" Tolong lah lebih bersabar, Rien. Kalau kau seperti ini terus aku juga bingung harus bagaimana. Kau tahu aku tidak mungkin melawan Ibuku, jadi tolong mengertilah agar semua akan baik-baik saja. "
Rien memukul dada Gail dengan tatapan marah, kenapa? Padahal Rien juga adalah istrinya kan? Kenapa di mata Gail Ibunya adalah segala-galanya?
" Kau seperti ini apakah kau sadar jika aku adalah istrimu, Gail? "
Gail menghela nafas, dia mengusap wajahnya dengan kasar. Gail sebenarnya sangat lelah, dia juga kesal sekali dengan semua ini, tapi dia tetap bukan pria yang ringan tangan. Dia tahu menjadi istrinya juga bukan hal yang mudah, hanya saja dia tidak berdaya untuk bisa melawan perkataan Ibunya jadi dia pikir hanya bisa meminta pengertian dari Rien saja.
" Sayang, kita bicara lagi besok ya? Ini sudah malam, kau juga harus istirahat kan? "
Rien tersenyum dengan mimik kecewa.
" Sayang sekali, aku belum bisa tidur, Gail. Aku harus mencuci pakaian, juga menyetrika baju. "
Gak terdiam, dia kembali menatap istrinya yang terlihat seperti ingin menangis.
" Aku bantu untuk cuci baju ya? "
" Kalau kau bantu aku, maka aku harus mendengar ocehan Ibumu, dia pasti akan memakiku ini dan itu, tidak becus menjadi istri, tidak peka, tidak ini, tidak itu. Ibumu paling hobi memojokkan ku, juga merendahkan ku. " Rien membuang nafasnya, dia benar-benar sedih sekali, dia lelah sampai air matanya tidak bisa dia tahan lagi.
Melihat Rien seperti itu rasanya Gail benar-benar bingung, dibantu tidak mau, tidak di bantu juga akan marah.
" Rien, sebenarnya kau ingin aku bagaimana? "
" Bagaimana apanya, hah?! Kenapa kau malah bertanya?! Tidak kah kau tahu aku sangat tertekan? Kalau seperti ini terus lama-lama aku bisa saja jiwa tahu tidak?! "
" Hei, kecilkan suaramu. Iya aku dengar, jadi berhentilah untuk marah, oke? " Gail mencoba menenangkan Rien, dia menangkup wajah Rien berharap itu bisa membuatnya tenang. Tapi sayang, Rien justru menangis tersedu-sedu dan menepis kedua tangan Gail dengan kuat.
" Aku benar-benar membencimu, Gail! "
Gail membuang nafas kasarnya, sungguh dia lelah sekali karena semua pekerjaannya di kantor, dan pulang harus mengahadapi kemarahan Rien yang begitu berkobar-kobar, sungguh dia Seperti ingin memukul sesuatu dengan keras.
" Sayang, rumah tangga kita memang tidak selalu bahagia. Kau juga tahu kan kalau rumah tangga memang pasti akan seperti ini, tolong mengertilah, aku benar-benar lelah sekali hari ini. Aku butuh istirahat, kau juga lelah kab? Masalah cucian besok aku akan antar ke tempat laundry, jangan memikirkan soal cucian lagi, kita bisa tidur sekarang, oke? "
Rien menyeka air matanya, dia hanya bisa diam saja saat Gail memeluk dan mengusap wajahnya, juga mencium keningnya beberapa kali. Gail memang menyebalkan soal Ibunya, tapi dia juga sangat baik dan selalu mengalah, nilai plusnya lagi adalah, Gail hampir tida pernah berkata kasar padanya, apalagi memukul.
" Mulai besok, kalau ada cucian kotor cukup di jadikan satu saja. Atau kau bisa menempatkan pada beberapa wadah untuk masing-masing orang jadi kau tidak perlu repot memilahnya lagi. "
Rien mengangguk paham meski dia masih terisak.
Tok Tok
Gail dan Rien sontak menoleh ke arah pintu yang di ketuk, jadi segera Gail beranjak menuju pintu untuk membukanya.
" Ibu? "
Ibu mertua menatap Gail, laku menatap Rien dengan tatapan kesal.
" Kalian ini kenapa bertengkar malam-malam? Memangnya tidak ada besok? "
Gail terdiam sebentar, dia menatap istrinya yang juga terdiam. Dia pikir yang harus dia lakukan adalah mencari alasan agar istrinya tidak di salahkan lagi oleh Ibunya, karena di mata Ibunya Gail selalu benar, dan rasa cinta yang berlebihan itu bisa Gail maklumi.
" Ibu, sebenarnya hanya masalah kecil saja kok. Ada kesalahpahaman, tapi sudah selesai, dan kami tidak ingin membahas hal itu lagi. "
Ibu mertua menatap Rien dengan tatapan sinis, tentu saja Rien bisa mengerti arti dari tatapan mata itu. Mata yang seolah ingin menyalahkan dirinya, bukankah itu sudah jelas?
" Kau ini juga tidak ada pedulinya sama sekali ya Rien? Sudah tahu suamimu pulang bekerja, dia butuh istirahat tapi malah kau ajak berdebat. Kalau kau memang tidak bisa menjadi istri yang pengertian, lebih baik kau tidur saja bersama Cherel di kamarnya jadi Gail bisa tidur dengan nyenyak. "
Rien hanya bisa diam, mengepalkan tangan menahan diri untuk tidak membalas ucapan Ibu mertuanya itu.
" Ibu, ini bukan salah Rien kok. Aku memang tidak paham apa yang dia inginkan, tapi aku sudah mengerti dan kami juga sudah akan bersiap untuk tidur. " Ujar Gail yang tidak ingin kalau istrinya sedih lagi seperti tadi.
" Lihat! Lihat suamimu yang begitu membelamu sampai menyalahkan diri sendiri! Dasar tidak peka, kalau sampai aku mendengar suaramu membentak Gail lagi seperti tadi, jangan salahkan aku kalau aku akan melaporkan sikap buruk mu ini kepada orang tuamu. "
Rien masih diam, dia tahu apapun yang akan di katakan Gail, bagaimanapun dia membela diri, di mata Ibu mertuanya adalah, Rien tetap bersalah.
Setelah kepergian Ibu mertua, Gail berjalan mendekati Rien, membawa Rien ke tempat tidur dan memeluknya.
" Maaf, maafkan Ibuku yang selalu tidak bisa mengontrol diri. "
Rien tidak bicara, sepertinya dia juga sudah lelah sekali sampai mulutnya tak mau bicara.
Besok paginya.
Rien membuang nafasnya melihat daftar belanjaan yang harus dia beli di pasar sangat banyak. Kalau sebanyak itu tentu saja dia tida bisa menggendong Cherel ikut ke pasar kan? Meminta Jenette untuk pergi sudah jelas dia tidak akan mau, sementara Ibu mertuanya hanya tahu mengeluh sakit kepala sepanjang waktu.
" Kau masih belum pergi ke pasar? " Tanya Ibu mertua saat pergi ke dapur dan mendapati Rien masih di rumah.
" Tidak bisa pergi, Bu. Daftar belanja sangat banyak, aku jadi tidak bisa membawa Cherel ikut. "
Ibu mertua membuang nafas jengah.
" Pergilah sana! Cherel buat aku saja yang jaga. "
Rien mengeryitkan dahi, dia tentu saja tidak mau meninggalkan Cherel dengan ibu mertuanya.
" Tidak, aku takut Cherel kenapa-kenapa. "
" Kau kan tinggal taruh saja dia di baby Walker. Aku akan menjaganya, asalkan tidak perlu menggendong, jadi pergilah dan lakukan degan cepat. "
Rien terdiam sebentar, sebenarnya berat untuknya meninggalkan Cherel, tapi dia juga tidak bisa membawanya. Rien setuju dengan usulan Ibu mertuanya, lalu setelah itu dia pergi ke pasar.
Dengan tergesa-gesa Rien membeli semua yang ada di daftar belanja, lalu kembali ke rumah dengan cepat karena dia tidak bisa berhenti khawatir dengan Cherel. Begitu sampai di rumah, Rien benar-benar di buat sangat terkejut saat hidung anaknya terluka, bibirnya bengkak dan ada sisa darah di sana.
" Cherel! " Rien membuang semua belanjaannya di lantai.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
🥀
serba susah ya. hiks kenapa sedih ya pengen nya pisah rumah aja sih biar rumh tangga nya sehat, tapi nanti takut durhaka hiks😭
2023-03-22
0
Eli Sunarya
kesel sama suami modelan gail. gak tegas.... trus kenapa sih gak pisah rumah aja.
2023-02-24
0
Della Eriana
semangat berkarya ya Thor
2023-02-23
0