Rien membuang nafasnya karena dia benar-benar lelah sekali. Seharian ini dia sibuk mengurus Cherel yang agak rewel, di tambah mengerjakan pekerjaan rumah. Sebenarnya setelah pagi tadi selesai membuat sarapan, Rien sengaja membiarkan cucian piring menumpuk berharap adik iparnya mau mencuci piring. Tapi sampai lewat makan siang cucian piring itu justru masih ada di sana, bahkan jadi bertambah banyak karena Ibu mertuanya juga Jenette habis makan siang.
Rien masih tidak mencuci piring, dia membuat makan siang dulu untuk Rien, kaki setelah selesai dia harus menyuapi Rien juga. Cukup lama waktu yang di gunakan Rien untuk menyuapi Cherel, tapi syukurlah makanan yang dia buat untuk Cherel habis tak tersisa. Yang tidak di syukuri Rien hari ini adalah, dia hanya bisa melihat Ibu mertuanya berjalan ke dapur untuk meletakkan gelas bekas jus yang dia bawa ke kamar setelah makan siang tadi, lalu Jenette meletakkan piring bekas makan buah. Mereka hanya melihat cucian piring kotor, menghela nafas dan menatap Rien seolah menyalahkan Rien karena begitu banyak piring kotor tapi tidak segera mencuci piring.
Rien mendiamkan saja mereka karena ingin meladeni juga tidak akan ada habisnya. Setelah beberapa saat Cherel selesai makan siang, Rien membawa Cherel untuk masuk ke kamarnya, membacakan dongeng untuknya sembari memeluk pelan agar Cherel mengantuk. Setelah Cherel benar-benar nyenyak tidur siang, barulah Rien berjalan keluar untuk menuju dapur, dan tentu saja tujuannya adalah untuk mencuci piring. Rasanya kesal sekali memang karena tidak ada yang membantunya, tapi mau bagaimana lagi? Melihat banyak piring kotor menumpuk seperti itu juga bukan hal yang enak untuk di lihat kan? Di tambah Rien paling tidak suka kalau dapur berantakan, dapur adalah tempat untuk mengolah makanan, jelas makanan akan masuk ke dalam perut jadi harus hati-hati sekali dan bersih.
" Rien, kau belum menyetrika baju? " Tanya Jenette dengan tatapan sebalnya. Yah, mungkin dia akan pergi keluar untuk bertemu teman-temannya seperti biasa.
" Tidak sempat. " Jawab Rien yang tentu saja wajar kalau dia malas untuk menjawabnya.
" Tidak sempat? Kau kan bisa menyetrika saat malam Cherel tidur? "
Rien membuang nafas kesalnya, meletakkan mangkuk melamin cukup kuat membuat Jenette mengeryit dengan tatapan sebal.
" Kenapa aku tidak boleh memiliki waktu istirahat? Aku harus masak, membersihkan rumah, aku harus membersihkan bekas makan kalian semua, mencuci baju, juga harus menyetrika? Kau punya mata kan? Kau tidak lupa kalau kau juga manusia jadi tahu benar bagaimana lelahnya menjadi aku? Jenette, jangan jadi manusia yang tidak berguna dan banyak alasan. Sebelum ada Cherel aku juga hamil, tapi aku masih bisa banyak beraktivitas, juga bekerja untuk menghasilkan uang. Sementara kau? Kau hanya tahu makan, minum, rebahan, tidur, ngemil, jalan-jalan keluar. Kau jangan pura-pura terus tidak punya mata, Jenette. Kau tahu aku tidur jam berapa setiap malam? Aku tidur jam sebelas, belum aku harus tiga kali bangun untuk menyusui, bangun lagi pukul lima untuk mengerjakan tugas rumah. Kau punya tangan, gunakan tanganmu. "
" Kenapa kau kesal padaku? Setiap wanita hamil itu memiliki keluhan yang berbeda. Kau kuat saat hamil berarti itu rezekimu, kalau aku memang gampang lelah jadi itu adalah hal yang harus di jalani dan di maklumi! "
Rien tersenyum dengan suasana hati yang sangat kesal, rupanya berbicara dengan Jenette benar-benar tidak ada gunanya. Padahal dia adalah seorang sarjana dan lahir dari keluarga yang mampu, dan berpendidikan, tapi kenapa cara berpikirnya seperti manusia tanpa otak? Atau bahkan akan lebih landai dari pada keledai sekalipun.
" Menyebalkan! Sudah tahu hamil itu tidak mudah, tapi masih saja tidak mengerti! " Gerutu Jenette yang tak di tanggapi sama sekali oleh Rien.
Tidak apa-apa, bermanja-manja lah sesuka hati, nanti pasti akan ada masanya sikap manja, malas, dan masa bodoh itu akan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri. Benar, hamil itu memang tidak mudah, tali jangan lupa juga kalau menjadi Ibu, istri, menantu, juga bukan hal yang mudah. Dulu Rien sendiri tidak menyangka kalau pada akhirnya dia akan semenderita ini menghadapi Ibu mertuanya. Untunglah Cherel benar-benar menjadi penguatnya, Gail yang menyebalkan juga tetap menjadi semangat untuknya bertahan mengahadapi hari menyesakkan ini.
" Kalau sudah selesai, beli buah di toko buah ujung jalan ya Rien. Pastikan buahnya segar dan jangan ada bercak hitamnya juga. " Ucap Ibu mertua yang entah sejak kapan berada tak jauh darinya.
" Nanti minta tolong Gail saja untuk sekalian beli, Bu. Sebentar lagi Cherel pasti akan bangun, nanti tidak ada yang menjaga Cherel, takutnya kalau di titipkan dengan Ibu, Cherel akan sakit lagi seperti kemarin. Ayu nanti bisa jatuh. " Ucap Rien tanpa ekspresi. Sejujurnya dia tidak tega mengatakan kalimat menyakitkan itu, tapi hatinya terlalu sakit untuk di sepelekan sehingga membuat jiwa egosinya bangkit.
Ibu mertua membuang nafas kasarnya.
" Kau mau bilang bahwa aku tidak becus menjaga anakmu? Kau jangan asal menyalahkan orang lain, Rien. Anakmu itu tubuhnya terlalu gendut, bukan salahku kalau aku tidak kuat menjaganya. Lagi pula sudah sering di nasehati untuk jangan sering memberikan makan dan camilan kan? Belum lagi sebentar-sebentar tidur. Cukup saja tidur siang, jangan terlalu banyak, makanya anakmu jadi gendut seperti itu. "
Rien membuka celemek yang ia gunakan, lalu meletakan di tempatnya. Dia berjalan melewati Ibu mertuanya begitu saja. Mendengar Ibu mertuanya bicara hanya akan membuat hatinya terasa sakit, membunuh mentalnya perlahan-lahan, jadi untuk apa terus mendengarnya? Memang benar dia adalah orang yang harus di hormati karena bagaimanapun juga dia sudah seperti Ibu kandung untuk suaminya sendiri. Tapi membagi mana yang akan terus bisa menahan perasaan itu? Sesekali menatap dan masa bodoh juga penting kan?
" Kau lupa harus membeli buah? " Tanya Ibu mertua sembari menatap Rien dengan kesal.
Rien berhenti sejenak, menatap Ibu mertuanya untuk bicara.
" Ibu, aku selalu membeli buah lebih banyak dari pada yah Ibu suruh dengan uangku sendiri, tapi aku justru jarang sekali bisa makan buah karena stok buah selalu habis oleh Ibu dan juga Jenette. Jadi maaf aku agak sebal hanya tahu lelah membeli tapi jarang tahu bagiamana segarnya buah yang aku beli. Hubungi saja Gail dan minta dia untuk beli. "
Benar saja, Ibu mertua langsung menghubungi Gail, dan mengatakan semua yang di katakan oleh Rien kepada Gail.
Begitu sampai di rumah, Gail mencoba bertanya dengan nada lembut apa yang terjadi seharian ini, dan kenapa Rien mengatakan hal menyakitkan itu kepada Ibunya.
" Matamu buta hah?! Kau tidak merasakan bagiamana kejamnya Ibumu padaku?! Dia itu memerankan tokoh tertindas, padahal dia yang menindas. "
" Rien! "
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Eka Elisa
good joob rien....jgn jadi wnita kyk ikan trbang rien astaga...hati ku ikutan panas tau dgn prlkuan nenek gayung dgn mu..😈😈😈gail skli"..emng prlu di buka mata nya lebar"...rien biar gk cumn bisa diem dn mlongo liat kmu di tindas...udh riin minggat aj dri neraka itu...rien....
2023-03-04
2
I'm site
🖤
2023-02-26
0
Della Eriana
lanjut thor
2023-02-23
0