" Al, sebaiknya kita cari Ara deh. Ini sudah terlalu lama dia berada di luar." Nuri begitu mencemaskan keponakannya yang sedari tadi tidak kembali lagi ke restoran ini.
Varo bangkit dari duduknya kemudian dia berjalan lebih dulu dan segera keluar untuk mencari keberadaan Ara.
" Di mana dia?" Setelah di luar Nuri langsung mencari sosok keberadaan Ara, tetapi sepanjang matanya berkeliling tidak menemukan sosok gadis itu.
" Aku coba telepon dia." Varo mengangguk, kemudian dia melihat seorang yang sedang menyapu jalan tepat di depan air pancuran yang tak jauh dari restoran tersebut. Varo pun menghampiri dan bertanya padanya.
" Maaf, permisi Pak!"
" Ya Tuan, ada apa?" Tanya si penyapu itu, dia sampai menghentikan kegiatannya.
" Saya mau bertanya, apa Bapak melihat seorang gadis memakai baju putih dengan rambut terurai disekitar sini?" Tanya varo dan menyebutkan ciri-ciri Ara, barangkali saja si bapak penyapu jalan ini melihat di mana keberadaannya.
" Maaf Tuan, saya tidak melihat. Soalnya saya baru saja tiba di sini," jawabnya jujur. Varo mendesah kecewa karena tak menemukan Ara disana.
" Terima kasih kalau begitu." Varo merogoh kantongnya dan mengeluarkan dompet kemudian mengambil selembar kertas berwarna merah.
" Ini untuk Bapak, ambillah." Kemudian Varo menyodorkan duit tersebut ke bapak si penyapu perjalanan itu.
" Tidak usah Tuan, terima kasih. Lagian saya tidak melakukan apa-apa kok," tolaknya karena merasa memang tidak melakukan apapun, lalu kenapa harus diberi uang.
" Ambil saja anggap ini rezeki untuk anda." Varo pun tak ingin menunda waktu, dia meraih tangan si bapak penyapu jalan itu tanpa jijik kemudian meletakkan selembar uang tersebut di telapaknya. setelah merasa uang itu dipegang oleh si bapak penyapu jalanan itu. Varo kemudian bergegas pergi.
" Terima kasih banyak Tuan, semoga anda menemukan gadis itu secepatnya," teriaknya mengucapkan terima kasih.
Varo langsung menghampiri Nuri yang terlihat gelisah.
" Gimana?" Tanya Varo.
" Ara tidak menjawab teleponku, aku khawatir dia kenapa-napa." Cemas Nuri karena tak mendapatkan jawaban telepon darinya.
" Mungkin dia sudah pulang, ayo kita pulang," ajak Varo berpikir positif. Nuri mengangguk kemudian keduanya masuk ke mobil, dengan kecepatan Faro melajukan mobilnya supaya agar cepat sampai di rumah.
" Seharusnya tadi aku susul saja dia," ucap Nuri merasa bersalah.
" Dia masih saja seperti anak-anak, selalu merajuk," jawab Faro.
" Umurnya sudah 23 tahun Al, dia sudah dewasa bukan anak-anak lagi." Menurut Nuri umur 23 tahun memang tidak pantas lagi disebut dengan anak kecil karena di umur segitu sudah waktunya untuk melangkah ke pernikahan karena sudah cukup matang.
" Tapi bagiku dia masih terlihat seperti anak-anak, sangat manja dan mudah sekali merajuk."
Nuri menghembuskan nafasnya kemudian dia menatap luar jendela sambil terus mencemaskan keponakannya itu.
" Ini sudah 5 tahun Al. Apa kamu terus akan menganggapnya seperti anak kecil?" Tanya Nuri tiba-tiba.
" Apa kamu lupa dengan perjanjian kontrak kita? Sudah seharusnya dia tahu akan kebenaran, dan berhentilah untuk bermain-main Al." Lanjut Nuri dia berbicara sangat serius sekali.
Alvaro terdiam, dia terus menelusuri jalanan dengan kecepatan lumayan sambil memikirkan ucapan Nuri yang mengingatkan perjanjian kontrak mereka. Kemudian Varo mendesah lalu membelok arah setir mobilnya.
" Jika saatnya sudah tiba aku yang akan memberitahunya, untuk sementara biarkan saja dulu seperti ini, aku ingin dia benar-benar serius dan tidak manja lagi."
Mobil Varo berhenti tepat di halaman kediaman rumah Ara. Nuri kembali menghembuskan nafasnya panjang kemudian dia keluar lebih dulu dari mobil dan segera berlari ke rumah untuk mencari keponakannya itu.
Sementara itu sebelum keluar dari mobil Varo mengusap wajahnya sesaat, kemudian baru lah dia keluar dari mobil dan menyusul Nuri masuk ke rumah.
" Ara di mana, Mbak?" Tanya Nuri.
" Loh bukannya non Ara tadi pergi bersama Non Nuri dan tuan? Non Ara nggak ada di rumah," ucapnya heran.
Nuri menutup mulutnya dia kembali khawatir dengan keponakannya itu karena Ara tak ada di rumah dia pun kebingungan. Ke mana gadis itu pergi, apalagi hari sudah larut malam.
" Astaga, di mana kamu Ra." Dengan menjambak rambutnya Nuri merasa sangat bersalah dan panik.
" Sial …" Varo memukul tembok, kemudian ada satu tempat yang melintas dalam pikirannya.
" Kamu tunggu aja di rumah, aku tahu di mana gadis nakal itu berada," ucap Varo.
Nuri yang panik dan kebingungan sontak langsung menoleh. Sambil mengerutkan keningnya, dia pun mendekat.
" Kamu yakin tahu di mana Ara sekarang?" Tanyanya meyakinkan. Faro mengangguk.
" Aku yakin dia di sana, Kamu tunggu saja di sini." Nuri mengangguk saja, entah benar atau tidak namun dia berharap jika Varo menemukan keberadaan Ara sekarang ini.
" Hati-hati di jalan, dan tolong bawa Ara pulang. Aku sangat khawatir dia kenapa-napa."
Tanpa menjawab Faro kembali keluar dan langsung masuk ke mobilnya kemudian menjalankan mobilnya dan melaju cepat menuju ke suatu tempat yang dia sangat yakin jika gadis nakal itu ada di sana. Sembari terus melajukan mobilnya Varo menelpon sahabatnya.
" Tolong cari keberadaan Ara sekarang, aku yakin dia ada disana," ucapnya, baru tak perlu menjelaskan cukup menyebut nama arah saja sahabatnya itu sudah mengerti.
" Oke."
Setelah puas mendapatkan jawaban dari sahabatnya itu, dia pun memutuskan sambungan telepon kemudian kembali melajukan kecepatan mobilnya supaya cepat sampai di tempat tujuan tersebut. Di mana lagi jika bukan di klub milik sahabat itu, Varo sangat yakin sekali dengan feeling-nya, mengingat gadis itu yang begitu nakal dan tidak menurut.
" Awas aja kau gadis nakal ya, jika aku sampai menemukanmu aku akan memberikan mu hukuman."
Tak butuh waktu lama karena perjalanan sangat mendukung tak ada kemacetan seperti sebelum berangkat ke restoran tadi karena hari sudah sangat larut sehingga mobil-mobil yang lalu-lalang hanya hitungan saja, setelah sampai di klub. Faro langsung menemui sahabatnya yang sudah diberi kabar oleh sahabatnya jika gadis nakal yang ia cari memang ada di sana dan tengah asik menari-nari di kerumunan banyak orang.
" Kau memang gadis nakal yang tidak menurut."
Varo langsung saja menarik pergelangan tangan Ara dan keluar dari kerumunan orang-orang yang tengah asik menari-nari menikmati musik dugem yang sedang dimainkan oleh DJ seksi tersebut.
" Urus gadis yang satu lagi, aku akan membawa gadis nakal ini pulang. Tapi ingat, jangan sampai kau apa-apakan anak orang."
" Ck, kau hanya bisanya memerintah saja. Sudah sana, bawalah gadismu itu pulang. Biar aku urus yang satunya."
Varo mengangguk kemudian dia membawa Ara keluar dari klub tersebut dengan menarik pergelangan tangan gadis itu.
" Ih apaan sih, lepas nggak?" Marah Ara karena dirinya ditarik oleh Varo saat lagi asik-asiknya.
" Ayo pulang Ara, di sana sangat berbahaya. Apa kamu tidak mengerti hah!" Varo tak kalah marahnya.
" Memangnya apa peduli mu, kau bahkan tidak tertarik denganku? Aku nggak mau pulang, pergilah."
Mendengar penolakan dari Ara bahkan genggaman tangannya pun dihempaskan oleh gadis itu kemudian Varo kembali menarik pergelangan tangan Ara lagi hingga jatuh menabrak tubuhnya.
Sontak saja Ara mendongak, hingga pandangan keduanya pun bertemu. Dan alangkah terkejutnya Ara hingga bola matanya terbelalak nyaris keluar karena saat ini bibir nya yang seksi itu di emut oleh Varo secara tiba-tiba.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Dewi Anggya
perjanjian kontrak yg bikin kepoooo.... trus berusaha menghindari si ara tp lngsung comot aja tuhhh sibibir 🤣🤣🤣
2024-02-20
0
Puja Kesuma
kyknya hubungan antara varo dan nuri hanya kebohomgan semata krn adanya perjanjian kontrak..dan jgn jgn varo mmg mencintai ara dan ingin membuat ara menjadi gadis yg gak manja lg dgn mempwrjuangkan cintnya ke varo..kynya gitu alurnya😁😁
2023-02-21
0