Rien tak bicara melihat Ibu mertuanya tengah berbicara dengan pembantu rumahnya yang bau saja datang. Dia tengah mejelaskan pekerjaan apa saja yang harus dia kerjakan, juga bagiamana caranya yang menurut Ibu mertua adalah yang paling benar. Gail yang juga ada di sana, duduk di sebelah Rien hanya bisa menghela nafas sembari berpikir. Kalau Bunya seketika itu, Ibunya begitu detail sekali, apakah iya pembantu itu akan bertahan lama? Dia benar-benar tidak ingin Rien kelelahan lagi seperti sebelumnya, karena pada akhirnya dia juga yang akan ikut merasakan sakitnya. Selama sebulan ini dia hanya dua kali saja melakukan hubungan suami istri. Alasannya adalah, Rien terlalu kelelahan jadi sering menolak Gail, sedangkan Gail juga tidak bisa banyak menuntut karena dia tahu benar betapa sulitnya menjadi istrinya.
" Sayang, nanti kalau yang ini tidak bisa bertahan, aku akan segera cari gantinya. " Ujar Gail pelan tak ingin Ibunya mendengar.
Rien menghela nafasnya, sebenarnya dia tahu sekali maksud Ibu mertua seperti itu, dia tidak setuju dengan adanya pembantu. Dia ingin Rien saja yang mengerjakan semua pekerjaan rumah, mungkin dia sengaja ingin menyiksa Rien. Entah kesalahan apa yang membuat Ibu membuat Ibu mertuanya sejahat itu, tapi untuk kali ini Rien tidak akan mengalah begitu saja, dia akan mencari tahu sebenarnya apa masalahnya sehingga dia di perlakukan dengan tidak baik seperti itu.
" Ibumu sepertinya memang hanya ingin membuatku jadi pembantu di rumah ini, makanya dia sengaja menyulitkan pembantu itu. "
Gail terdiam, ucapan Rien memang terkesan agak kasar, kurang sopan juga. Tapi, bukankah apa yang di katakan Rien seperti yang paling masuk akal?
" Sudahlah, lihat saja nanti ya? Aku berangkat ke kantor dulu. "
" Iya. "
Rien mengikuti Langkah kaki Gail sembari memeluk lengannya untuk ikut sampai ke teras rumah. Begitu sampai di sana, Gail mencium kening Rien dan beranjak untuk menuju mobil, lalu pergi ke kantor.
Rien kembali ke dalam rumah, lalu membuang nafasnya saat melihat Jenette berjalan berlawanan arah dengannya.
" Lihat kan? Gara-gara kau semua orang kini jadi sulit. " Ucapnya membuat Rien berhenti lalu menatap Jenette untuk menerka apa maksud dari ucapan Jenette barusan.
" Hanya karena kau, aku dan Theo bertengkar hebat. Karena kau juga Ibu menjadi pusing setiap hari, kalau saja kau tidak banyak omong, tidak banyak bertengkar dengan suamimu, mana mungkin kami kena imbasnya?! "
Rien ternganga lalu tersenyum dengan tatapan mengejek.
" Jenette, yang bertengkar adalah kau dan suamimu kan? Kenapa kau harus menyalakan ku? Masalah Ibu mertua pusing kau juga menyalahkan ku? Jenette, cobalah menjadi aku sehari saja saat sudah melahirkan nanti. Mengurus anak, mengurus suami, membersihkan rumah, masak, mencuci baju, belum lagi ke pasar. Cobalah sehari saja, biarkan aku lihat apakah kau masih bisa kuat menjalani hari itu untuk hari berikutnya? "
Jenette menggenggam tangannya dengan kuat, semalam dia benar-benar bertengkar hebat dengan Theo. Alasannya adalah karena Theo terus membela Rien, selalu melindungi Rien agar tidak di hakimi terus menerus oleh Ibu mertuanya. Jenette pikir Theo masih menyukai Rien karena dia tahu fakta ini secara tidak sengaja dari salah satu sahabat Theo.
" Ibu mertua terlalu menyayangiku, aku tidak akan melakukan semua itu. " Ujar Jenette dengan tatapan yang membuat Rien semakin tidak mengerti.
Rien menghela nafasnya, lalu tersenyum kepada Jenette.
" Jenette, mungkin kau tidak percaya dengan Tuhan dan juga karma, Ibu mertua mungkin juga tidak mempercayainya. Tapi apakah kau tahu kadang-kadang Tuhan akan menguji manusia bukan hanya dengan kesedihan saja? Sekarang kau bisa menertawai ku, bahagia atas penderitaan yang aku alami, tapi berhati-hatilah, Jenette. Kehidupan masa depan adalah misteri yang tidak bisa di tebak oleh siapapun. Jangan sampai kau yang akan menangis tersedu-sedu nantinya. Bukan aku yang akan melakukan itu, tapi kehidupan ini pasti akan melakukan itu. "
Jenette tak lagi bicara, benar-benar dia kesal tapi dia tidak tahu harus mengatakan apa jadi dia biarkan saja Rien pergi meninggalkannya di sana dengan kemarahan.
" Memang apa yang akan membuatku bersedih? Aku menikahi pria yang selama ini aku sukai, aku di sayang Ibu mertua, aku akan punya anak laki-laki yang di tunggu-tunggu oleh Ibu mertua, aku jelas tidak akan menderita seperti yang kau katakan, Rien. " Gumam Jenette sembari mengusap perutnya.
Rien sebenarnya tadi adak bicara saja, sungguh dia menyesali apa yang dia katakan karena terkesan seperti menyumpahi Ibu hamil. Tapi mau bagaimana lagi? Dia juga tidak bisa menahan diri saat itu, jadi sekarang hanya perlu mendoakan yang baik-baik saja supaya Jenette dan bayinya, serta hidupnya baik-baik saja.
Begitu melintasi kamar tengah, kamar milik Ayah mertuanya yang selama ini di kurung di dalam sana, Rien terhenti saat mendengar suara Ayah mertuanya seperti meminta seseorang untuk datang. Rien dengan segera berjalan mendekati pintu, lalu perlahan membukanya.
" Ayah? "
Rien segera mendekati Ayah mertuanya yang tengah duduk di kursi roda. Bicaranya tidak jelas, tapi melihat tangannya tergerak ingin menyentuh mulut, Rien tahu benar Ayah mertuanya mungkin lapar atau haus. Segera Rien mengangguk dan bangkit untuk menuju dapur, di sana dia mengambil makanan juga air hangat sedangkan Ibu mertuanya masih berbicara dengan pembantu baru itu.
Rien kembali dengan segera, untungnya saat itu Cherel sedang tidur jadi Rien memutuskan untuk menyuapi Ayah mertuanya sedikit demi sedikit dengan sabar.
" Ayah pasti lapar sekali ya? " Tanya Rien laku tersenyum. Ayah mertua mencoba untuk mengangguk dan menerima suap demi siap yang di berikan oleh Rien.
" Ayah mertua kenapa terus di dalam saja? Apa tidak ingin keluar kamar dan melihat-lihat? "
Ayah mertua mencoba untuk bicara, tapi Rien tetap saja tidak mengerti.
" Ayah, cukup mengangguk saja untuk iya, dan menggeleng untuk tidak, begitu lebih mudah kan? "
Ayah mertua mengangguk membuat Rien tersenyum senang ternyata Ayah mertua yang jarang sekali di lihat olehnya karena terus di dalam kamar adalah orang yang bisa menerimanya.
" Besok pagi kalau Cherel tidak rewel kita jalan-jalan keluar untuk melihat-lihat ya? "
Ayah mertua mengangguk.
" Ayah, nanti aku akan bicara dengan Gail supaya Ayah bisa lebih banyak mengabiskan waktu di luar ya? Dengan begitu kan pasti akan membuat Ayah merasa senang di banding terus berada di dalam kamar. "
Ayah mertua kembali mengangguk sembari mengunyah makanan yang di siapkan Rien.
" Siapa yang menyuruhmu kesini?! "
Rien tersentak kaget, begitu juga dengan Ayah mertuanya. Rien buru-buru bangkit dari posisinya, menatap Ibu mertua yang terlihat sangat kesal melihat Rien di sana.
" Ayah tadi lapar, dia terus memanggil orang untuk datang makanya aku ada di sini. " Jawab Rien dengan nada bicara yang sopan.
" Pergi! Tidak ada yang boleh masuk kemari selain aku, paham?! "
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
keren 😍
2023-03-15
0
Della Eriana
semangat berkarya ya Thor
2023-03-07
0
Della Eriana
next
2023-03-07
0