Marriage Struggle
Rien, wanita itu buru-buru meletakkan semua kantung belanjaannya dan segera berlari menuju kamar putrinya. Dengan segera dia mencuci kedua tangannya, lalu mengganti pakaiannya terlebih dulu karena takut kalau ada kuman yang akan membuat putrinya sakit nantinya. Setelah itu dia berlari menghampiri putrinya yang menangis di kasur bayinya.
" Tenanglah anak Ibu, kau haus ya? " Rien terdiam sebentar, dia membulatkan matanya begitu terkejut karena saat menyentuh putrinya yang bernama Chereline, biasanya di panggil Cherel, suhu tubuhnya benar-benar tidak biasa.
Sembari menggendong Cherel, Rien berjalan cepat mencari alat untuk mengukur suhu tubuh putrinya, begitu sudah selesai, Rien hanya bisa menyesali keputusannya untuk meninggalkan Cherel di rumah dan memilih untuk berbelanja kebutuhan dapur. Rien segera bangkit kembali untuk menyusui putrinya terlebih dulu dengan posisi yang di sarankan oleh Dokter anak. Sebagai Ibu muda yang biasa bekerja, Rien Xamitth hanya bisa mengandalkan Dokter saja, semua hal mengenai putrinya benar-benar dia selalu mengkonsultasikan kepada Dokter anak langganannya.
Rien menahan tangis karena putrinya terlihat benar-benar tidak nyaman. Akhirnya Rien memberikan obat penurun panas, lalu bersabar menunggu beberapa jam dan melihat bagaimana perkembangan putrinya setelah meminum obat.
Perlahan Rien menyanyikan lagu pengantar tidur yang biasa dia nyanyikan untuk menidurkan putrinya, tapi itu gagal karena Cherel benar-benar tidak berhenti menangis, dan justru semakin kuat dan semakin menjadi. Tidak tahan lagi, Rien akhirnya juga ikut menangis tanpa suara. Lelah, dia lelah sekali! Dia sudah berusaha sangat keras untuk anak dan keluarganya sampai tidak ada waktu untuk mengurus dirinya sendiri. Terakhir mandi adalah kemarin sore, dan ini sudah pukul sebelas siang. Dia butuh orang yang bisa membantunya, tapi semua tidak mudah untuk dia dapatkan karena satu hal yang sulit untuk dia lawan. Siapa?
" Tenangkan putrimu! Kepalaku sedang sakit, kalau kau tidak bisa membuat putrimu tenang, bawa keluar saja dia sampai dia tenang! "
Dia, dia adalah orangnya! Sang Ibu mertuanya yang sangat hobi menyakiti hatinya. Dulu, Rien adalah pekerja kantoran, dia benar-benar mencintai pekerjaannya, dan bahagianya dia ketika suaminya tidak melarang Rien bekerja setelah menikah. Memang dari awal Ibu mertuanya tidak terlihat ramah padanya, tapi Rien tidak begitu memperdulikan karena waktu itu dia hanya memiliki waktu terbatas untuk bersama dengan mertuanya.
Sebuah keputusan besar akhirnya Rien ambil, dia memilih untuk berhenti dari pekerjaannya, karena kandungannya sudah semakin besar, dan kelahiran bayinya hanya tinggal menghitung hari saja. Rien pikir dia akan mengabdikan hidupnya untuk suami, anak, dan keluarganya agar kehidupan rumah tangganya lebih harmonis. Dia berharap dapat banyak membantu keluarga dengan dia tinggal di rumah setiap hari.
Rien terlalu optimis hingga tidak menduga kemungkinan lain, bagaimana kehidupan akan berjalan saat dia memiliki anak nanti, dia tidak tahu kalau untuk mendapatkan simpati dari mertuanya adalah hal yang mustahil untuknya. Rien masih bersabar, dia menerima saja permintaan Ibu mertuanya untuk Rien juga Adik iparnya yang bernama Jenette saling membantu untuk mengerjakan tugas rumah karena keadaan usaha keluarga saat itu sedang tidak baik sehingga memutuskan untuk tidak menyewa pembantu rumah tangga lagi.
" Kau masih tidak membuat putrimu tenang, hah?! Mau sampai kapan membiarkan tangis putrimu memenuhi seisi rumah?, Kau mau membuat kepalaku pecah ya?! "
Rien tersentak, dia menyeka air matanya, lalu mencium kening putrinya dengan lembut. Segera Rien bangkit dari posisinya, keluar dari kamar dan di sanalah Ibu mertuanya berdiri dengan wajah yang seperti biasanya, sinis dan dingin.
" Ibu, Cherel sedang demam tinggi, apakah Ibu sama sekali tidak melihatnya untuk memastikan keadaan Cherel saat aku pergi tadi? Matanya sembab saat aku pulang, dia pasti sudah menangis dari lama. " Ucap Rien sembari menitihkan air mata, dia benar-benar heran dengan Ibu mertuanya yang seperti tidak begitu perduli dengan Cherel, padahal Cherel juga adalah cucunya ya walaupun Cherel lahir dari putra tirinya.
Ibu mertua membuang nafas, dia menatap Rien dengan tatapan marah dan menatap Cherel sebentar tanpa mau memastikan dengan menyentuh dahi Cherel.
" Berlebihan sekali! Anak demam ya tentu saja sudah biasa. Yang tidak biasa itu adalah kau! Salah siapa kau belanja kebutuhan dapur sangat lama? Makanya jangan biasakan dirimu bergerak seperti siput, giliran anakmu sakit kau mencoba mencari pembenaran dengan menyalahkan ku! " Segera setelah itu, Ibu mertua membuang pandangannya, membuat Rien semakin tak kuasa menahan tangis. Kenapa? Apakah sulit baginya untuk memastikan keadaan Cherel terlebih dulu? Kenapa reaksi Ibu mertuanya benar-benar seperti menjelaskan kalau dia tidak perduli dengan Cherel sama sekali?
Rien menyeka air matanya, dia berjalan meninggalkan Ibu mertuanya yang kembali menatap sinis padanya. Rien berjalan mendekati kamar adik iparnya yang kini juga tengah mengandung sekitar tujuh bulan. Rien mengetuk pintu itu beberapa kali, dan akhirnya adik iparnya yang bernama Jenette membuka pintu sembari menguap, matanya bengkak karena sepertinya dia terlalu banyak tidur dan bersantai sepanjang hari.
" Ada apa? " Tanya Jenette dengan tatapan malasnya.
" Jenette, bisa tolong jaga Cherel sebentar? Aku ingin pergi ke apotik membeli- "
" Aduh, tidak bisa! Kau kan tahu aku tidak memiliki pengalaman mengurus bayi, lagi pula ibu hamil sepertiku di titipi bayi tentu saja akan kesulitan. Membawa perutku saja aku sudah kesulitan, ditambah harus menjaga bayimu, bisa-bisa aku melahirkan sebelum waktunya. "
Rien terdiam sebentar, iya, dia telah berharap dengan bodohnya. Rien berjalan meninggalkan Jenette dengan perasaan kecewa juga marah. Dia sebentar menatap kembali Cherel yang terus menangis. Tidak, dia tidak tahan lagi melihat putrinya kesakitan hingga Rien memutuskan untuk segera membawa putrinya ke rumah sakit.
Butuh waktu yang lama karena dia juga perlu menunggu pasien lain selesai di periksa, hingga giliran Cherel tiba.
" Perutnya kembung, ini yang membuat dia tidak nyaman, Nyonya. Aku akan memberikan beberapa tips agar mengurangi kembung perut pada bayi, anda perhatikan ya Nyonya? Untuk demamnya, nanti akan di berikan obat penurun panas, dan juga cara mengompres yang benar. " Dokter itu menunjukan bagaimana membuat gerakan agar Cherel membuang angin di dalam perutnya hingga beberapa kali Cherel mengeluarkan angin, lalu perlahan mulai tenang. Setelah Dokter memberikan resep obat, lalu penangan yang harus Rien lakukan, Rien sudah bisa kembali dengan perasaan lega.
" Ternyata sudah akan malam ya? " Gumam Rien tak terasa saat keluar dari rumah sakit ternyata hari mulai gelap.
Sesampainya di rumah.
" Dari mana saja kau seharian ini?! " Tanya Ibu mertua menyambut kedatangan Rien tanpa sedikitpun Ingat kalau beberapa saat lalu Cherel menangis terus karena sakit.
" Rien, kenapa tidak mengangkat teleponku? " Tanya Gail, Gail Marco, dia adalah suaminya Rien.
Rien dengan kesal menjawab,
" Cherel demam, dia juga kembung, jadi aku pergi lama karena harus membawa Cherel ke rumah sakit. "
" Dasar Ibu tidak berguna! Anak sakit begitu saja sudah repot ke rumah sakit, makanya kursus menjadi ibu supaya kau bisa merawat sendiri putrimu, kalau begini kau sudah membuktikan kepada kami bahwa kau tidak pecus mengurus anakmu sendiri. "
Rien melotot kaget, mulutnya benar-benar gatal ingin membalas ucapan Ibu mertuanya itu, tapi suaminya justru mengatakan kalimat yang langsung membuat bibirnya Kelu.
" Rien, belajarlah dengan Ibu ya? Kau harus lebih memperhatikan Cherel, jangan membantah ucapan Ibu karena dia marah pasti mengkhawatirkan Cherel. "
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
MOMMY
ya ampun memang yang JDI mnantu harus lebih bnyak menampung persaan jngkel sesal
2023-07-25
1
istriJimin
baru di awal udah berhasil buat darah tinggi ku naik 😫
2023-05-25
1
#ayu.kurniaa_
.
2023-04-16
0