" Ngelawak?." Tanya ku heran.
" Iya, kamu ngelawak nya lucu banget." Ulang nya.
" Aku gak ngelawak Kanaya." Ucap ku yang seketika membuat tawanya meredup.
" Ah bohong nih. Kamu pasti mau ngerjain aku kan?, Gak mempan." Jawab nya masih tak percaya, meski mulai terlihat keraguan di manik mata indah nya.
" Lagian mana ada yang namanya makhluk halus atau jin, atau apa lah itu." Sarkas nya.
" Sekali lagi deh aku tanya, dan kali ini kamu gak boleh ngerjain aku lagi. Awas aja ya." Ancam nya.
" Kamu pasti bohong dan lagi ngerjain aku kan?." Dia kembali meyakinkan pertanyaan nya.
" Tidak." Jawab ku singkat namun mantap.
Kali ini dia sedikit demi sedikit beringsut menjauh dari ku sambil menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya.
Dia benar-benar sangat ketakutan dan di tambah syok yang melanda.
Aku pun sangat merasa bersalah hanya bisa menunduk dan tak berani menatap wajah cantik nya yang kini mungkin sudah memucat karena ulah ku.
Menyesal?, tidak. Sama sekali aku tidak menyesal telah memberi tahu semua nya kepada orang yang aku sayang.
Mungkin dia akan menjauh dan bahkan tidak ingin lagi bertemu dengan ku, tapi bagaimana pun aku harus menerima konsekuensinya, dari pada aku mengatakan kebohongan yang akan membuat situasi semakin buruk nantinya.
" K-kamu, gak bohong?." Ulang nya, yang kini dengan raut ketakutan.
Aku hanya bisa menghela nafas panjang tanpa bisa mengatakan apa-apa lagi.
Kanaya yang melihat ekspresi serius ku pun seakan mengerti bahwa ini benar-benar nyata.
Kini bukan hanya mundur sedikit demi sedikit yang Kanaya lakukan, tapi lebih dari itu.
Dia bahkan berlari menjauh dengan tubuh bergetar dan wajah pucat yang begitu ketakutan.
Wajar memang, semua orang pasti akan melakukan hal yang sama dengan posisi yang sama pula.
Apa lagi saat ini dia sedang tidak mengetahui dan mengingat siapa dirinya sebenarnya.
Kanaya menyempatkan meraih ponselnya yang berada di meja dan terlihat mengetik sesuatu.
Bukan, bukan mengirim sesuatu kepada orang lain, tapi lebih terlihat mencari sebuah aplikasi di sana.
Berikut nya, aku mendengar sebuah suara dari benda pipih itu.
Aku tersenyum miris kala mendengar Kanaya memutar sebuah ayat kursi di ponsel itu.
Dia benar-benar menganggap ku seperti makhluk halus lainnya yang akan takut jika mendengar ayat dari kitab Al Qur'an.
Aku bukan hantu seperti yang dia anggap saat ini. Tubuh ku sebenarnya belum sepenuhnya mati, bisa di bilang setengah jin dan setengah manusia tapi bukan pula siluman.
Aku akan berubah seperti sedia kala tapi dengan syarat tertentu.
Melihat aku tidak terpengaruh sama sekali dengan ayat tersebut, wajah Kanaya terlihat bingung.
Aku pun tak mau kalah, aku mengunakan kesempatan itu untuk mendekati nya.
Tak seperti sebelumnya, Kanaya sama sekali tidak bergerak saat aku mendekati nya.
" Gak usah takut gitu, aku bukan hantu." Ucap ku tepat di daun telinga nya. Tapi dia tak bergeming sedikitpun.
" Nay, Kanaya!." Seru ku sambil melambai-lambaikan tangan di depan wajah nya.
Dia pun terkesiap dan hampir saja berteriak jika aku tidak bembekap mulut nya.
" K-kamu ngapain di sini?." Tanya nya dengan terbata-bata.
" Gak ngapa-ngapain, cuma mastiin kalau kamu gak takut lagi sama aku."
" A-aku,......" Ucap nya terbata-bata, seolah tak tahu lagi harus berkata apa.
" Kamu dengar aku." Aku meraih wajah nya agar menghadap ke arah ku, seketika tatapan kami bertemu meski sebentar, setelah itu dia membuang pandangannya ke bawah. Aku pun tahu masih tersirat rasa takut di manik mata indahnya itu.
" Meski pun aku bukan manusia, tapi aku juga bukan hantu. Sebenarnya aku masih hidup." Tak ada respon apapun dari nya, posisi nya masih seperti semula, mungkin dia tak percaya.
Melihat itu aku mengunakan kesempatan itu. Aku meraih wajah nya agar bisa berhadapan dengan ku.
" Kamu masih takut?, kamu gak percaya sama aku?." Tanya ku dengan lembut.
" B-bukan begitu,...." Jawab nya masih dengan suara gugup nya. Aku dengan sabar menunggu kalimat selanjutnya.
" A-aku cu-ma masih bingung." Cicit nya dengan suara yang masih bergetar.
Tentu aku paham apa yang ia maksud, kisah ku memang sangat membingungkan, di tambah lagi dengan pengakuan ku sebagai jin. Ku rasa siapa saja tidak akan mudah percaya padaku.
" Baiklah, aku akan cerita sedetil-detilnya pada mu." Ucap ku yang refleks di angguki langsung oleh nya.
Sebelum itu aku menuntun nya kembali ke arah kursi semula dan mendudukkan nya di sana.
" Aku memang hidup di zaman kerajaan, dan mungkin sudah satu abad lamanya." Kanaya sontak melotot mendengar penuturan ku, padahal tadi aku sudah cerita, mungkin tadi dia belum paham, pikir ku.
" Sampai sekarang aku masih hidup karena bantuan dari seorang jin yang waktu itu bersedia menolong ku tanpa syarat. Dia menolong ku karena balas Budi kepada ku, karena aku pernah menolong nya sedang dalam kesulitan waktu itu.
Waktu itu aku sedang kalut dan sangat putus asa atas meninggalnya putri Aleta, aku benar-benar hancur.
Tapi tiba-tiba jin Aron datang menanyakan apakah penyebab aku bersedih, aku yang sangat kalut waktu itu menceritakan semua tanpa ada yang ku tutupi.
Awalnya dia menawarkan ku untuk balas dendam kepada ayah putri Aleta, tapi dengan tegas aku menolaknya, karena bagaimanapun menurut ku ayah putri Aleta adalah ayah mertua ku juga.
Aku bilang kepada nya yang ku inginkan saat ini adalah, aku hanya ingin suatu saat aku bisa bertemu dengan nya tanpa melalui reinkarnasi, karena jika begitu aku maupun dia tidak akan saling mengenal.
Dan dia memberi ide dengan menjadi kan ku seorang jin, dengan begitu aku bisa mengenalinya. Meskipun dia sendiri tak mengenaliku."
" L-lalu mengapa sekarang kau malah mendekati ku, kenapa tidak langsung cari saja istri mu itu?." Tanya nya.
" Karena aku belum bertemu dengan nya, dan saat ini aku hanya percaya pada mu untuk mengembalikan lagi ingatan nya tentang ku." Jawab ku yang sebenarnya berbohong.
Dia lalu mengangguk-angguk mengerti.
" Apa kamu bersedia menolong ku untuk mengembalikan ingatan nya?." Tanya ku lagi.
" Memang apa yang bisa ku lakukan?." Dia pun balik bertanya.
" Aku hanya meminta jalanin saja dulu." Ucap ku tak tahu lagi harus beralasan apa, pun dia mengernyit heran, mungkin karena Balum puas dengan penjelasan ku, seakan meminta penjelasan lebih dari ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments