Kemudian Ara menangis jangan menangis sejadi-jadinya karena merasa dirinya adalah orang yang paling bodoh karena tidak mengetahui semua rencana yang sudah berjalan 5 tahun ini. Varo bahkan sampai kewalahan menenangkannya karena gadis itu menangis memberontak dalam pelukan Varo makan sampai memukulnya.
" Kamu jahat, kenapa aku tidak diberikan tahu semuanya dan malah merahasiakan pernikahan ini. Kamu jahat."
Ara menangis dalam pelukan Varo, dia memukul dada laki-laki yang ternyata adalah suaminya tersebut. Varo tidak tahu betapa bahagia dirinya setelah mengetahui fakta yang sebenarnya, jika tahu dari awal mungkin dia tidak perlu bersusah payah mendapatkan cinta dari suaminya itu.
" Aku minta maaf, ini demi kita semua. Karena saat itu kami masih begitu muda dan jika orang-orang dari kalangan bisnis mengetahui yang sebenarnya pasti mereka akan sangat mudah menjatuhkan perusahaan ini."
Varo mengusap kepala Ara, bahkan dia mengecup kening istrinya berkali-kali berharap Ara bisa tenang.
" Jadi sebab itulah mengapa mama Felly memberikan ku cincin ini?" Tanya Ara, dia memperlihatkan jari manisnya.
Varo tersenyum kemudian dia raih tangan Ara lalu di kecupnya." Apa kamu suka?"
Bukan suka lagi, tapi sangat, sangat suka. Namun Ara merasa terbebani. Karena cincin ini adalah turun temurun dan warisan keluarga, itu artinya dia harus menjaga cincin ini sampai suatu hari nanti anaknya menikah dan disanalah Ara menyerahkan cincin tersebut.
Mengucapkan kata anak membuat wajah Ara memerah. Dia bisa membayangkan bentuk tubuh Varo berada di atas tubuhnya. Ara menggeleng kepalanya karena memikirkan hal mesum. Varo hanya menaikkan sebelah alisnya menatap tingkah istri yang sangat imut.
Cup … Varo langsung mencium pipi sebelah kanan Ara. Gadis itu langsung memegang pipinya dan menoleh pada suaminya tersebut.
" Kok main cium aja sih," ucapnya sambil menahan senyum.
" Aku pikir aku tidak perlu meminta izin lagi, karena sekarang aku ini adalah suamimu," jawab Varo santai. Toh memang nyatanya sudah sah sah saja jika ingin mencium untuk apa meminta izin segala. Bahkan jika harus melakukan itu, dirinya sudah memiliki hak.
" Kaget tahu," cemberut Ara sambil mencubit perut suaminya. Varo tertawa kemudian dia kembali memeluk Ara dan menatap wajahnya. Keduanya kini saling menatap. Varo tersenyum lalu mendekatkan kepalanya ke kepala Ara. Sontak saja gadis itu langsung menutup kedua matanya karena tahu apa yang akan di lakukan oleh laki-laki di hadapannya ini.
Dan bener saja, Varo mencium bibir Ara lembut. Hingga Ara mengalungkan kedua tangannya di leher Varo agar semakin memperdalam ciuman mereka.
Perlahan Varo membawa Ara duduk di sofa tanpa harus melepaskan ciumannya itu, setelah keduanya sudah berada di sofa perlahan Varo mendorong tubuh Ara hingga gadis itu berbaring dan Varo menindihnya. Keduanya masih dalam posisi yang sama, setelah puas berciuman di bagian bibir. Varo perlahan turun ke bagian sisi lehernya Ara. Dia pun mengecupnya dan bahkan menghisapnya hingga meninggalkan bekas tanda kepemilikannya.
" Paman," panggil Ara. Varo menghentikan kegiatannya dia menatap wajah istrinya menunggu apa yang ingin dikatakan oleh istrinya itu.
" Apa Paman mencintai ku?" Ara ingin memastikan jika bukan hanya dirinya saja yang memiliki perasaan itu.
" Tentu saja, apa kamu tidak pernah merasakan jika aku mencintaimu selama ini?" Jawab Varo, dia membelai wajah istrinya.
" Sejak kapan?" Ara kembali bertanya, secara selama ini Varo selalu acuh padanya bahkan laki-laki itu bermesraan dengan Nuri jika dirinya datang untuk mengganggu.
" Sejak pertama kali kita bertemu," jawab Varo jujur. Awal mula pertemuan mereka sebenarnya Varo sudah menaruh hatinya pada gadis kecil begitu sangat cantik bak Barbie tersebut.
Hanya karena perbedaan usia membuat Faro mencintainya diam diam saja dan selalu mencari alasan agar supaya dirinya bisa bertemu dengan Zidan padahal sebenarnya dia hanya ingin melihat Ara.
" Bohong!" Varo langsung menaikkan sebelah alisnya kemudian dia mengubah posisinya menjadi duduk padahal dia sudah mengatakan yang sejujurnya tapi mengapa Ara mengatakan jika dirinya berbohong.
" Paman pasti berbohong kan buktinya selama ini bahwa selalu acuh dan cuek sama aku Aku udah terang-terangan menggoda Paman tapi nyatanya apa Mama biasa aja tuh." Ara merajuk karena merasa kesal dulu selalu dicuekin saja, padahal sudah susah payah dia mencoba menggodanya bahkan sampai menjatuhkan dirinya, sudah sama seperti wanita murahan yang pada umumnya yang selalu menggoda laki-laki dengan tubuh mereka.
Karena tertawa kemudian dia mencubit gemes hidung arah yang mancung itu.
" Itu berarti aku terlalu dalam menikmati peran, mungkin jika Aku menjadi aktor akan sudah sangat menjadi terkenal, karena akting ku lumayan cukup bagus kan," ucapnya menyombongkan diri, Ara Memutar bola matanya males aja.
Keduanya kembali tertawa, lalu Varo kembali menindihi Ara hingga keduanya kembali menikmati ciuman hangat tersebut tanpa harus bersembunyi -sembunyi. Tangan Varo tidak hanya tinggal diam saja, tentu tidak mau kalak dari bibir sehingga tangan tersebut perlahan menyelinap masuk kedalam baju Ara dan mencari si gunung kembar yang sudah lama dia incar. Setelah si kembar sudah ketemu dengan tangannya, Varo langsung menyentuh bukit tinggi yang kenyal tersebut lalu meremasnya pelan. Ara mengeluarkan suara kala itu, dia merasa aneh dari dalam dirinya.
Ara begitu sangat mencintai Varo, dia begitu sangat bahagia setelah mengetahui jika cintanya tidak lah bertepuk sebelah tangan. Arah tidak menolak saat tangan harus sudah menyentuh buah dadanya bahkan jika paruh meminta haknya arah dengan lapang dada akan langsung menyerahkan barang berharga miliknya tersebut karena laki-laki itu adalah suami sahnya, sungguh hatinya begitu sangat bahagia sekali.
" Sayang, apa aku boleh membukanya?" Tanya Varo menatap melas meminta izin untuk membuka baju Ara. Ara mengangguk sambil menahan senyumnya, antara senang dan malu.
Sontak Varo tersenyum lebar, dia hendak membuka baju istri tersebut. Akan tetapi seseorang datang dan begitu saja membuka pintu hingga membuat Varo cepat -cepat menurunkan baju Ara yang sempat ia angkat tadi.
" Eh, kalian kenapa?" Tanyanya seraya tanpa bersalah. Laki-laki itu tidak tahu jika sekarang ini wajah Varo sudah sangat kesal hingga aura mematikan membuatnya merinding.
" Kau … mau apa datang kesini, dan kenapa tidak mengetuk pintu?" Tanya Varo dengan nada dingin dan tatapan tajam seolah ingin memakannya hidup-hidup.
Sahabatnya itu menelan ludahnya, dia tidak tahu apa salah dirinya karena pada saat masuk ke ruangan ini dia tidak melihat apapun selain Varo dan Ara sedang duduk dengan wajah panik.
" Ke-kenapa? Biasanya selalu begitu kan," ucap Arkan bergidik ngeri tubuhnya menciut seketika.
" Oh Tuhan, kesalahan apa yang sudah ku buat hingga raja rimba ini sangat marah," batinnya menjerit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Puja Kesuma
udah gk ada alasan varo tuk bersandiwara lg.... arkan pergi sana ganggu aja 😁😊
2023-02-25
0