Bruk!
Rien menjatuhkan semua barang belanjaannya saat melihat luka di hidung, dan bibir Cherel yang bengkak dan terdapat noda darah yang tertinggal di sana. Tidak perduli kalau di dalam kantung belanja itu terdapat dua kilogram telur, tidak perduli juga dengan yang lain. Rien langsung berlari untuk meraih putrinya yang masih duduk di baby Walker bermain serang diri.
" Cherel! "
Rien melihat dengan seksama semua luka yang ada di wajah putrinya. Hidungnya lecet lumayan parah, bibinya bengkak seperti habis terbentur lalu pecah, matanya sembab dan merah di bagian pelupuk matanya, sepertinya Cherel sangat lama menangis. Rien memeluk putrinya sembari terisak sedih, tentu saja hal pertama yang dia lakukan adalah menyalahkan dirinya sendiri karena meninggalkan Cherel di rumah. Setelah itu dia berteriak memanggil Ibu mertuanya.
" Ibu! Ibu! Ibu! " Panggil Rien dengan marah dia berjalan ke sana kemari mencari keberadaan Ibu mertuanya.
'' Apa, kenapa kau berteriak?! "
Rien berbalik menatap Ibu mertuanya, tadinya dia ingin bertanya dengan baik-baik, tapi melihat mata Ibu mertuanya yang mirip seperti bangun tidur, Rien menjadi sangat kesal sekali.
" Ibu tidur dengan nyaman, dan Ibu tidak menjaga Cherel?! Bukankah Ibu sendiri yang berjanji untuk menjaga Cherel, kenapa Ibu membuatnya menjadi terluka seperti ini?! "
" Kenapa kau berteriak padaku?! Dasar tidak sopan! " Ibu mertua tak kalah marah dari Rien, dia tidak segan-segan melebarkan matanya menantang Rien untuk jangan sembarangan dan kurang ajar padanya.
" Tidak sopan? Orang seperti Ibu mana pantas untuk di perlakukan dengan sopan?! walau saja, putriku dalam bahaya saat di tinggalkan bersama Ibu, sebenarnya Ibu ini manusia atau bukan?! "
" Jaga mulutmu! "
Cherel menangis kencang, dia ketakutan dengan teriakan Rien dan juga Ibu mertuanya yang begitu kera suaranya.
Rien dengan segera memeluk putrinya, mencium kepalanya mencoba untuk menenangkan Cherel. Jujur saja dia tahu kalau dia tidak boleh kurang ajar seperti ini, tapi melihat putrinya terluka, sementara Ibu mertua malah asik tidur, bukankah wajar jika dia marah?
" Mulai besok, Ibu saja yang pergi ke pasar. Aku tidak akan mengerjakan apapun di rumah, aku hanya akan fokus mengurus putriku. " Ucap Rien lalu berjalan meninggalkan Ibu mertuanya yang menatap Rien dengan dingin. Tentu saja Ibu mertua menggerutu tidak terima, tapi sebenarnya tadi dia benar-benar tidak sengaja. Sedari Rien pergi dia menjaga Cherel memastikan tidak terjadi apapun, tapi saat dia ingin buang air kecil, mau tidak mau dia hanya bisa meninggalkan Cherel. Di saat itulah Cherel melakukan baby Walker ke arah depan di mana ada dua undakan sehingga dia terjatuh dengan posisi wajahnya yang lebih dulu membentur lantai. Setelah itu dia coba untuk menjaga Cherel dengan baik meskipun sebenarnya dia agak kesal melihat Cherel terluka dan pasti Rien akan mengoceh padanya.
Tenyata menjaga anak tidak semudah itu, dia benar-benar mengantuk dan tidak tahan lagi sehingga dia mengganjal arah ke ruang depan agar Cherel tidak lagi kesana, lalu dia masuk ke dalam kamar dan tidur.
Melihat belanjaan berada di lantai, Ibu mertua segera berjalan untuk mengangkatnya, dan betapa terkejutnya dia karena banyak sekali telur pecah di kantung belanja sehingga kembali membuatnya menggerutu marah.
Rien menyeka air matanya, karena selain ketakutan sepertinya Cherel juga ingin asi sehingga Rien mencoba perlahan untuk menyukainya. Cherel menolak saat dia sudah menyedot susu beberapa lalu, kalau menolak dan kembali menangis. Rien tersentak, seharusnya dia membersihkan luka putrinya terlebih dulu kan? Dengan segera Rien bangkit, sebentar mengabaikan tangisan putrinya agar dia bisa melakukan apa yang seharusnya dia lakukan. Setelah luka di wajah putrinya selesai di bersihkan, Rien sebentar membiarkannya lalu memberikan obat di sana.
Setelah selesai, Rien pikir putrinya akan segera tenang, tapi dia terus menangis membuat Rien jadi tambah kebingungan sendiri. Apa, dan bagaimana? Bagian mana yang membuat putrinya menangis?
Sudah akan sore, tapi Cherel benar-benar tidak bisa diam, dia terus menangis dan rewel. Menolak asi, makanan pendamping asi, bahkan camilan bayi yang biasanya di sukai oleh putrinya sama sekali tak mau dia sentuh. Rien tidak tahan lagi melihat putrinya menangis terus karena dia tidak paham apa yang di rasakan putrinya meski jelas bisa melihat luka di wajahnya.
Rien dengan segera bersiap-siap membawa Cherel ke rumah sakit.
" Mau kemana kau? Ini sudah sore, sebentar lagi suamiku akan pulang, kau seharunya memasak untuk makan malam bukan? Lihat tuh! Telur tadi pecah hampir separuhnya. " Ucap Ibu mertua karena melihat Rien sudah bersiap akan pergi membawa Cherel keluar rumah.
Rien membuang nafasnya, menatap sinis Ibu mertuanya sebentar.
" Ibu juga masih kuat kan kalau hanya sekali saja mengunakan tangan untuk memasak? Aku harus ke rumah sakit untuk membawa Cherel, Ibu juga tahu kalau sedari tadi dia terus menangis kan? "
Ibu mertua menahan kesalnya, sebenarnya dia masih ingin berdebat dengan Rien, tapi Rien sudah lebih dulu pergi dengan cepat meninggalkannya. Tentu saja dia tidak akan memasak, itu karena dia memang tidak pernah memasak sebelumnya. Tapi dia juga tidak suka makanan yang beli dari luar karena dia takut makanan itu tidak sehat, atau makanan yang di beli tidak dari bahan-bahan yang segar.
Begitu Gail dan Theo pulang ke rumah, Ibu mertua hanya bisa memicingkan mata dengan kesal saat Gail menanyakan keberadaan ana dan istrinya.
" Ibu, kenapa Ibu diam saja? " Tanya Gail karena saat pertama tadi pertanyaannya tak mendapatkan jawaban.
" Membawa Cherel kerumah sakit. "
Gail tersentak kaget.
" Rumah sakit? Cherel kenapa? "
Ibu mertua menghela nafasnya.
" Tadi dia jatuh, hanya luka sedikit tapi istrimu itu sudah bereaksi berlebihan. Sedikit-sedikit pergi ke Dokter, kemarin anak demam begitu saja langsung ke Dokter. Heran, apa gunanya seorang Ibu kalau sebentar-sebentar selalu mendatangi Dokter? Sudah pasti dia pergi ke Dokter spesialis anak yang mahal itu kan? "
Gail tidak tahan mendengar ucapan Ibunya, sehingga tanpa sadar dia membantah ucapan Ibunya itu.
" Ibu, Cherel adalah anak kami, aku bekerja juga untuk dia, Rien mengurus dia seharian tanpa ada hari libur. Kami adalah orang tua baru jadi membutuhkan pelajaran dan pengetahuan dari Dokter agar tidak salah dalam memberikan penanganan kepada Cherel. "
" Kau menyalahkan Ibu? "
Gail terdiam.
" Ibu dulu juga pernah melahirkan anak dan membesarkannya. Ibu tidak berlebihan seperti itu, dan lihat sendiri kan Theo sehat-sehat saja? "
Theo membuang nafasnya karena dia benar-benar merasa tidak setuju dengan ucapan Ibunya.
" Bu, seorang Ibu pasti ingin anaknya baik-baik saja. Kalau kakak ipar sangat khawatir dan membutuhkan kepastian dari Dokter, itu adalah bentuk nyata besarnya cinta Kakak ipar kepada putrinya. "
" Kau ini, selalu saja sok tahu! " Ujar Ibu mertua.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
🥀
mak ini mau emosi, mau marah takut dosa tapi bikin Emosyenel sekali. geram kali mak sama mertua kek gini hiks hiks
2023-03-22
0
Elisabeth Ratna Susanti
hadir 😍
2023-03-14
0
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
Rien....kamu harus tegas sama suami kamu juga...minta keluar dari rumah itu..binalah rumah tanggaku sendiri tanpa campur tangan mertuamu....mertua harusnya buda mengayomi anak menantunya bukan malah sebaliknya, memberikan pekerjaan yg tiada habisnya.. harusnya saling membantu meringankan pekerjaan menantunya...memang dasar mertua laknat,semoga kau kena stroke
2023-02-24
1