Setelah seharian mengerjakan pekerjaan rumah, akhirnya Rien bisa pergi mandi, dan sekarang dia bisa sebentar memegang ponselnya karena Cherel sedang tertidur pulas. Hari memang sudah sore memang, tapi dia juga tida bisa mengentikan putrinya yang terus menangis karena ingin tidur kan? Sebentar Rien membuka media sosial miliknya, di sana ada beberapa akun online hah menjual barang-barang wanita, Mukai dari baju, celana, dress, sepatu, sendal, tas, juga aksesoris kebutuhan wanita. Tentu saja Rien sama seperti para wanita yang lainnya, dia begitu bersemangat untuk melihat barang kesukaannya dia, tapi karena ingat benar uangnya belum cukup terkumpul, dia hanya bisa menunggu uangnya cukup. Sebenarnya bisa saja dia membeli barang berupa tas itu menggunakan uang yang di berikan suaminya tiap bulan, tapi terlalu sayang karena dia juga harus membaginya dengan kebutuhan sehari-hari yang mahalnya justru berkali-kali lipat.
Rien tertidur setelah lelah menatap ponselnya, sengaja seberapa lama dia terduduk pulas, hingga suara tangis Cherel terdengar, dan dia paham kalau yang di inginkan Cherel adalah asi. Segera Rien bangun laku ambil posisi duduk, mengangkat tubuh Cherel untuk dia letakkan di atas pangkuannya untuk menyusui Cherel. Dengan mata masih super mengantuk itu dia menyusui Cherel hingga tak sengaja dia mendengar suara Jenette dan Ibu mertuanya kembali ke rumah setelah seharian pergi bersama entah kemana mereka. Padahal sebenarnya Rien juga ingin di ajak pergi bersama mereka, sesekali keluar untuk jalan-jalan, tapi dia selalu tak pernah di ajak jadi dia bisa apa?
Karena Cherel tertidur lagi setelah kenyang menyusu, Rien memutuskan untuk membuatkan Rien tidur dengan nyaman, dia keluar dari kamarnya, karena dia ingin megambil air dingin untuk dia minum. Baru sampai di ruang tengah, dia melihat Ibu mertuanya dan juga Jenette sedang sibuk membuka satu persatu paper bag yang begitu banyak.
Ada baju bayi, topi bayi, kaos kaki, sepatu bayi, semua perabotan bayi yang begitu menumpuk banyak seperti ingin jualan saja, batin Rien.
" Bu, rencananya aku akan memakaikan setelan warna biru telur asin ini saat putraku lahir nanti, menurut Ibu bagaimana? " Tanya Jenette mengangkat satu setel baju bayi yang sepertinya itu cukup mahal.
Ibu mertua tersenyum dan mengangguk setuju, dia mengambil baju dari tangan Jenette dan memandanginya dengan tatapan bahagia.
" Ibu benar-benar tidak sabar ingin melihat cucu Ibu. Nanti biar saja Ibu bantu kau mengurus putramu ya? ibu juga sudah menyiapkan nama loh. "
" Ah, Ibu. Aku juga sudah menyiapkan nama, Theo juga sudah menyiapkan nama, makanya kami sering berdebat karena ini. " Ucap Jenette masa bodoh dengan adanya Rien yang terus berdiri mendengarkan pembicaraan antara dia dan Ibu mertuanya.
Rien terdiam, iri? Iya! Jelas dia iri, marah, kecewa, dan tidak terima. Dia ingat benar saat dia akan melahirkan Cherel, dia pergi berbelanja kebutuhan bayi sendiri karena Ibunya beralasan tidak kuat berjalan jauh, Jenette beralasan tengah hamil dan tidak nyaman untuk banyak berjalan. Sekarang apa? Mereka nampak bahagia, tidak terlihat seperti alasan mereka saat itu, dan apa tadi yang di ucapkan Ibu mertuanya? Biarkan merawat putranya Jenette? Tidak kah Ibu mertuanya tahu seberapa menyakitkannya ucapannya barusan?
Rien mengepalkan kedua tangannya menahan perasaan yang begitu campur aduk dia rasakan. Di rumah itu, hanya dia seorang yang merawat Cherel, memang ada Gail, tapi Gail kan tidak bisa selalu ada untuk Cherel karena dia harus bekerja.
" Wah, sepatu yang kau beli ini lucu sekali loh. " Ujar Ibu menunjukkan Sepasang sepatu yang nampak lucu dan imut membuat kedua bola matanya berbinar bahagia.
Rien membuang nafasnya, benar saja, Cherel bukanlah cucu kandungnya, jadi wajah kalau dia tidak menyukai Cherel, tapi apakah perlu sampai harus begitu jelas membedakan antara cucu kandung dan cucu tiri? Rien menggelengkan kepalanya, memikirkan kelakuan Ibu mertua dan adik iparnya memang tidak akan ada habisnya, hanya membuat dia sakit kepala sendiri.
Rien melanjutkan niatnya yang tadi ingin pergi ke dapur dan mendapatkan segelas air dingin. Begitu sampai di dapur dia meminum banyak-banyak air dingin berharap air dingin itu bisa membuat otaknya sedikit tenang dan berhenti untuk terus terprovokasi dengan segala ucapan adik ipar dan Ibu mertuanya.
Beberapa saat kemudian.
Gail dan Theo pulang ke rumah, Rien sudah menyambut di depan bersama dengan Jenette yang juga menunggu suaminya.
" Selamat malam, kakak ipar? " Sapa Theo lebih dulu dengan sopan meski usianya berada di atas Rien. Jenette kesal, dia tidak terima karena bagaimanapun yang pertama kali di sapa seharunya istrinya sendiri bukan?
" Selamat malam juga. " Rien menjawab karena tidak mungkin mengabaikan sapaan adik tiri suaminya yang selalu bersikap baik padanya kan?
Gail mencium kening Rien lalu merangkulnya.
" Cherel sudah tidur? " Tanya Gail seraya membawa istrinya untuk masuk ke dalam kamar.
" Iya, dia sudah tidur dari sore tadi. "
Seperti kebanyakan istri lainnya, Rien akan menyiapkan pakaian untuk suaminya setelah mandi nanti, lalu setelah itu dia menuju dapur untuk membuatkan makan malam sederhana karena memang begitu kebiasaan orang di rumah itu.
Roti gandum, dengan saus keju, juga telur. Ini juga adalah menu yang paling di sukai oleh Gail dan Theo.
Tidak ada yang terjadi di meja makan selain mendengarkan ocehan Jenette yang menceritakan kepada semua keluarga betapa menyenangkannya berbelanja kebutuhan bayi yang sangat lucu dan menggemaskan. Rien hanya tersenyum pahit, sial! Dia benar-benar tidak habis pikir bagaimana bisa orang memiliki wajah setebal itu?
Theo tak menanggapi, begitu juga dengan Gail yang fokus menikmati makan malamnya. Rien sebenarnya agak bingung dengan Gail, dia seperti memiliki uneg-uneg, tapi anehnya kenapa dia sama sekali tak membuka mulut sedikitpun?
Setelah selesai makan malam, Gail sebentar melihat putrinya yang tidur satu kamar dengannya jika malam. Gail mengusap wajah putrinya dengan lembut karena dia takut akan mengganggu tidurnya, lalu mencium keningnya.
" Sayang, apa aku boleh cerita sesuatu? " Tanya Rien yang kini sudah duduk di pinggiran tempat tidur.
" Cerita saja, memangnya aku pernah bilang tidak boleh? " Jawab Gail, lalu berjalan mendekati Rien dan duduk di sebelahnya.
" Hari ini, Ibumu dan Jenette pergi keluar seharian untuk berbelanja pakaian bayi, kau juga tahu itu kan? Mereka dengan semangat sampai di rumah membuka semua pakaian yang dia beli untuk menyambut bayi Jenette. "
" Lalu? " Tanya Gail yang masih belum paham apa yang ingin di ceritakan oleh Rien.
" Aku hanya merasa Ibumu terlalu membedakan antara aku dan Jenette. Dulu aku memintanya untuk menemaniku karena aku tidak tahu apa saja yang harus aku beli. Dia banyak alasan, tapi begitu Jenette yang pergi, dia langsung ikut pergi padahal pagi tadi dia mengeluh sakit kepala. Jujur saja aku membenci sikap ibumu yang keterlaluan itu. "
Gail terdiam sebentar.
" Sudahlah, mungkin waktu itu Ibu memang sedang tidak enak badan. Toh semua sudah berlalu juga, kita tidur saja ya, ini sudah malam. " Ucap Gail sembari mengusap wajah Rien karena tidak ingin kalau sampai Rien terus memikirkannya.
" Lagi pula di usia Ibu yang sekarang tidak mudah untuknya membagi waktu, jadi tetaplah patuh, anggap saja kau sedang mematuhi Ibumu sendiri. "
Rien menepis tangan Gail, lalu dengan cepat mengambil posisi tidur dengan memunggunginya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Rina_Ibnu_Hajar
Hai kak, nih aku mampir di novel kakak, hadir dengan like, komentar dan subscribe
2023-03-09
0
Eka Elisa
astaga kliatan bgt nie nenek gayong pilih ksih nya...lha ko gail msih bth tinggal ma nenek gayong gk kuat bawa rien ngontrak tah....astaga smpe cumn bisa diem mlongo aj rien di prlkukn gk adil di rumh srasa nraka itu...😈😈😈😈
2023-03-04
1
Naviah
Gail tidak terlalu peduli dengan keluh kesah istrinya
2023-02-23
0