Nuri perlahan mengetuk pintu kamar arah, sekali dua kali tak ada jawaban dari gadis itu menerima jadi sangat khawatir dia tahu jika saat ini pasti gadis itu merasa cemburu terhadap dirinya Nuri tahu tentu saja dia tahu jika keponakannya itu menyukai tunangannya.
" Ara, Ara buka pintunya dong."
Nuri terus mengetuk pintu hingga sampai Ara membukanya, Nuri melihat mata arah yang terlihat merah walaupun gadis itu mencuci mukanya namun jejak tangis masih terlihat Nuri menjadi tidak enak, dia pun tersenyum menatap.
" Ada apa, Bi?" Tanya Ara dengan nada. " Ara mau mandi," sambungnya dia pun masuk dan disusul oleh.
" Arah soalnya tadi kamu benar-benar salah paham," ucap Nuri dia ingin menjelaskan.
" Tapi Ara mau mandi, kalau bibi mau menjelaskan tidak usah repot-repot Ara ngerti kok udah sana sekarang Bibi keluar Ara malu kalau dilihat sama Bibi." Arah mendorong pelan tubuh nuri dan mengusirnya.
" Nanti dulu Ara ada yang ada yang sesuatu yang mau Bibi omongin," kata nuri Ara pun tidak jadi mendorongnya keluar.
" Apalagi Bi, Ara bener-bener sudah gerah banget, mau mandi lengket, bau lagi," ucap Ara dia saat ini tidak ingin berbicara dengan siapapun bahkan termasuk dengan bibinya.
Nuri menghela nafasnya sebenarnya dia ingin menjelaskan perihal yang tadi namun dia juga bingung ingin menjelaskannya bagaimana dan harus memulainya seperti apa karena pasti arah akan bingung hingga nuri membiarkan kesalahpahaman ini terjadi namun dia harus menyampaikan pesan oleh Varo tadi jika mereka mendapat undangan makan malam bersama mamanya Varo di kediamannya.
" Dengerin dulu Bibi mau ngomong," ucap Nuri. Mau tidak mau arah menurut dia pun duduk di tempat tidurnya dengan wajah yang muram.
Nuri kembali menghilang kemudian dia ikut duduk di samping Ara lalu membelai rambut keponakannya itu dengan lembut.
" Nanti malam temenin Bibi ya pergi ke rumahnya Faro, mamanya mengundang kita untuk makan malam bersama," kata Nuri.
Ara menoleh sambil menaikkan sebelah alisnya menatap sang bibi. " Tapi kenapa Ara harus diajak juga, 'kan Bibi yang diundang, secara Bibi adalah tunangannya Paman Varo," usjarnya.
Yang tunangan siapa, kenapa dia juga harus diajak bikin hati semakin panas saja pikir Ara. Apalagi di momen seperti ini bibinya itu akan bertemu dengan calon mertuanya nanti sudah pasti hatinya tidak akan sanggup untuk melihat dan mendengar pembicaraan mereka.
" Tapi kan biasanya kamu kemanapun selalu ikut sama kami, makanya malam ini Bibi ngajak kamu untuk nemenin Bibi ke rumahnya Varo. Lagi pula Alvaro ngundang kita berdua kok," jelas nuri dia sedikit berbohong, tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya.
" Kali ini nggak deh, Ara beneran capek Ara mau istirahat aja di rumah Bibi pergi aja sama paman Varo. Lagian aku di sana nanti mau ngapain?" Tolak Ara dia benar-benar tidak ingin melihat momen pertemuan antara calon menantu dan calon mertua bibinya itu.
" Lagi pula apa Bibi lupa kalau Ara ini lagi dihukum sama tunangan Bibi jika Ara tidak boleh keluar rumah selain pergi ke kampus itu pun diantar jemput oleh sopir," lanjutnya dengan nada males.
" Ya tapi ini kan beda lagi pula Alvaro sendiri kok yang menjemput kita." Nuri kembali membelai surai rambut arah yang panjang lalu ia menyingkirkan anak-anak rambut yang hampir menutupi wajah keponakannya itu lalu ia selipkan ke telinga Ara.
" Please ikut, ya … Bibi balakan gugup banget kalau nggak ada kamu di sana, pasti Bibi bingung mau memulai pembicaraan dari mana jika nggak ada kamu. Setidaknya Bibi tidak mati kutu jika kamu menemani bibi, please ya mau?"
Nuri harus bisa membujuk keponakannya itu agar supaya ikut pergi ke rumahnya Faro karena ini adalah permintaan dari mamanya laki-laki itu.
" Kok maksa sih kalau Ara bilang nggak mau ya nggak mau. Kan Bibi tunangannya, lalu apa hubungannya sama Ara? Mungkin aja mamanya Paman Varo ingin membicarakan pernikahan kalian. Aku di sana nanti kayak orang bodoh karena tidak dihiraukan jadi Bibi aja yang pergi, Ara nggak mau!"
Ara menolak dengan nada tinggi dia benar-benar kesal. Arah merebahkan tubuhnya di kasur dia membelakangi bibinya sambil memeluk guling dengan wajah yang cemberut.
" Tapi mamanya Alvaro ingin bertemu dengan kamu Ara! Bibi harus jawab apa jika nanti mamanya Alvaro bertanya tentang kamu kenapa tidak ikut padahal Bibi sudah berjanji akan mengajak kamu ke rumah mereka. Apa Kamu sengaja ingin mempermalukan bibi?" Nuri berbicara dengan nada tegas dia sedikit marah atas penolakan Ara.
" Ya sudah kalau kamu tidak mau, Bibi tidak akan pernah lagi untuk memaksa. Jika keluarganya Alvaro bertanya Bibi tidak akan menjawab karena tidak mungkin Bibi mengatakan kalau kamu tidak ingin pergi ke sana dengan alasan malas. Biarlah mereka menganggap Bibi wanita yang tidak baik karena tidak menepati janji. Sekarang istirahatlah, maaf Bibi sudah mengganggu."
Nuri pun bangkit setelah mengatakan itu dengan nada dingin, dia menoleh sekilas ke arah-arah tapi gadis itu masih saja tiduran dengan tubuh yang miring tanpa menoleh ke arahnya. Kemudian Nuri keluar dari kamar Ara dan membanting pintu cukup keras murid terlihat begitu marah sekali.
Setelah kepergian Nuri barulah Ara menoleh dia merasa bersalah kemudian dengan cepat mengejar bibinya karena tahu saat ini jika bibinya sedang marah besar padanya, Ara tidak ingin bibinya itu mendiamkan dirinya sampai berlama-lama, pasalnya dulu pernah seperti ini hingga hampir sebulan bibinya itu tidak pernah menegur dan menyapa dirinya.
" Bibi Ara minta maaf." Ara langsung mengejar kemudian langsung memeluk bibinya itu dari belakang.
Nuri tahu jika cara ini lah yang ampuh untuk meluluhkan hati yang keras kepala dan pasti akan berhasil. Jurus ini adalah jurus andalannya berpura-pura marah dan mendiamkan nya sampai berhari-hari Nuri pun tersenyum lebar dalam diam. Kemudian dia kembali memasang wajahnya yang datar dan dingin.
" Lepas Ara! Kamu bilang tadi kamu ingin mandi bukan? Sekarang pergilah mandi dan segeralah istirahat. Aku tidak mau jika kamu sampai sakit." Dengan nada dingin Nuri bahkan bicara aku kamu ke Ara, dengan begitu Ara akan sangat yakin jika saat ini dirinya benar-benar marah kepada keponakannya itu.
" Tidak Bibi harus maafin Ara dulu, Ara tidak mau Bibi marah. Tadi Ara hanya bercanda saja. Lagi pula Bibi kan tahu jika Ara tidak mungkin tidak ikut kemanapun Bibi pergi, walaupun dengan keadaan sakit, capek Ara tetap bakalan ikut juga," ucap Ara dia benar-benar tidak ingin jika bibinya itu marah padanya. Biarlah dia ikut malam ini pergi ke rumah Faruk dia akan mencoba untuk menahan tidak sedih menahan untuk tidak iri dan menahan untuk tidak cemburu. Demi sang Bibi supaya tidak marah padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Puja Kesuma
ya pastilah mama varo mau ketemu ara..kan calon mantunya sebenarnya kan ara
2023-02-24
0