Setelah pembicaraan malam itu, Rien sama sekali tidak banyak bicara kepada suaminya lagi. Kesal, dia benar-benar kesal dan juga kecewa karena jelas pertanyaan Gail semalam sudah cukup menjelaskan bahwa Gail sendiri tidak mempercayainya sepenuh hati. Bagiamana bisa? Tapi sudahlah, hati manusia memang siapa yang bisa menebak?
Semalam pertengkaran antara Theo dan juga Jenette juga masih berlangsung hingga lama, semua berhenti saat Jenette mengancam ingin bunuh diri saja, jadi Theo berhenti untuk bicara. Entah apakah tindakan istrinya salah atau tidak, selama tidak menyakiti orang lain Theo masih saja coba untuk diam. Memang tidak tahu kapan sikap kekanakan itu akan berkurang, tapi semoga saja Jenette bisa segera perlahan mulai berubah apa lagi sebentar lagi mereka akan punya anak bukan?
" Selamat pagi, semua? "
Semua orang kini menatap ke arah gadis yang menyapa dengan ramah itu. Cukup manis, rambutnya yang di ikat satu kebelakang, rambut poni full yang menutupi dahinya cukup membuat gadis itu terlihat manis.
" Kanya? " Ibu mertua bangkit dengan segera lalu memeluk Kanya.
" Dia siapa? " Tanya Rien kepada Gail yang duduk di sebelahnya.
" Sepupunya Ibu, tadinya aku lupa siapa namanya, tapi karena Ibu menyebut namanya aku baru ingat, Kanya. "
Rien terdiam menatap gadis itu dengan seksama. Sepertinya gadis itu berasal dari desa, pakaian yang dia gunakan tidak seperti lain kebanyakan gadis kota, cara dia berdandan juga mirip seperti gadis desa dalam drama.
Kanya dengan ramah menyapa Theo juga Jenette, lalu menyapa Gail. Yang anehnya dan berbeda adalah, Kanya memeluk Gail sedangkan tidak dengan Theo, juga tidak dengan Rien. Bukankah aneh? Rien mengeryit tapi dia tidak banyak bicara karena tidak paham benar bagaimana situasinya.
" Kak Gail, lama sekali tidak bertemu ya? Ingat tidak, dulu kak Gail sering mengajakku bermain di taman loh. "
Gail sebenarnya sangat terkejut saat Kanya memeluknya tadi, tapi sebisa mungkin dia mencoba menjauhkan Kanya darinya secara natural.
" Oh iya, sudah lama ya? Senang melihatmu sudah tumbuh dewasa. " Ujar Gail lalu setelah sudah berhasil membuat Kanya menjauh dia sebentar menatap Rien yang langsung membuang wajah menolak untuk bertatapan dengan Gail.
" Kanya, langsung duduk dan makan dulu ya? "
Kanya mengangguk setuju, dengan segera dia menarik kursi di sebelah Gail dan tersenyum bahagia seolah tak menganggap Rien ada di sana. Tentu saja, dan wajar jika Rien merasa tidak nyaman, tapi dia juga tidak bisa meninggalkan sarapan karena takut hal itu akan mempengaruhi asi nya.
" Bibi, makanannya agak hambar ya? Coba saja tambah rasa sedikit, Hem, pasti rasanya akan lebih enak. " Ujar Kanya.
" Benar, hambar, tidak enak. " Timpal Jenette lalu menatap Rien yang tengah menikmati makanan itu seolah begitu pas di lidahnya.
" Ah, tenyata bukan hanya lidahku saja yang bisa merasakannya. " Kenya terlihat senang.
" Maka masaklah sendiri, bukankah masakanmu enak, Jenette? " Rien tersenyum miring membuat Jenette menatap kesal.
" Kanya itu les memasak selama dua tahun, dia tahu benar dan bisa menilai dengan baik makanan yang enak dan tidak, atau makanan yang layak masuk ke perut ataupun tidak. " Ujar Ibu mertua membuat selera makan Rien benar-benar menghilang.
" Kalau begitu, bagaimana kalau minta Kanya saja yang memasak tiap hari? " Ucap Rien yang sebenarnya hanya ingin membuat Ibu mertuanya tambah kesal, tapi malah di tanggapi oleh Kanya.
" Tidak masalah, aku bisa memasak banyak menu makanan. Kak Gail, aku juga masih ingat semua masakan kesukaan kak Gail loh, nanti aku akan masak masakan kesukaan kak Gail setiap hari. " Kanya tersenyum menatap Gail yang mencoba acuh dengan terus menikmati makanan di piringnya.
Jenette tersenyum, dia benar-benar paham sekarang kalau ternyata Kanya memiliki perasaan suka kepada Gail, dan hal ini akan Jenette gunakan untuk menyingkirkan Rien dari rumah itu, dan Theo juga tidak akan memiliki kesempatan untuk memiliki perasaan lagi kepada Rien.
" Baguslah, masak saja makanan yang di sukai Gail. Barang kali Gail lebih menyukai makanan buatan mu, siapa tahu juga Gail jadi menyukai mu. " Ujar Rien membuat Kanya kehilangan senyum di wajahnya.
" Kakak Ipar, apa Kakak ipar salah paham tentang kedekatan ku dengan kak Gail? "
Rien menghela nafas. Hanya seribu banding satu yang namanya maling akan mengaku. Rien tak menanggapi pertanyaan itu, dia hanya fokus untuk mengabiskan sarapan saja.
" Kakak ipar, aku dan kak Gail sudah seperti adik dan kakak, jadi jangan salah paham apalagi berpikir macam-macam ya? " Ucap lagi Kanya entah apa maksudnya. Benarkah dia memang menganggap Gail seperti itu, ataukah dia sengaja mengatakan itu untuk membangkitkan kecurigaan di hati Rien?
Setelah selesai sarapan, Rien membantu pembantu rumahnya untuk membereskan dapur. Sedangkan Kanya dan juga yang lainnya kini tengah berada di rumah keluarga, mengobrol ini dan itu entah apa Rien juga tidak terlalu perduli. Ketika sebentar tak sengaja Rien mendengar, sepertinya Kanya sedang menceritakan masa kecilnya karena terbukti Gail ikut menanggapi obrolan mereka. Kesal ya tentu saja, tapi Rien sekarang benar-benar tidak ingin banyak berpikir karena kalau di pikirkan, seisi rumah itu sama sekali tak memberikan hal baik untuknya.
Setelah selesai membereskan dapur, Rien langsung masuk ke kamarnya, Gail yang melihat istrinya berjalan masuk ke kamar dengan segera ikut menyusul meninggalkan Kanya yang terlihat kecewa saat Gail memilih untuk menghampiri istrinya.
" Kanya, kau terus melihat kak Gail, kau pasti kagum karena dia sangat tampan ya? " Ledek Jenette membuat Kanya tersenyum malu.
" Kak Jenette jangan bicara aneh-aneh. Dari kecil kan Kak Gail memang tampan, ngomong-ngomong kak Jenette sangat ramah, aku benar-benar jadi betah. "
" Tentu saja, kau bisa banyak mengobrol denganku. "
Kanya mengangguk setuju.
Theo yang berada di sana sedari tadi hanya bisa diam menutup mulutnya rapat-rapat. Jujur saja dia tidak menyukai kehadiran Kanya, dia tidak suka cara Kanya menatap Gail, dia juga menyayangkan sikap Ibunya yang tidak keberatan, di tambah Jenette yang malah menyambut dengan hangat. Tapi bisa apa dia? Jenette sudah mengancam bunuh diri semalam, dia tidak ingin mengatakan apapun karena malas berdebat serta mendengar ancaman bunuh diri itu lagi.
Entah sekarang Jenette mau tidur seharian tanpa bergerak atau apapun itu, dia benar-benar sudah tidak banyak mengatur. Dia hanya bisa berdoa supaya jiwa keibuan Jenette bangkit dan tidak egois lagi terhadap anaknya sendiri.
" Kak Theo, aku ingin melamar pekerjaan di kantor kakak, bisa tolong bantu aku tidak? " Tanya Kanya kepada Theo.
Theo terdiam sebentar lalu menghela nafas.
" Aku bukan orang yang bisa melakukan itu, kak Gail juga tidak mungkin memiliki banyak waktu untuk mengurus masalah itu. "
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
Calon pelakor datang dari desa.....semoga sukses menggaet Gail...dan Rien cepat cerai dan keluar dari rumah itu🤔🤔
Ternyata doaku sungguh kejam🤭🤭🙏🙏
2023-03-08
0
Della Eriana
semangat berkarya ya Thor
2023-03-07
0
Della Eriana
lanjut
2023-03-07
0