Kesal, Rien benar-benar merasa begitu tak di hargai oleh Ibu mertuanya, juga adik iparnya. Hari ini, Rien memutuskan untuk tidak memasak makan siang, tentu saja alasannya karena dia tidak ingin meninggalkan Cherel. Kalau pagi tadi ada Gail yang menjaga Cherel, Gail termasuk pria yang telaten merawat putrinya, Gail juga sangat menyayangi Cherel itulah mengapa Rien sama sekali tidak merasa khawatir. Tapi kalau siang? Heh! Salahkan saja perut dan selera Ibu mertuanya yang maunya makan makanan segar bukan di hangatkan jadi setiap kali mau makan harus ada yang memasak untuknya.
Rien sendiri sudah meminta Gail untuk membelikan roti sobek untuknya, juga makanan pendamping asi untuk Cherel yang hanya tinggal di seduh saja. Air mineral, juga termos untuk air panas juga sudah Gail siapkan agar Rien tidak perlu keluar kamar nantinya. Yah, setidaknya Gail masih mengerti dan memperhatikan Rien, jadi Rien tidak bisa marah terlalu lama padanya.
" Akhirnya...... " Rien tersenyum karena pada akhirnya Cherel bisa tidur dengan nyenyak jadi punggungnya bisa berhenti menggendong Cherel dan berbaring sebentar di sebelahnya. Mungkin sebagian orang akan memarahi Rien karena terlalu suka menggendong putrinya padahal putrinya memang gendut jadi agak berat. Tapi mau bagaimana lagi? Rien tidak tega membiarkan putrinya sendirian, dia juga tidak mau ada luka baru padahal luka yang sekarang saja belum kering. Untungnya Gail juga paham, bahkan saat Gail ada di rumah, dia sendiri yang akan bangun untuk menggendong Cherel saat dia menangis malam karena nyeri di bagian lukanya.
Suara ketukan pintu.
" Rien! Ibu bilang dia lapar, kau tidak lihat jam ya? "
Rien membuang nafas kasarnya, dia dengan cepat berjalan mendekati pintu setelah bangkit dari posisinya.
" Aku tidak ingin memasak, aku tidak akan meninggalkan putriku seorang diri, jadi silahkan saja masak sendiri. Yang mau makan kan kalian berdua, jadi jangan memintaku, aku bukan pembantu kalian. " Setelah mengatakan itu, Rien menutup pintu kamarnya, lalu menguncinya.
Jenette, wanita itu benar-benar seperti tidak punya otak untuk berpikir sama sekali. Padahal yang ingin makan adalah dia juga Ibu mertua, toh makanan tadi pagi juga masih ada, tinggal di hangatkan juga tidak masalah yang penting bisa makan kan? Kalaupun tidak bisa memanaskan di kompor, bukankah ada oven yang hanya perlu gunakan ujung jari telunjuk untuk menekan?
Jenette berjalan menuju di mana Ibu mertuanya berada, lalu mengatakan apa yang di katakan Rien kepadanya tadi. Tentu saja Ibu mertua marah, dia sangat tidak terima karena menganggap semua pekerjaan rumah memang tugas Rien sebagai istrinya Gail. Memang benar Jenette juga istri dari Theo yang harusnya membantu Rien, tapi keadaan Jenette yang sedang hamil harusnya di maklumi benar oleh Rien kan? Padahal apa susahnya Rien sekarang? Cuci sudah setiap pagi Gail mengantarkan ke tempat laundry, anaknya juga sekarang lebih sering dengan Gail, menyapu lantai kadang Gail bantu sembari menggendong Cherel, bahkan pagi tadi Theo sampai ikut membersihkan meja makan yang membuat Ibu mertua benar-benar tidak terima. Dia ingin putranya di perlakukan seperti raja, tapi gara-gara Rien putranya malah ikut bersih-bersih seperti itu.
Ibu mertua mengeluarkan ponselnya, tentu saja yang ingin dia hubungi adalah Gail. Dia ingin menceritakan apa yang Rien katakan kepada Jenette, dan seperti biasanya, dia akan menambah kata-kata supaya Gail segera memarahi Rien.
Di sisi lain, Gail dan Theo kini tengah pusing sekali karena proyek pembangunan yang sedang di kerjakan, tepatnya di luar kota mengalami kendala cukup parah akibat gempa dan longsor. Memang tidak ada korban jiwa, tapi kerugian materil benar-benar di rasakan benar oleh keduanya.
" Kak, apa perlu kita mundurkan satu bulan dari jadwal awal? " Tanya Theo ingin mencari solusi terbaik dari masalah ini.
Gail menghela nafasnya.
" Mana mungkin? Beberapa waktu ini perusahaan keluarga kita baru naik kembali, kalau kita bisa menangani ini dengan benar dan selesai tepat waktu, ini juga akan membuat nama kita lebih bagus, atau setidaknya akan tetap stabil. "
" Tapi bagaimana dengan kerugiannya? "
Gail mengusap wajahnya dengan kasar. Dia baru saja membuka mulut ingin menjawab pertanyaan dari Theo, tapi suara Ponselnya terdengar jadi Gail memutuskan untuk menerima panggilan itu setelah melihat bahwa itu Ibunya yang menghubungi.
" Ada apa, Bu? " Tanya Gail begitu sambungan telepon di antara mereka terhubung.
Gail, istrimu benar-benar keterlaluan! Ibu minta tolong, bahkan sudah sampai memohon untuk di masakkan, tapi dia malah menolak dan mengatakan untuk masak sendiri. Iya, Ibu tahu Ibu tidak bisa memasak, masakan Ibu juga tidak bisa di makan. Tapi, apakah pantas menantu berbicara seperti itu dengan Ibu mertuanya?
Gail mengusap wajahnya dengan kasar menggunakan satu tangannya. Apalagi ini?
" Ibu, tolong minta Jenette saja untuk pesan makanan lewat aplikasi. Suruh dia pesan di restauran yang biasa aku pesan, makanan di sana segar kok. "
Kenapa harus pesan? Kan ada Rien yang bisa?
" Ibu, Rien sedang dalam mood yang tidak baik karena luka Cherel. Tolong jangan marah ya Bu? "
Ternyata kau juga sudah mulai tidak paham ya Gail? Urusan rumah itu tidak ada hubungannya dengan mood. Pekerjaan rumah murni adalah tugas istri, jadi jangan menyulitkan diri untuk memesan makanan yang belum tentu higienis.
Gail tidak tahan lagi mendengar ucapan Ibunya, jadi dia memilih untuk mengiyakan saja lalu menghubungi Rien setelah sambungan telepon dengan Ibunya terputus.
Halo?
" Sayang, Ibu baru saja telepon, dia ingin makan siang jadi bisa tolong buatkan dia makanan? "
Tidak, aku tidak mau meninggalkan Cherel sendiri.
" Sayang, tolong sebentar saja ya? Cherel sedang apa? "
Sedang main.
" Letakkan saja dia di baby Walker, bawa di mana kau berada, bisa kan? "
Aku akan berada di dapur, Gail. Kau tahu betapa bahayanya dapur untuk bayi kan? Lagi pula mereka punya tangan sendiri apa susahnya sih memasak dengan tangan mereka? Aku ini lelah tahu tidak?!
Gail membuang nafas kasarnya.
" Rien! Aku juga lelah! Kau kan bisa memasak telur dadar saja yang tidak membutuhkan waktu lama kan? Hanya lima menit saja, Rien. Apakah aku harus pulang untuk memasakkan Ibuku? Aku juga lelah, aku sedang pusing memikirkan pekerjaan, tapi harus juga memikirkan soal makan! " Setelah mengatakan itu Gail memutuskan sambungan teleponnya dengan kesal.
Theo membuang nafasnya.
" Kak, jangan membentak istrimu, aku bisa melihat dan menilai kalau Ibu memang keterlaluan. "
Di rumah.
Rien membuang ponselnya ke lantai karena kesal.
" Silahkan saja, aku tidak perduli, aku juga tidak akan memasak. " Kesal Rien.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Eka Elisa
maaf yooo..mak kali ini tokoh bumer mu ro jenet....tk maki "abis abisan jo marah yo....mak....🙏🙏🙏🙏
2023-03-04
1
Della Eriana
semangat berkarya ya Thor 😘❤️
2023-03-02
0
Della Eriana
semangat berkarya ya Thor
2023-03-02
0