Rien dan juga Cherel kini sudah kembali ke kediaman orang tua Gail. Sementara Gail sendiri, dia tidak bisa berlama-lama di rumah karena harus segera kembali ke kantor untuk bekerja. Sudah jelas seperti yang Rien duga, Ibu mertuanya akan menyindir seperti kebiasaannya selama ini.
" Jenette, seorang istri itu jangan suka keluar rumah tanpa izin suami. Jadi istri harus tahu diri supaya suami tidak muak. "
Rien terdiam sebentar, lalu tersenyum menatap Jenette dan juga Ibu mertuanya.
" Benar apa yang di katakan Ibu, jadi aku akan terus berada di rumah ini, dua puluh empat jam, tidak akan meninggalkan rumah ini, bagiamana menurut Ibu mertua? "
Ibu mertua menatap Rien sebentar dengan tatapan sinis, lalu kembali membuang tatapannya untuk menatap Jenette.
Rien tersenyum miring, tujuan Ibu mertua benar-benar sudah jelas kalau dia ingin menyingkirkan Rien dari rumah itu. Entah apa sebenarnya masalahnya, atau mungkin memang Ibu mertua tidak menyukai Rien, tapi Rien tidak akan mengalah begitu saja.
" Oh iya, Jenette. Karena aku sudah pernah hamil dan melahirkan secara normal, aku sarankan jangan bertingkah seperti babi. Banyaklah berjalan dan juga bergerak, apapun pekerjaan rumah kau bisa mengerjakannya supaya kau lancar melahirkan. " Setelah mengatakan itu, Rien pergi meninggalkan Ibu mertua dan juga Jenette yang menatap Rien dengan tatapan marah.
Puas, rasanya benar-benar puas sekali karena sudah mengatakan apa yang ingin dia katakan kepada mereka semua.
Jam kepulangan Gail dan Theo, Rien segera menyambut Gail bersama dengan Cherel di depan rumah. Di sana juga sudah ada Jenette yang merangkul suaminya, Theo. Mereka sudah mulai berjalan masuk, lalu Gail baru saja turun karena Gail lah yang mengemudikan mobil jadi dia perlu memasukkan mobil ke garasi dulu.
Melihat istri dan anaknya menunggu, Gail benar-benar merasa bahagia. Sebelumnya Gail dan Rien kan bertengkar jadi Rien tidak melakukan kegiatan itu beberapa hari terakhir di tambah Rien menginap di rumah orang tuanya. Segera Gail berjalan cepat mengecup kening Rien, lalu putrinya.
" Bagaimana hari ini? " Tanya Gail.
" Biasa saja. " Jawab Rien, lalu tersenyum membuat Gail tersentak. Rasanya sudah lama sekali dia tidak melihat senyum seperti itu dari wajah Rien.
Gail mengambil Cherel dari gendongan Rien, lalu memberikan paper bag yang dia bawa sedari tadi.
" Ini untukku? "
Gail tersenyum lalu mengangguk.
Rien buru-buru membuka isi paper bag itu dan betapa terkejut bahagianya dia karena ternyata Gail memberikan tas edisi terbatas yang sudah lama di inginkan Rien. Padahal Rien sama sekali tidak pernah mengatakan itu kepada Gail, jadi bagiamana bisa Gail tahu? Apakah ini kebetulan saja?
" Terimakasih, sayang! " Rien memeluk Gail karena memang dia bahagia, dia juga sekalian ingin memamerkan itu kepada adik iparnya yang pasti masih bisa mendengar apa yang dia katakan, atau melihat apa yang di berikan Gail padanya.
Benar saja, rupanya saat mereka sedang makan malam tatapan Ibu mertua kepada Rien benar-benar terlihat sangat tidak enak untuk di lihat. Tapi yah, biarkan saja dan jangan di anggap karena Rien tahu benar apa yang sedang di gerundelkan di dalam hati Ibu mertuanya.
" Gail, Ibu dengar dari asisten sekretaris mu katanya ada masalah dengan projek baru? Masalah sebesar itu kenapa kau tidak bicarakan dengan Ibu juga? " Tanya Ibu mertua setelah dia selesai makan malam, begitu juga dengan yang lainnya.
Gail terdiam sebentar, sementara Rien menatap Gail penuh tanya.
" Sayang, masalah apa? Kenapa tidak cerita? "
" Kau sibuk mengamuk tidak jelas, minggat pula, belum lagi meminta ini itu tidak perduli betapa sulitnya mencari uang. " Gerutu Ibu mertua membuat kedua bola mata Rien sontak menatapnya dengan tatapan tidak terima.
" Sedang di tangani, Bu. Semua akan berjalan seperti biasanya, juga akan tepat waktu seperti kesepakatan asal. Ibu tidak usah khawatir, kau juga tidak usah khawatir. " Gail meraih tangan Rien dan menggenggamnya, masalah pekerjaan tentu saja tidak perlu membuat Ibu dan istrinya ikut pusing bukan?
" Kerusakannya cukup parah, Gail. Kau pasti sudah mengabiskan banyak uang untuk membeli properti baru, juga upah pekerja lebih banyak lagi kan? Kalau sudah begitu jangan membuang uang untuk hal tidak penting, kelangsungan perusahaan adalah yang utama sekarang ini, Gail. "
Gail tak ingin menjawab ucapan Ibu mertuanya itu. Tentu saja dia pikir tidak perlu di bahas karena dia bukan pria yang boros, istrinya juga bukan orang yah boros jadi tidak penting untuk di bahas kan?
Berbeda dengan Rien, dia tentu saja paham apa maksud ucapan Ibu mertuanya barusan. Sejujurnya Rien juga merasa bersalah, tas itu harganya memang mahal, jadi apakah akan lebih baik kalau tas itu dijual lagi saja?
" Tidak ada yang membuang uang sembarangan kok Bu, santai saja kalau masalah itu. Selama ini kak Gail dan aku sama sekali tidak pernah membeli barang yang tidak berguna, kecuali Ibu. " Ujar Theo yang paham benar apa maksud ucapan Ibunya barusan. Theo itu kurang lebih sifat hampir mirip dengan Ibunya yang suka bicara dan membantah, hanya saja Theo adalah pria yang baik seperti Ayahnya juga.
" Jangan bicara sembarangan kau, Theo! "
Theo menghela nafas. Apa yang dia katakan barusan pasti akan membuat Jenette marah dan lagi-lagi mencurigainya dan menuduh kalau dia menyukai Rien. Yah, walaupun itu memang benar terjadi saat dia sekolah dulu, tapi sekarang Rien adalah kakak iparnya, jadi mana berani dia memiliki perasaan seperti itu lagi?
" Sayang, tas tadi bagaimana kalau kita jual saja lagi? " Tanya Rien dengan tatapan bersalah yang membuat Gail terkekeh sendiri.
" Kenapa sudah di beli harus di kembalikan, di jual lagi? Aku beli tas itu karena aku yakin kau pasti suka, warnanya juga warna kesukaanmu kan? Ini sudah beberapa bulan sejak kau melahirkan, anggap saja itu hadiah kecil karena sudah melahirkan Cherel ku. "
Rien tersenyum saya Gail juga tersenyum menatapnya.
Ibu mertua benar-benar sangat tidak menyukai itu, dia tidak suka melihat Gail tertawa, tersenyum bahagia kepada Rien. Dia juga sama sekali tidak senang melihat Rien tersenyum bahagia apalagi terlihat manja kepada Gail. Sementara Jenette, dia memilih diam menahan kesal dan marah karena lagi-lagi suaminya justru membela Rien.
" Gail, kau benar-benar mulai tidak bijak menggunakan uang rupanya. "
Gail mengeryit menatap Ibunya. Kenapa? Padahal dia jarang sekali membelikan hadiah untuk Rien? Memang sebelumnya Gail juga membelikan perhiasan, sepatu, juga ada pakaian, tapi Gail ingat benar kalau dia jarang membelikan hadiah untuk istrinya.
" Jenette, sepertinya aku sudah tidak bisa membelikan hadiah lagi untukmu. Ah, gelang yang kau minta itu aku akan segera membatalkan karena Ibuku bilang harus bijak mengunakan uang. "
Theo menatap Gail.
" Kak Gail, mulai besok kita belikan uang kita hanya untuk bahan makanan saja. Ibu, tolong jangan membuang uang dengan ikut arisan, membeli pakaian dan perhiasan terus menerus, juga jangan suka berkumpul bersama teman yang pasti akan menghabiskan banyak uang. Ah, tolong jangan suka memilih makanan karena itu adalah kegiatan yang menyebalkan. " Ucap Theo.
" Theo! "
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Riri Sundari
hahahahaha
suka karakter theo
2023-06-19
1
Neneng cinta
c ibu kenak skak matt 😂
2023-04-14
1
🥀
wkwkw gail sih senyum istri itu pusat kebahagiaan keluarga tauuuu😌
2023-04-12
0