bab 05

" Apa kamu lupa kalau aku ini adalah tunangannya bibi kamu?" 

Seketika Ara bungkam, nyatanya memang laki-laki dihadapannya ini adalah tunangan dari bibinya. Ara tidak dapat membantahnya lagi, dia pun menggigit bibir bawahnya sambil melihat langit-langit karena merasa sakit hati. 

" Ini bisa saja terluka jika kamu menggigit nya terlalu kuat." 

Varo mengusap bibir bagian bawah Ara dengan ibu jarinya, jarak di antara keduanya begitu sangat dekat. Ara bahkan sampai menatap wajah Varo sampai terbengong-bengong, dia bahkan tidak berkedip sangking terpesonanya melihat wajah laki-laki yang ia sangat sukai itu dengan jarak yang sangat begitu dekat.

Bunyi detak jantung Ara begitu kuat mungkin saja Faro bisa mendengarnya karena jantungnya itu berdebar akibat sentuhan lembut yang diberikan oleh Varo ke bibirnya yang seakan memiliki sengatan listrik yang begitu dahsyat.

" Ini terlalu dekat, jantungku pasti akan meledak. Tapi aku suka," batin Ara menjerit senang, dia tersenyum lebar sambil terus menatap wajah Varo. 

" Ehem …" Varo hendak menjauhkan tubuhnya, tetapi gerakan tangan Ara begitu cepat menarik kerah baju yang di kenakan Varo. Bahkan gadis itu berjinjit supaya wajah mereka sejajar. 

" Paman, aku mau menjadi selingkuhan Paman," ucapnya tanpa pikir panjang. 

" Apa yang kamu katakan, berhentilah bercanda Ara. Aku lagi sedang memasak." Varo mendorong tubuh Ara karena ada sesuatu yang harus dia jaga. 

" Aku tidak bercanda Paman. Aku beneran cinta sama Paman dan rela untuk menjadi selingkuhan nya Paman!" Ucap Ara cepat, bahkan gadis itu sangat berani sekali memeluk tubuh Varo yang hendak menjauhkan diri dari dirinya. 

" Tapi aku tidak suka dengan wanita yang manja dan cengeng. Bahkan tidak mandiri, untuk masak buat makanan sendiri saja tidak bisa, lantas bagaimana mau mengurus suami dan anak mu nanti." Varo mendorong kening Ara dengan telunjuknya. 

" Aku bakalan berubah, aku tidak bakalan manja lagi, tidak bakalan cengeng lagi. Dan janji akan belajar mandiri dan belajar masak." 

Ara berucap serius sekali bahkan dia sampai mengangkat dua jarinya hingga berbentuk huruf V. 

" Benarkah?" Tanya Varo kurang yakin, Ara sontak saja mengangguk cepat. 

" Terserahlah." Ucap Varo, ada senyum kecil di sudut bibirnya. Cepat-cepat dia langsung mengubah wajah menjadi datar kembali seketika Ara mendongak menatapnya.

" Yeeee, terima kasih. Eeemmmuuuaah …" Entah keberanian dari mana datangnya, Ara mengecup bibir Varo sangking senengnya. Varo terkejut dia bahkan sampai membulatkan matanya. 

Ara kembali memeluk tubuh Varo dengan girang, sementara Varo hanya mematung saja dengan mata berkedip-kedip tak percaya jika Ara semakin berani terhadap nya tanpa ada rasa takut karena bisa saja dirinya hilaf. 

" Ara … Al! Kalian dimana?" Nuri memanggil membuat Ara langsung seketika melepaskan pelukannya. Dia membenahi rambutnya yang sedikit berantakan karena kegirangan tadi sehingga membuat rambutnya sedikit kemana-mana. 

" Kalian ngapain disini?" Tanya Nuri, dia melihat Varo dan Ara berada di dapur. 

" Emmm, anu … emmm, lagi nemenin Paman bikin sandwich. Ya Paman lagi bikin sandwich," ucap Ara terbata, dia nampak terlihat gugup. Sementara Varo kembali datar sambil terus membolak-balik daging yang dia panggang. 

Ara menggaruk -garuk kepalanya, sambil nyengir dia melangkah pergi meninggalkan dapur dan kembali duduk di meja makan. Nuri menaikan sebelah alisnya menatap Ara kemudian dia menggelengkan kepalanya saja lalu kembali menatap Varo. 

Nuri pun menepuk pundak tunangannya itu sampai tiga kali, entah apa maksudnya. Tanpa kata Nuri pergi meninggalkan dapur, meninggalkan Varo yang sedang memasak seorang diri. Nuri pun duduk tepat di berhadapan dengan Ara di meja makan. Lalu dia menatap keponakannya lekat. 

Yang di tatap menjadi serba salah, Ara memakan sisa roti tawar nya tadi cepat-cepat hingga mengakibatkan dirinya tersedak. Dengan cepat Nuri memberikan segelas air susu tak jauh darinya. 

" Makan pelan -pelan, tidak ada yang mau merebut makanan kamu," ucapnya. Ara mengangguk lalu langsung minum susu tersebut. 

" Duu, kenapa Bibi ngeliatin aku terus sih? Apa mungkin Bibi melihat semuanya?" Batin Ara takut jika Nuri melihat dirinya memeluk Varo. Ara kembali memakan roti nya dengan gugup sampai keringat panas dingin pun bercucuran.

" Kamu kenapa sampai keringatan begitu?" Tanya Nuri heran padahal hari masih terlalu pagi udara saja masih begitu dingin. 

" Panas, disini panas banget," bohong Ara, dia bahkan mengibaskan tangan nya ke wajah seolah dirinya memang kepanasan. 

" Aneh … apa kamu melakukan kesalahan lagi?" Curiga Nuri. 

" T-tidak, Ara tidak melakukan kesalahan apapun," bantahannya. 

" Jangan berbohong sama Bibi Ara. Bibi tahu pasti kamu melakukan kesalahan, iya kan?" Nuri sudah sangat hafal betul akan keponakannya itu. Jadi wajar saja jika dirinya mengetahui kalau Ara memang sedang melakukan kesalahan besar. 

" S-seriusan, Ara tidak melakukan kesalahan apapun. Sweeer," ucap Ara kekeh meyakinkan jika dirinya tidak melakukan kesalahan apapun. 

" Tidak melakukan apapun, lantas tadi malam itu apa? Kamu pikir kamu tidak melakukan kesalahan apapun?" 

" Emmm, itu …" Ternyata bibinya sedang membahas tentang tadi malam, Ara pikir mengenai perihal di dapur tadi di mana dirinya memeluk dan mengecup Varo bahkan rela menjadi selingkuhan. 

Nuri menghembuskan nafasnya, Ara tak lagi berkata-kata jika sudah menyangkut masalah tadi malam. 

" Kamu tau gak Ara kalau Bibi sangat khawatir sekali tadi malam. Kenapa kamu lagi-lagi pergi ke tempat laknat itu? Apa kamu gak tau hah, jika di sana begitu sangat berbahaya!" Nuri begitu emosi. 

" Kamu pulang dengan keadaan mabuk, lalu Kamu dibawa pergi oleh orang lain terus di bawahnya ke hotel kemudian kamu diperkosa dan dibunuh. Lantas siapa yang patut disalahkan?" 

Arah hanya terdiam dengan wajah tertunduk. Dia tidak menyangka jika bibi nya begitu sangat marah kali ini. Ara bahkan sampai tidak berani mengangkat wajahnya karena yang di ucapkan oleh Nuri semuanya benar. Ara masih bersyukur jika dirinya pulang dengan keadaan selamat. 

" Bibi akan sangat merasa bersalah sekali jika itu terjadi Ara. Bibi akan sangat merasa bersalah kepada kedua orang tua kamu karena Bibi sudah lalai menjaga kamu! Kenapa kamu tidak mau sedikit saja menurut apa kata Bibi untuk tidak pergi ke sana." Nuri menghembuskan nafasnya panjang. 

" Jika kamu ingin marah ke Bibi, silahkan maki Bibi, pukul Bibi jika perlu. Tapi Bibi mohon jangan sesekali kamu kabur dari rumah ini dan pergi ke tempat itu." Nuri di sini benar-benar sangat marah dia mengeluarkan semua emosinya agar supaya keponakannya itu mengerti jika di tempat itu bukanlah tempat yang aman, apalagi gadis muda seperti keponakannya itu tentu banyak sekali kejahatan yang akan terjadi. 

" Kamu tahu kan jika Bibi begitu sayang sama kamu?" Ara mengangguk pelan ketika ditanya oleh Nuri. 

" Bibi hanya tidak ingin kamu sampai kenapa-napa, Ara." 

" Maaf," cicit Ara pelan, terdengar suaranya sudah serak berati gadis itu sedang menangis.

" Tapi, jika seandainya kamu menganggap jika ucapan Bibi hanyalah omongan orang tua yang cerewet saja, silahkan … kamu punya hak menilai. Dan masih tetap pergi ke tempat itu diam-diam, Bibi akan pergi ke tempat orangtua kamu dan mengatakan padanya jika Bibi menyerah. Bibi akan pergi dari rumah ini lalu kembali ke nenek. Terserah kamu mau melakukan apapun Bibi tidak peduli lagi, kamu bebas. Tidak ada lagi orang yang mengatur dan memarahi kamu. Tapi jangan pernah panggil aku Bibi lagi saat itu!" Begitu tegas dan serius, Nuri tidak pernah bermain-main dengan ucapannya. 

Sontak Ara langsung mendongak, dia menangis di sana sambil menggelengkan kepalanya, dia benar-benar sangat menyesal dan merasa sangat bersalah ternyata bibinya itu begitu sayang padanya. 

" Tidak, Bibi tidak boleh pergi dari rumah ini. Ara minta maaf, Ara janji tidak akan pergi ke tempat itu lagi. Tapi Ara mohon Bibi jangan pernah tinggalin Ara." Ara memohon dengan tangisnya. 

" Cuma Bibi satu-satunya yang Ara punya di dunia ini, tolong maafkan Ara, Bi." Kemudian Ara menggenggam kedua tangan Nuri dan menatapnya sambil menangis.

Nuri tak menjawab, dia hanya memalingkan wajahnya ke samping sambil menahan air mata yang hendak tumpah di kelopaknya. 

Terpopuler

Comments

Dewi Anggya

Dewi Anggya

ckckckck apa sengaja y biar ara berubaaah

2024-02-20

0

Puja Kesuma

Puja Kesuma

tuh kan beneran nih ada rahasia ttg hubungan varo dan ara sebenarnya...

2023-02-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!