Gail memeluk Rien dari belakang erat-erat, mencoba menjauhkan tas yang sudah di isi baju Cherel. Rien tentu saja menolak dan mencoba juga untuk melepaskan pelukan Gail yang begitu erat, tapi dia benar-benar tak berdaya karena tenaganya sama sekali tak bisa melawan Gail.
Rien terdiam tak lagi mencoba untuk memberontak karena dia tahu benar itu benar-benar akan percuma saja. Entah bagaimana caranya untuk bisa mengerti Gail. Dia jelas mencintai Rien, tapi kenapa tidak bisa mengerti Rien sepenuhnya? Apakah Menag Rien yang terllau banyak menuntut, dan kurang memahami situasi Gail? Tapi jika ia bukanlah artinya dia akan membuatkan dirinya terinjak-injak, dan di perlakukan semena-mena oleh Ibu mertuanya?
" Kau tidak akan pernah mengerti betapa sulitnya ini untukku, Gail. Kadang aku ingin menyerah saat aku merasa tak ada satupun yang memperdulikan ku. Tapi hatiku yang mencintaimu benar-benar memaksa untuk terus bersama denganmu. Entah yang mana yang harus aku pilih, tapi sekarang aku merasa akan lebih baik jika aku tenang dulu. "
Gail semakin mengeratkan pelukannya. Dia gak bisa mengatakan apapun karena dia merasa kalau apa yang dia katakan nantinya pasti akan terasa salah di mata Rien. Gail memilih untuk diam, membiarkan saja Rien bicara tanpa dia tahu kalau sebenarnya yang Tien butuhkan saat itu adalah dukungan, ucapan maaf dan menguatkan dirinya. Tapi Gail tak melakukan apa yang di inginkan hatinya, menganggap jika Gail pasti akan tetap memilih Ibu mertuanya jadi hati Rien justru semakin sakit oleh pemikirannya sendiri.
" Gail, dulu aku sangat mencintaimu dan aku sangat bahagia karena itu. Tapi sekarang, aku sangat kesakitan, menderita karena mencintaimu. Aku tida menyangka kalau aku akan hidup dengan suami yang selalu tak berdaya, tak bisa menjadi penengah yang adik di antara istri dan Ibunya. Aku tidak memintamu untuk memilih satu di antara kali, Gail. Aku hanya ingin kau mendukungku, menguatkan, peluk aku sat aku menangis, sedikit saja membelaku di depan Ibumu seperti kau yang terus membela Ibumu di hadapanku setiap saat. " Rien menyeka air matanya, suara Isak tangisnya kini benar-benar terdengar jelas membuat Gail hanya bisa terus memeluk Rien tanpa bicara.
" Gail, lepaskan aku sekarang, aku mohon. Aku sedang tidak baik sekarang, aku sedang sangat sakit jadi aku butuh ketenangan. Biarkan aku membawa Cherel untuk menenangkan diri dulu, tolong. "
Gail menggeleng tidak setuju. Selama ini dia sudah terlalu terbiasa selalu bersama dengan anak dan istrinya, walaupun memang menenangkan diri satu atau dua hari saja, dia benar-benar tidak akan sanggup untuk itu.
" Sayang, aku minta maaf kalau bicaraku menyakitkan mu. Tapi kau juga tahu bahwa aku tidak bermaksud seperti itu kan? Aku salah bicara tadi, jangan tolong jangan marah ya? " Pinta Gail masih tak melepaskan pelukannya.
Rien membuang nafas, melepaskan tangan Gail dengan kuat, bahkan lengannya sampai tersayat jam tangan Gail hingga tergores dan sedikit berdarah. Melihat lengan istrinya terluka karenanya tentu saja Gail buru-buru ingin menolong istrinya dengan meraih lengan untuk melihat dulu sedalam apa lukanya. Rien menepis tangan Gail, menjauhkan tangannya dan kini dia menatap Gail dengan tatapan marah.
" Jangan tidak tahu diri, Gail! Selalu saja pada ujungnya memintaku untuk memaklumi dan mengerti maksudmu! Sampai kapan aku harus menjadi orang yang hanya bisa mengerti, memahami, sedangkan tidak ada satupun orang yang bisa melakukan itu untukku! "
Gail mengusap wajahnya dengan kasar, benarkan? Apapun yang dia lakukan memang tidak akan mengubah apapun, Rien hanya akan marah, marah, marah, memaki, seperti itu lah Rien saat marah. Gail akui Rien memang istri yang rajin, dia selalu mengutamakan suami dan anaknya, hanya saja Rien kesulitan mengontrol diri ketika sedang emosi dan suka sekali berbicara dengan berteriak.
Cherel menangis kuat karena Rien barusan berteriak, dengan cepat Rien berjalan mendekati Cherel dan menggendongnya sembari berbisik meminta maaf karena sudah mengganggu tidurnya.
" Rien, tahu kan betapa tidak baiknya saat bicara dengan berteriak? Kau bisa bicara baik-baik dan pelan sedikit, aku bisa mendengarnya. Berikan Cherel padaku, biar aku yang tenangkan dia. " Ucap Gail sembari menyodorkan tangannya untuk mengambil alih Cherel dari gendongan Rien.
Rien memutar tubuhnya membuat Gail tak bisa mengambil Cherel.
" Jangan mengambil putriku, aku sudah harus membawanya untuk ikut denganku. "
Rien berjalan cepat untuk meraih tas milik Cherel dan segera beranjak. Tapi Gail lagi-lagi mengentikan Rien untuk jangan pergi dengan menahan handle pintu kamar.
" Rien, berhentilah untuk bersikap seperti anak-anak! Setiap kali aku bicara aku selalu salah, aku jadi bingung sebenarnya aku harus mengatakan apa?! " Gail berbicara dengan marah, tapi dia tidak menggunakan nada bicara yang tinggi seperti yang di lakukan Rien saat bicara kepada Gail.
" Kau jangan mengatakan apapun, Gail. Kau diam pun membuat orang lain marah, apalagi kau bicara. Satu lagi, kalau memang aku belum cukup dewasa untukmu, aku benar-benar minta maaf. Tapi, apakah kau pernah melihat bagaimana dirimu? Apakah kau sudah cukup dewasa untukku? Jangan hanya melihat dan hanya bisa menilai dengan mata dan hati yang buta, Gail. Di dunia ini dengan sikap kekanakan dan juga kekurangajaranku ini, percayalah aku pasti bisa mendapatkan pria yang aku inginkan dan menerimaku dengan semua kekuranganku. "
Gail membuang nafasnya, dia benar-benar tidak bisa melarang Rien lagi jika ingin pergi untuk menenangkan diri. Tapi, dia ingin tetap menahan Cherel di rumah karena dengan begitu Rien pasti akan lebih cepat kembali ke rumah karena tidak mungkin Rien betah berlama-lama berpisah dengan Cherel.
" Oke, pergilah untuk menenangkan diri. Tapi Cherel akan tinggal di rumah bersamaku. "
Rien tersenyum mengejek begitu juga dengan tatapannya.
" Tinggal di rumah bersama mu? Kalau kau pergi bekerja, apakah kau akan meminta tolong kepada Ibu tercintamu itu untuk menjaga Cherel? Kau tidak tahu bagiamana jadinya Cherel saat dia yang menjaganya? Kau, apakah sengaja ingin membunuh Cherel? Kau ingin membuat nyawa Cherel melayang karena Ibumu? "
" Rien! Aku adalah Ayahnya Cherel, kenapa bicaramu seperti itu?! "
" Benar, kau adalah Ayahnya Cherel, tentu saja aku tidak lupa. Tapi, apakah Cherel adalah cucu kandung Ibumu? Bukan, tentu saja bukan. Cucu kandung Ibumu sebentar lagi akan lahir, jangan pura-pura bodoh dan tidak bisa melihat seberapa excited nya dia menyambut cucu kandungnya. Bagaimana dengan Cherel? Coba saja kau tanyakan siapa nama panjang Cherel kepada Ibumu, dia pasti tidak akan tahu karena dia tidak memiliki niat untuk mengingatnya sama sekali, Gail. "
Rien menatap Gail dengan dingin sementara Gail hanya bisa terdiam tak lagi ingin bicara.
" Minggirlah, jangan membuatku memiliki niat yang nekad kalau kau seperti ini terus. "
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Yunita Anjani
Setiap baca knp nangis trus seh ..Bner2 ngena bgt ini ceritanya kakk
2023-04-23
1
🥀
dengerinnnn gaelllllll🤧
2023-03-31
0
Naviah
bener tuh kata Rien instropeksi diri Gail
2023-03-06
1