Pagi hari, pagi yang sangat sibuk untuk Rien seorang. Iya, jangan tanya kenapa dan bagaimana bisa, karena semua itu adalah karena Ibu mertuanya. Sudah selesai membuat sarapan berupa nasi goreng, dengan telur mata sapi, sosis goreng, juga dengan jus kesukaan masing-masing. Tinggal membuat jus untuk Ibu mertuanya, barulah setelah itu dia harus menyiapkan makanan pendamping asi karena putranya Cherel sudah bisa memakannya.
Tak ada yang bisa membantu, suaminya memang duduk di meja makan menunggu semua selesai, tapi dia begitu fokus dengan ponselnya karena katanya ada pekerjaan yang perlu untuk dia handle dengan sangat teliti.
Rien tidak bisa meminta tolong kepada siapapun, sedangkan putrinya juga masih rewel meskipun perutnya sudah tidak kembung, tapi sisa demam kemarin mungkin masih menganggu putrinya. Sempat meminta tolong kepada Ibu mertuanya untuk sebentar saja menggendong Cherel karena dia harus membuat jus, tapi jawaban Ibu mertua benar-benar membuat Rien terdiam dan hanya bisa menahan kesal di dalam hatinya saja.
" Tidak bisa, kepalaku sakit kalau dengar anak menangis, tanganku juga sudah tidak kuat lagi. Kau terlalu banyak memberikan makanan kepada Cherel, makanya Cherel jadi gendut seperti itu, kedepannya jangan berlebihan memberikan makanan pendamping asi, jadi kesulitan sendiri kan? "
Aneh? Iya tentu saja sangat aneh dan tidak masuk akal. Bukankah biasanya seorang nenek akan mengkhawatirkan saat cucunya kurus? Tapi mertuanya benar-benar sangat berbeda, cucunya gemuk dan berisi malah di jadikan masalah olehnya. Entah harus bagaimana lagi menghadapi Ibu mertuanya itu, yang jelas Rien sudah mulai lelah dengan mulut Ibu mertuanya yang tidak ada lelahnya membuat Rien merasa sedih setiap harinya.
Gail, suaminya benar-benar menolak meski dengan lembut caranya menolak. Pekerjaan itu katanya sangat penting untuk kelangsungan perusahaan keluarga, jadi Rien juga hanya bisa menahan kedongkolannya di dalam hati.
Jenette, adik iparnya itu sama sekali enggan untuk membantunya, padahal Rien hanya minta tolong untuk menjaga Cherel yang akan dia dudukan di baby Walker. Tapi belum juga Rien menyelesaikan kalimatnya, Jenette sudah lebih dulu menolak dengan alasan perutnya sangat begah dan tidak bisa berjalan dan bergerak dengan baik.
Rien menghela nafasnya, dia akhirnya menggendong Cherel sembari membuat jus alpukat untuk Ibu mertuanya. Sungguh memang sangat sulit mengerjakan pekerjaan dapur sembari menggendong anak, dan tolong jangan samakan Rien dengan Ibu lain yang sudah mahir melakukanya. Rien adalah anak tunggal, dia tidak tahu caranya merawat anak kecil dan tidak ada pengalaman juga sebelumnya.
Prang!
" Ah...! " Rien terkejut bukan main saat atau gelas jus alpukat itu tumpah ke lantai, bukan sengaja, tapi itu karena tangan Cherel yang terus bergerak karena dia penasaran dengan benda yang di pegang Ibunya. Rien sebentar mengabaikan gelas yang jatuh ke lantai, dia memastikan dulu tangan putrinya tidak apa-apa barulah dia bisa menghembuskan nafas lega.
" Untunglah, kau pasti kaget juga ya sayang? " Rien mengecup pipi putrinya, dan barulah dia akan bergerak membersihkan pecahan gelas di lantai.
" Kenapa ini? " Tanya Ibu mertua, dia melotot seperti orang yang sudah bersiap akan marah, Gail juga menyusul dengan mimik khawatir.
" Sayang, ada apa? " Tanya Gail.
" Tadi aku sedang ingin membawa jus alpukat Ibu ke meja makan, tapi Cherel tidak sengaja menepisnya, dan gelasnya jatuh ke lantai. Untunglah tangan Cherel tidak apa-apa. "
" Untung apanya? Stok alpukat kan tidak ada lagi? Itu hanya alasanmu saja kan? Kau pasti sengaja menyalahkan Cherel supaya aku tidak marah kan? Setahuku kau memang tidak pernah pecus dalam banyak hal, selalu saja membuat ulah yang menyebalkan. "
Rien tidak bisa tahan lagi, dia bersiap ingin membuka mulutnya dan balik memaki Ibu mertuanya, tapi matanya tidak sengaja melihat suaminya hanya menghela nafas dan menggelengkan kepala membuat Rien membeku. Apa maksudnya? Dia menggelengkan kepala juga apakah karena sepemikiran dengan Ibunya? Ataukah dia menggelengkan kepala karena tidak ingin Rien membantah, dia ingin Rien terus patuh dan diam saja seperti sebelumnya?
Rien membuang nafasnya, dia menahan tangis yang seperti ingin meronta dan meraung sejadi-jadinya. Rien mengarahkan pandangannya ke arah di mana adik iparnya sedang duduk santai sembari terus mengusap perutnya yang buncit. Bagaimana bisa dia begitu santai padahal kalau tidak bisa menjaga Cherel sebentar bukankah seharusnya dia bisa membuatkan jus untuk Ibu mertua?
Rien tak lagi bicara, dia berjalan meninggalkan dapur membuat Theo, suami dari adik iparnya atau adik tiri dari Gail menatapnya bingung karena dia baru saja tiba di meja makan.
" Kakak ipar, ada apa? " Tanya Theo penasaran.
" Hanya menumpahkan segelas jus, tapi reaksi mereka semua sudah berlebihan, ah! Atau mungkin memang reaksiku yang berlebihan. " Setelah mengatakan itu Rien memutuskan untuk membawa masuk putrinya ke dalam kamar. Dia menyusui Cherel karena sepertinya dia tidak ingin kembali ke dapur untuk mengambil makanan Cherel. Hatinya benar-benar sakit sekali, dan sialnya dia tidak bisa melakukan apapun karena perasaan cintanya kepada Gail sangat dalam, juga tidak ingin kalau sampai Cherel jauh dari Ayahnya sendiri.
Di meja makan, Theo menatap Ibunya dengan tatapan bingung. Sebenarnya apa yang di pikirkan Ibunya sampai begitu membuat Rien sangat tertekan? Semenjak Rien melahirkan dan selalu berada di rumah, Rien jadi terlihat tidak bahagia, padahal saat sekolah dulu, sampai bekerja Rien banyak di kagumi oleh teman-temannya karena memiliki adik kelas yang sangat bersemangat dan manis seperti Rien.
" Kak, apa tidak lebih baik kalau kakak melihat dulu keadaan istri kakak? Dia kan sudah lelah memasak, di tambah sambil menggendong Cherel, dia pasti lebih membutuhkan sarapan di banding kita. " Ujar Theo yang tahu benar bagaimana kebiasaan kakak iparnya setiap pagi.
" Iya, makanan yang aku ambil ini untuk Rien, sekalian aku akan bawakan makanan juga untuk Cherel. "
Ibu mertua membuang nafasnya.
" Jangan terlalu memanjakan istrimu, Gail. Kalau kau terlalu lunak yang ada dia akan kurang ajar dan tidak segan-segan menginjak kepalamu nanti. "
Theo mengeryit tak setuju dengan ucapan Ibunya, berbeda dengan Jenette yang terlihat tidak perduli sama sekali.
" Ibu, jangan bicara seperti itu. Dia di bawa ke rumah ini sebagai istrinya kak Gail, bukan untuk menjadi pembantu. Aku akan cari pembantu besok, jadi Kakak ipar tidak perlu kerepotan lagi nantinya. "
Gail terdiam dengan segala pemikirannya.
" Jangan omong kosong, Theo! Keuangan keluarga kita baru saja pulih, dan kau ingin membuang uang? Pikirkanlah betapa sulitnya kita beberapa tahun lalu, mulai sekarang kita harus benar-benar menekan pengeluaran. "
Gail tak ingin ikut serta dalam pembicaraan ini karena dia tahu benar istri dan anaknya pasti sedang lapar.
" Sayang, ini sarapan untukmu. " Ucap Gail begitu masuk ke dalam kamar.
" Taruh saja. " Ujar Rien tak berniat menatap Gail.
" Berhentilah menyusui dulu, kau belum sarapan, nanti kau lemas kalau menyusui. Makanan Cherel sekalian aku bawa. "
" Kenapa? Kalau aku lemas kau takut aku tidak berguna lagi untuk rumah ini? "
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
MOMMY
suami mcam apa itu tdk perduli dngan isteri dn ank
2023-07-25
0
Elisabeth Ratna Susanti
top banget 😍
2023-03-13
0
Naviah
yang kecil malah lebih ngerti arti seorang istri dari pada suaminya
2023-02-23
1