Gail yang sudah akan bersiap untuk menjemput Cherel dan juga Rien ternyata tak bisa melanjutkan keinginanya itu. Rupanya Rien dan Cherel sudah kembali ke rumah, dan mereka menggunakan taksi untuk sampai di rumah.
" Sayang, Cherel? "
Dengan segera Gail berjalan menghampiri Rien, lalu melihat bagaimana keadaan putrinya. Gail terdiam dengan tatapan terkejut, rasanya kasihan sekali melihat Cherel memiliki luka seperti itu di hidung, bibirnya juga bengkak lumayan besar. Gail dengan segera meraih putrinya untuk dia gendong, mencium pipinya perlahan dan meminta maaf di dalam hati.
" Kita masuk ya? " Ajak Gail lalu satu tangannya dia gunakan untuk merangkul Rien masuk ke dalam kamar. Entah seperti apa tatapan Ibu mertua dan juga Jenette yang minat Rien berjalan tanpa menyapa, yang jelas Rien sedang sangat dongkol sekali jadi masa bodoh dengan yang lainnya.
Sesampainya di dalam kamar, Gail memangku putrinya lalu melihat lagi baik-baik dengan teliti.
" Bagiamana kata Dokter? " Tanya Gail karena Rien masih saja diam tidak bicara sama sekali padahal Gail menunggu pendapat Dokter tentang luka yang ada di wajah putrinya itu.
" Bagaimanapun kondisinya, bukankah tidak penting? Kemarin aku tinggal sebentar Cherel panas tinggi dan dia biarkan saja menangis sendirian di dalam kamar. Lalu di paksa untuk pergi ke pasar, dengan daftar belanjaan yang begitu banyak aku tidak bisa membawa Cherel, Ibumu kukuh mengatakan akan menjaga Cherel. Bukankah kau tidak akan terima kalau aku menyalahkan Ibumu? Entah anakku sakit, terluka, bahkan patah tulang atau apapun, hanya aku yang akan perduli, dan hanya aku yang akan di salahkan bukan? Jadi jangan bertanya apapun, karena itu tidak berguna. "
Gail terdiam, dia kembali memandangi Cherel yang tengah bermain dengan topi yang dia gunakan beberapa saat lalu. Bukan, tentu saja bukan hanya Rien yang akan perduli, tapi dia juga perduli, dia juga sedih Cherel terluka seperti ini.
Setelah membereskan semua perlengkapan yang baru saja Rien bawa untuk ke rumah sakit, dan Rien juga sudah berganti baju, akhirnya Rien menghampiri Gail lalu mengambil Cherel dari pangkuannya.
" Pergilah sana makan malam! Jangan biarkan perutmu lapar, kalau nanti kau sakit, aku lagi yang akan di maki oleh Ibumu. " Ucap Rien lalu berjalan meninggalkan Gail untuk membawa Cherel ke tempat tidur. Biarkan saja untuk beberapa hari ini Rien akan menidurkan Cherel di kamarnya juga karena takut kalau nanti luka Cherel tergesek kain kalau tidak di awasi.
Gail menghela nafasnya.
" Aku ambilkan makanan untukmu ya? Tadi Theo terpaksa beli makanan di luar, aku bawa semua lauknya nanti kau ambil saja mana yang kau suka. "
" Tidak usah, aku tidak sedang berselera makan. "
Gail menghentikan langkahnya, padahal dia baru saja berbalik dan selangkah kakinya bergerak.
" Rien, aku tahu kau marah. Tapi mau kan butuh banyak makanan, kau tidak lupa kalau sedang menyusui kan? "
Rien menitihkan air matanya, dia menangis tanpa suara. Rasanya di benar-benar sedih sekali karena suasana hatinya yang sangat kacau. Sebenarnya Gail adalah pria yang baik, juga perhatian, tapi kenapa harus ada Ibunya yang mengendalikannya? Di tambah Ibunya seperti tak menyukainya sama sekali.
Gail berjalan mendekati Rien, lalu mencium kepalanya dari belakang.
" Tunggu disini ya? "
Rien tidak menjawab.
Beberapa saat kemudian.
Gail mengambil beberapa lauk dan juga sayur, khusus untuk sayur Gail mengambil agak banyakan karena Rien sangat menyukai sayuran, lalu Gail sebentar membuat Jus strawberry kesukaan Rien juga.
" Gail, tumben makan mu banyak sekali? " Tanya Ibu mertua.
" Ini untuk aku dan juga Rien, Bu. "
Ibu mertua menghela nafas dengan tatapan tak suka.
" Gail, jangan biasakan makan di dalam kamar. Asal kau tahu ya, makan di dalam kamar hanyalah kegiatan yang di gunakan oleh orang sakit, contohnya ya seperti Ayahmu. Kalau dia mau makan suruh saja dia datang kesini. "
" Dia, sedang menjaga Cherel, Bu. "
" Hanya luka seperti itu kenapa ju- "
" Pergilah, kak! Utamakan istri dan anakmu, tidak ada yang lebih penting dari pada itu. Mereka adalah tanggung jawabnya kakak, kalau kakak sudah tidak bisa merawat mereka, lebih baik biarkan saja orang tua kakak ipar yang merawat mereka. " Ucap Theo karena dia tidak tahan lagi mendengar Ibunya terus mendesak dan menekan Gail untuk tidak memperdulikan istrinya. Gail juga tidak bisa berbuat apa-apa karena sedari kecil dia memang sangat menurut dengan Ibu mertua.
" Theo, kau ini kenapa selalu menentang ibu?! "
Theo membuang nafas kasarnya.
" Aku minta maaf, Ibu. Tapi kesabaran manusia itu pasti akan ada masanya berada di puncak dan tidak bisa mentolerir lagi. Ibu mau mereka bercerai? Kalau memang hak itu terjadi, Ibu tahu siapa yang akan paling sedih bukan? "
Gail kesal, dia benar-benar tidak menyukai ucapan Theo yang sampai harus mengatakan bercerai antara dia dan Rien yang bahkan tidak pernah terlintas di benaknya sama sekali. Tanpa mengatakan apapun lagi, Gail langsung berjalan meninggalkan meja makan dan menuju kamarnya. Hari ini Rien pasti lelah sekali, dan asalkan Rien mau makan, Gail bisa sedikit tenang dan lega.
" Rien, ini makanannya. " Ucap Gail lalu meletakkan makanan itu di meja yang ada di dekat sofa, tepat di depan jendela yang biasa di gunakan Rien dan Gail menghirup udara malam saat mereka merasa penat.
Melihat Rien masih tidak ingin bangkit, Gail segera berjalan mendekati Rien, mengusap kepalanya dengan lembut perlahan membuat Rien mau tidak mau bangkit dari posisinya.
Tak banyak yang Rien makan, dia hanya sedikit saja makan karena suasana hatinya memang sedang tidak baik jadi tidak ada selera untuk makan.
Setelah selesai makan.
" Rien, Mulai besok kalau bisa jaga Cherel sendiri saja ya? Jangan titipkan kepada siapapun, supaya apa yang terjadi hari ini tidak terjadi lagi. "
Rien menghela nafasnya.
" Aku bisa melakukan itu, lalu siapa yang akan memasak? Menyapu, mengepel, cuci piring, mengurus ibu kesayanganmu, mencuci baju, menyetrika, membuatkan Ibumu dan Jenette jus, belum lagi mereka tahunya buah sudah siap di potong kalau mau makan. Semua pekerjaan itu mereka menyuruhku untuk melakukanya, kalau kau ingin aku menjaga Cherel seorang diri selama dua puluh empat jam setiap hari, maka carilah pembantu. "
Gail meraih tangan Rien dan menggenggamnya.
" Aku tahu, aku akan mencari pembantu besok. Tapi untuk seterusnya tolong jangan terlalu memperlihatkan wajah marahmu saat kau kesal dengan Ibuku ya? Jangan membuat dia tertekan dan merasa marah. Tolong redam emosimu karena kalau tekanan darah ibu naik pasti dia akan langsung ambruk. "
Rien melepaskan tangannya dari genggaman tangan Gail.
" Kau ingin membunuh mental sehatku, dan kau ingin menjaga sifat gila Ibumu? Kau ingin aku sama gilanya dengan dia? "
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
🥀
rien ya Allah.. ishhhhh ulah ibumuuu gailllll😩😩😩
2023-03-22
0
Elisabeth Ratna Susanti
top 👍
2023-03-14
0
I'm site
🖤🖤
2023-02-26
0