Ara sudah dijemput oleh sang sopir mau tidak mau dia pun menurut dan kembali ke rumah tanpa mampir ke mana-mana lagi karena sang sopir pun sudah diperintahkan oleh Faro tugasnya hanya mengantar dan dijemput saja jika gadis itu meminta antar ke sana antara ke sini maka sang supir itu berhak untuk menolak karena atas perintah dari tuannya sungguh kesal sekali bagi arah karena dirinya padahal ingin sekali pergi ke rumah Nisa yang sama sekali tidak ada kabar bahkan saat menelpon mamanya Nisa wanita itu mengatakan jika anaknya belum pulang sontak saja membuat Ara begitu sangat khawatir karena bisa ternyata tidak pulang ke rumah sejak tadi malam.
" Ini semua gara-gara coba kalau dia tidak mengatakan hal yang menyakitkan di restoran itu aku tidak mungkin mengajak Nisa untuk pergi ke bar," gumamnya dia merasa sangat bersalah sekali kepada sahabatnya itu.
" Di mana kamu, Sya. Semoga kamu baik-baik saja."
Setelah sampai di depan rumah arah dengan lemas dia turun dari mobil sambil menenteng tas miliknya serta buku-buku yang ia bawa ia menyeret kakinya yang terasa berat itu masuk ke rumah. Hari sudah begitu sore perut sudah sangat lapar namun ia tidak berselera untuk makan mengingat Nisa yang tidak tahu entah di mana.
Dengan wajah yang lesu serta penuh kekhawatiran itu Arab membuka pintu rumahnya kemudian dia berjalan hendak menuju ke lantai 2 namun seketika pemandangan yang tak biasa itu ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Sakit, sakit sekali rasanya.
" Paman, Bibi kalian ngapain?" Ucapnya namun dia di sini berusaha untuk tenang padahal dalam hatinya begitu hancur dan sakit ada rasa cemburu bercampur aduk dalam dirinya.
" A-Ara, Ara kamu sudah pulang?" Sontak di sini Nuri langsung mendorong tubuh Faro kemudian ia merapikan rambutnya lalu menghampiri keponakannya itu dengan wajah yang gugup sekali.
Arah tersenyum tipis dia berusaha untuk tidak menangis saat ini hatinya benar-benar sakit namun dia tidak punya hak untuk marah.
Arah tanpa sengaja melihat paruh tengah menindihi nuri di sofa tentu saja pikirannya langsung positif kalau itu memang hal wajar bukan toh mereka adalah pasangan kekasih yang sudah lama mereka jalani tentu saja pasti keduanya sudah melakukan hubungan fisik. Lantas ada hak apa dirinya untuk marah, bahkan cemburu saja dia tidak memiliki hak. Namun perasaannya begitu sakit.
" Maaf sudah mengganggu, Ara naik ke kamar dulu kalau begitu." Ara memaksakan senyumnya.
" Arah ini bukan seperti yang kamu pikirkan kami hanya …"
" Emang apa yang aku pikirkan? Wajar saja dong kalian mau melakukan apapun, terserah. Toh kalian memang sepasang kekasih, bahkan sudah bertunangan. Ara aja di sini yang menjadi lalat pengganggu, jadi santai aja. Lain kali kalau mau melakukan itu, di kamar aja ya. Jangan sampai jiwa jomblo Ara meronta-ronta akibat iri dengan kemesraan kalian," ucap Ara memotong cepat saat Nuri hendak menjelaskan.
" Oke anggap aja Ara tidak melihat apapun, kalian silahkan lanjut." Ara pergi dengan perasaan yang pura-pura tenang. Bahkan dia bersikap seolah tidak melihat apapun.
" Ara, Ara …" Nuri memanggilnya.
" Nana - Nana, Ara tidak denger, dan tidak melihat. Yu huuuuu, cuaca yang begitu panas, air i'm coming."
Braaaak … Ara membanting pintunya keras. Nuri menatap kepergiannya. Lalu dia menoleh arah Varo yang nampak terlihat sangat kesal.
" Al, sebaiknya kamu jelaskan ke Ara jika ini semua bukan seperti yang dia pikirkan. Cepet Al!" Ucap Nuri.
Alvaro mendongak menatap arah pintu kamar Ara yang tertutup rapat. Dia mengepalkan tangannya kesal lantaran Ara bersikap biasa saja seakan tidak melihat apapun yang terjadi. Tidak minta penjelasan sama sekali padanya seakan mengerti keadaan, tidak terlihat cemburu atau pun sedih di wajah gadis itu.
" Al, kamu mau kemana?" Nuri mengejar Varo lantaran laki-laki itu malah pergi, bukan mau menjelaskan seperti yang di perintahkan oleh Nuri.
" Aku ada urusan," jawabnya datar.
" Tapi, Ara?"
" Tidak perlu menjelaskan apapun." Setelah mengatakan itu baru menutup pintu mobil dan membanting nya keras.
Nuri kebingungan dia harus bicara apa dengan arah karena kejadian tadi memang tidak seperti yang arah pikirkan.
Flashback …
" Loh kok kamu ke sini nggak bareng Ara, nggak jemput dia di kampus?" Nuri membukakan pintu dan menyambut kedatangan Faro yang mampir ke rumah setelah pulang dari kantor.
" Sopir sudah di sana, tadi aku pikir tidak bakalan sempat untuk menjemputnya. Tapi karena ada sesuatu yang ingin aku katakan kepada kalian jadi aku secepatnya pulang kesini," jelas Varo, dia melonggarkan dasinya kemudian duduk di sofa dan bersandar kakinya bahkan ia naikkan ke pahanya.
" Emang ada sesuatu hal yang penting?" Nuri membawa minuman untuk paru kemudian dia duduk berhadapan dengannya.
" Tadi mama nelpon dia mau minta untuk kalian datang ke rumah malam ini karena mama sudah menyiapkan makan malam Mama merindukan Ara," kata Varo menyampaikan pesan dari mamanya yang meminta Nuri maupun Ara untuk datang ke rumahnya karena mamanya itu sudah menyiapkan untuk makan malam bersama.
" Oh gitu, kalau gitu nanti aku yang akan bilang ke Ara setelah anaknya udah pulang. Kamu mau nungguin Ara pulang?"
" Aku akan pulang nanti jam 07.00 malam aku ke sini lagi untuk menjemput kalian."
Varo meminum minuman yang dibuat oleh Nuri sampai habis, kemudian dia beranjak dari tempat duduknya begitupun juga nyuri ia pun juga berdiri dan hendak mengantar baru sampai ke depan pintu, akan tetapi tiba-tiba sesuatu jatuh di kepalanya dari langit-langit, sontak saja Nuri berteriak dan membuat Varo langsung menghampiri.
" Kenapa?" Tanya Varo.
" A-apa ada sesuatu di kepala ku?" Tanya Nuri takut, dia merasakan sesuatu bergerak di kepalanya.
Varo melihat dan ternyata ada seekor cicak kecil di kepala Nuri, mungkin cicak itu lelah hingga terjun bebas dari ketinggian dan sialnya ada Nuri di bawahnya hingga tanpa sengaja jatuh tepat di kepalanya Nuri.
" Jangan bergerak, ada cicak."
Varo ingin mengambilnya, tetapi cicak kecil itu terkejut dan begitu gesit hingga dia melarikan diri, kemudian berjalan menyusup masuk ke dalam baju Nuri. Sontak saja gadis itu langsung berteriak kaget dia pun melompat-lompat, antara takut dan juga geli. Karena dia memakai baju kemeja, spontan Nuri membuka kancing bajunya tanpa sadar bermaksud ingin mengeluarkan si cicak tersebut.
" Al cepet singkirkan dia, Al. Kyaaaa …"
Karena begitu takut dan juga merasa geli, saat Varo mengambil cicak tersebut di belakang tubuhnya. Nuri kaget hingga terjatuh begitu pun dengan Varo karena tanpa di sengaja Nuri memegang tangannya Varo. Posisi mereka begitu sangat intim, Nuri berada di bawah tubuh kekar Varo keduanya saling memandang hendak bangkit. Tetapi keburu di lihat oleh Ara, sementara itu cicak yang konon katanya jika jatuh mengenai tubuh akan terkena sial itu malah sudah pergi entah kemana.
Flashback off …
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Puja Kesuma
ara salah faham tuh....ada cctv rumah cek aja
2023-02-22
0