Malam itu Jenette langsung di bawa ke rumah sakit karena Jenette sendiri sangat mengkhawatirkan keadaannya, di tambah Ibu mertua yang terlihat sangat khawatir sehingga Theo tidak ada pilihan lain selain segera berangkat ke rumah sakit agar semuanya menjadi tenang dan tidak ada lagi kesalahpahaman.
Tak perlu menunggu lama, karena sekitar satu jam setengah mereka sudah kembali ke rumah. Masih dengan keadaan yang sama, Jenette masih kesulitan berjalan.
" Bagiamana, apa kata Dokter? " Tanya Ibu mertua yang terlihat sangat khawatir.
Theo menghela nafasnya.
" Seperti yang Kakak ipar katakan, tekanan darah Jenette tidak lancar karena kurangnya aktivitas. Posisi tidur Jenette yang kurang bagus untuk Ibu hamil juga mempengaruhi kondisinya sehingga menjadi seperti ini. Dokter bilang kalau dia masih tidak mengikuti saran Dokter, kemungkinan bukan hanya kakinya yang akan bengkak tapi semua bagian tubuhnya. "
" Sayang! " Protes Jenette yang tidak ingin mendengar ucapan Theo lagi.
" Jenette, mulai besok cobalah untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang bisa kau kerjakan. Selain untuk kelancaran persalinan nanti, kau juga hitung-hitung membantu kakak ipar dan juga pembantu rumah kan? "
Jenette menggigit bibir bawahnya, menghela nafas kesal karena merasa suaminya begitu membela Rien, selalu dengan terang-terangan menyelamatkan Rien saat Ibu mertua ingin meraih Rien. Jadi, bukankah wajar jika dia merasa kesal?
" Selalu saja kau menyalahkan ku dan membenarkan Rien, memangnya dimana letak lebihnya dia di banding aku? Setiap kali Rien melakukan kesalahan dan di marahi Ibu, kau akan membela dia! Belum lagi kau memarahi ku sesuka hatimu, memintaku melakukan ini itu supaya Rien tidak kelelahan, memangnya aku ini pembantu apa?! Aku adalah anak kesayangan orang tuaku, mana bisa kau menyamakan aku dengan Rien? "
Gail mengeraskan rahangnya, pembantu? Apakah seperti itu istrinya di mata adik iparnya?
" Tutup mulutmu, Jenette! Tidak ada yang memintamu untuk menjadi pembantu, tidak ada yang menyamakan mu seperti itu, kau sendiri yang beranggapan demikian. "
" Sama saja! Kau tidak pernah mencintaiku, iya kan? Kau diam-diam masih mencintai Rien kan? Iya kan? Jawab! Ayo jawab! "
Theo mengeryitkan dahi dengan tatapan kesal. Apa-apaan lagi ini? Mencintai diam-diam? Bahkan memikirkannya saja Theo tidak memiliki keberanian, jadi mana mungkin dia sampai benar seperti itu?
Rien menggeleng keheranan. Jenette, anak dari orang kaya yang sama sekali tak memiliki otak yang bekerja dengan baik. Ucapannya itu benar-benar menjelaskan betapa dangkalnya cara berpikirnya. Rien hanya menghela nafas setelah itu, membatin tanpa ingin bicara sepatah katapun karena dia tahu apa yang dikatakan akan nampak salah di mata Jenette.
" Kau mau membuat naskah drama atau apa? Kalau menuduh pakailah otakmu sedikit, Jenette. Tuduhan mu barusan benar-benar sangat menjijikan. "
Jenette menyeka air matanya, menatap Rien dengan marah sehingga Rien yang menyadari akan hal itu menjadi tidak nyaman berada di antara mereka yang tengah bertengkar. Rien memutuskan untuk kembali ke kamar, melihat bagaimana Cherel di kamarnya.
" Dasar wanita tidak tahu malu, wanita rendahan yang suka menggoda adik iparnya, bagaimana rasanya? Apakah enak? "
Rien menghentikan langkahnya, begitu juga dengan Gail yang juga bersiap untuk mengikuti Rien.
" Jenette, mulutmu benar-benar tidak bisa berhenti mengoceh rupanya. Kalau saja kau tidak sedang hamil, maka aku tidak akan mungkin memliki kesabaran seperti ini. " Ujar Theo menghela nafas menahan kesalnya yang seperti ingin naik ke kepala.
" Jenette, kalaupun aku ingin menggoda pria lain, aku juga tidak akan menggoda adik iparku sendiri. Kau tahu benar kalau kau sendiri yang salah, kau mengalami bengkak kaki yang parah adalah salahmu, tapi demi menutupi kesalahan itu kau mencari gara-gara untuk melampiaskannya? Kau belum juga memliki anak, Jenette. Cobalah untuk lebih sabar mulai sekarang, dunia itu tidak seindah yang kau bayangkan. "
Setelah mengatakan itu Rien langsung kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Jenette yang masih menangis dengan wajah kesalnya.
Ibu mertua, wanita itu hanya bisa memegangi kepalanya yang sakit karena apa yang terjadi dengan Jenette di tambah pertengkaran ini.
Theo mengusap wajahnya dengan kasar.
" Kalau kau sudah selesai membuat masalah, masuklah ke dalam kamar, Jenette. " Ujar Theo yang justru di tanggapi sinis oleh Jenette sendiri.
" Masuk ke kamar? Aku yakin malam ini tidak akan bisa tidur sama sekali. Kau ingin aku mengurangi tidurku kan? Kau hanya tahu melarang ku ini, itu, tidak perduli bagaimana sulitnya menjalani kehamilan. Aku selalu ingin makan, setiap aku merasa kenyang aku bahkan tidak bisa duduk dengan baik, mataku aku seperti ingin terus terpejam. Nafasku sesak, aku bahkan menjadi gendut. Sedangkan kau? Hanya tahu melarang saja! "
Theo membuang nafas kasarnya.
" Jadi kau ingin aku bagaimana, Jenette? Diam saja membiarkan apa yang ingin kau lakukan? Justru karena aku tidak tahu bagiamana sulitnya menjalani kehamilan, aku hanya bisa membantumu dengan mengingatkan semua pesan dari dokter, menyiapkan vitamin untukmu, membelikan apapun yang kau mau, memijat tubuhmu, mengusap perut dan punggung mu, jadi aku harus bagaimana lagi? Apakah perlu memindahkan perutmu padaku? "
" Lihatlah, cara bicaramu padaku, Theo! Kau selalu saja dingin dan ketus saat bicara, kau tidak tahu apapun dan tidak mengerti apapun! "
Theo benar-benar tidak tahan lagi. Tahu, dia benar-benar tahu kalau mood wanita hamil amanat mudah terpengaruh. Kadang mudah marah, mudah menangis, mudah terharu, dia sudah mencoba memaklumi semua itu bahkan sebelum Jenette hamil. Tapi mau sampai kapan? Yang dia pikirkan juga banyak terutama tentang pekerjaan yang benar-benar butuh konsentrasi.
" Bu, sekarang Ibu tahu kan dnegan siapa Ibu menjodohkan ku? Aku tidak ingin mengatakan jika aku merasa menyesal, hanya saja aku ingin Ibu melihat baik-baik, nilai dengan cermat apakah benar seperti ini yang ibu inginkan? "
" Apa maksud ucapanmu, Theo?! " Protes Jenette marah.
" Sudahlah, Theo. Bawa masuk istrimu ke kamar, bicaralah sana berdua, Ibu benar-benar sakit kepala mendengarnya. " Ibu mertua segera bangkit dan menuju kamarnya karena dia tidak tahan lagi mendengar pertengkaran itu.
Jenette juga langsung menuju kamarnya, membawa kakinya yang begitu sulit untuk di gerakan membuat Theo menjadi tidak tega. Theo berjalan di belakang Jenette berjaga agar Jenette tidak terjatuh nantinya.
Di dalam kamar.
" Ucapan Jenette tadi, bagaimana menurutmu? " Tanya Gail kepada Rien setelah mereka baru saja memastikan keadaan Cherel yang sudah tertidur pulas.
Rien menatap Gail dengan dahi mengeryit karena dia sendiri tidak paham mengapa Gail menanyakan hal itu.
" Apa maksudmu? "
" Tidak ada, hanya penasaran saja. "
" Jangan bilang, kau jadi merasa curiga juga padaku? Kau tidak sedang berpikir kalau saja ucapan Jenette benar bukan? "
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
OMG Jenet....bumil dimana-mana omongannya berusaha selalu dijaga...biar bayinya nanti sehat tanpa kekurangan apapun...tapi kamu malah sebaliknya..kamu benar benar gak takut adanya karma dari Tuhan😔😔
Kamu gak takut ..misal bayi yg kamu lahirkan gak selamat atau bisa aja bayimu nanti cacat😤😤
astaga🤔🤔....sungguh picik pikiran mu tentang suamimu,jangan menyesal jika nanti kamu bercerai dari Theo 😤😤
2023-03-08
0
Della Eriana
semangat berkarya ya Thor
2023-03-07
0
Della Eriana
lanjut
2023-03-07
0