Leticia tidak menyangka kalau Frederic memiliki hati yang sangat baik. Terutama untuk adik kembarnya, ia perbolehkan untuk tinggal dirumah walaupun mereka hanya sebatas kawin kontrak.
"Selama kedua adikku kebutuhannya terpenuhi. Aku akan bertahan untuk pernikahan ini," jelas Leticia, yang akhirnya pasrah karena jika terkena denda tentu ia tidak akan sanggup membayarnya.
Leticia mengajak suaminya untuk makan malam. Ia juga menghampiri kedua adiknya dan mengajak untuk makan bersama. Makan malam sudah disiapkan oleh para maid.
Fani dan Fano lagi-lagi terpukau. Makanan yang disajikan sangat banyak. Bagaimana mereka berempat akan menghabiskan itu?
"Mbak, makannya kok banyak banget? Apa nggak mubazir kalau nggak habis," tanya Fani penasaran.
"Sisanya, kan bisa dimakan oleh para maid," jawab Leticia dengan santai.
Ia mengerti adik-adiknya baru melihat kondisi seperti ini. Di rumah mereka dulu, makanan yang tersaji hanya menu sederhana. Itupun mereka harus menghemar agar makanan bisa sampai malam hari.
Sekarang Fani dan Fano tidak perlu khawatir tentang makanan. Mereka bisa makan sepuasnya sampai kenyang.
"Selesai makan, kalian langsung istirahat, ya! Besok kan sekolah," tutur Leticia yang disambut anggukan oleh kedua adiknya.
Leticia dan Frederic juga masuk ke kamar seusai menyantap makan malam. Mereka sama-sama merebahkan diri diatas ranjang.
"Kamu masih sedih?" tanya Frederic.
"Tentu! Anak mana yang tidak sedih kalau kehilangan ibunya? Aku sedih sekali, sampai harus menutup wajahku dengan make up," ucap Leticia dengan lirih.
Frederic mengerti apa yang diucapkan oleh Leticia. Bahkan, dia juga sudah lebih dulu kehilangan sosok ibunya. Tidak seperti anak-anak lainnya, pulang sekolah dijemput oleh ibunya dan diajak berjalan-jalan. Frederic sangat mengetahui bagaimana kesepian dia karena tidak memiliki seorang ibu.
"Apa kamunmau mencari pekerjaan?" tanya Frederic mengalihkan pikiran Leticia karena terus memikirkan ibunya.
"Aku belum tahu! Tapi sepertinya itu harus ku lakukan. Karena aku harus terbiasa mencari uang sendiri untuk adik-adikku," jawab Leticia, duduk di tepi ranjang.
Hari ini, Frederic sudah menyiapkan rencana untuk Leticia. Ia sudah meminta kepada Varrel Pratama agar menyiapkan tempat di perusahaan mereka. Hanya sebagai karyawan biasa untuk sementara waktu. Setelah percakapan bersama istri kontraknya yang ingin bekerja, Frederic langsung mengubungi sang Ayah malam itu juga.
Flashback on!
"Ayah, apakah bisa Ayah menyediakan satu tempat untuk seseorang?" ujar Frederic pada sambungan telepon mereka.
"Untuk siapa?" Varrel Pratama merasa curiga kalau pekerjaan itu untuk sang menantu.
"Untuk istriku agar dia bisa cepat melupakan kesedihan setelah kepergian mertuaku," jawabnya lugas.
"Baiklah, kalau memang itu alasanya, Ayah akan menyiapkan satu tempat untuknya. Apa kamu ingin bekerja bersamanya?" tanya Varrel serius, ia ingin segera memiliki keturunan dari pasutri itu, alangkah bagus jika mereka disatukan sehingga bisa terus bermesraan.
"Jangan! Cari divisi lain saja," imbuh Frederic menolak secara halus. Lagipula, ia tak mau tiap hari dipantau oleh Leticia.
"Baiklah! Apa harus di perusahaan utama kita? Atau kamu mau kalian terpisah?" Varrel kembali memastikan.
"Apa ada anak perusahaan kita?" Selama ini, Frederic tak tahu mengenai banyaknya jumlah anak perusahaan dari Pratama. Yang ia tahu, adalah PT. Varrel Grup satu-satunya perusahaan yang akan dia warisi.
"Banyak, ada Pratama Store, Varrel Jasa, dan masih banyak lainnya! Oh, lebih cocok kalau Leticia kita tempatkan di Pratama Store. Dia akan memantau seluruh kinerja karyawan di sana," jelas Varrel.
"Kenapa, Ayah tidak pernah menceritakan soal anak perusahaan?" cecar Frederic semakin percaya diri kalau dia satu-satunya orang yang akan mewarisi seluruh perusahaan Varrel Pratama.
"Ayah, tidak mau membebanimu, nak! Ayah lebih ingin kamu mandiri! Tidak ada embel-embel mengharapkan warisan!" tegas Varrel.
"Oke! Kapan Leticia bisa mulai bekerja?" desak Frederic, ia tak ingin Leticia sibuk mencari kerja kesana-kemari bermodalkan izajah SMA.
"Lusa! Bawa dia ke Pratama Store!" Varrel pun mematikan sambungan telepon mereka.
Flashback Off!
Sebelum berangkat ke kantor, ia pun membangunkan Leticia yang masih terbaring di atas ranjang. "Cia! Bangun!" titah Frederic membuat panggilan singkat pada Leticia.
"Heem ... kenapa, Tuan?" ucap Leticia mencoba membuka mata dengan rasa malas.
"Ada yang mau aku bicarakan!"
"Apa sepenting itu, pagi-pagi harus membangunkanku?" tanya Leticia mulai membelalakkan kedua bola mata.
"Iya!" jawab Frederic singkat.
Leticia pun membangunkan tubuhnya yang terasa remuk karena beberapa hari tak bisa tidur nyenyak. Ia mengucek bola mata agar tersadar penuh.
"Apa yang mau kamu bicarakan?" desak Leticia, ia ingin segera kembali melanjutkan tidur.
"Esok, pergilah bekerja ke Pratama Store di pusat kota! Kamu tahu, kan? Tempat perbelanjaan itu sangat terkenal," tutur Frederic menatap lekat manik indah milik Leticia.
"Atas izin siapa aku bisa bekerja di sana?" lontar Leticia mengalihkan pandangan yang semula tak fokus menatap suami kontraknya itu.
"Atas izin Ayahku! Itu masih milik keluarga kami." Frederic mengambil selembar surat kontrak pernikahan mereka.
"Hah? Keluargamu kaya sekali? Sampai memiliki tempat perbelanjaan terbesar?" seloroh Leticia seraya menggaruk-garuk tengkuk serta merapihkan rambut yang berantakan.
"Aku juga baru tahu kalau itu milik keluarga kami. Baru tadi malam!" Frederic pun menyerahkan lembaran surat kontrak yang tadi diambil kepada Leticia.
"Apa maksudmu kertas ini? Aku juga memilikinya, menyimpan dengan aman!" kata Leticia menatap lekat pria itu.
"Tulis satu tambahan perjanjian di dalam kontrak! Tuliskan kalau kamu tidak akan berhenti bekerja di Pratama Store tanpa seizinku!"
"Kenapa harus begitu? Bisa saja, sebelum kontrak berakhir, aku ingin mencari pekerjaan lain. Tentunya yang tidak berhubungan dengan keluargamu!" timpal Leticia.
Namun, Frederic pun menggelengkan kepala. Selama Leticia memiliki status menjadi istrinya, maka ia tak akan memperbolehkan wanita itu mencari pekerjaan lain. Ia khawatir, Leticia akan membongkar status pernikahan mereka.
"Tidak Bisa! Tuliskan saja, termasuk di surat kontrakmu," tegas Frederic, lalu ia beranjak mengambil sebuah pena di laci nakas, memberikannya pada Leticia.
Leticia pun menuruti keinginan pria itu tanpa tahu alasannya. Ia langsung menambahkan satu list tambahan di kontrak perjanjian dengan tulisan tangan.
Kemudian, Leticia pun beranjak, mengambil surat kontrak miliknya. Sama halnya yang dilakukan tadi di atas kertas milik Frederic, ia juga menambahkan list itu di surat kontrak miliknya.
"Aku tidak mengerti apapun alasanmu tapi aku akan berusaha untuk tidak melanggar kontrak selama kau pun tidak pernah melanggarnya. Satu hal yang aku inginkan yaitu kau tetap memperbolehkan aku dan kedua adik kembarku tinggal disini!" beber Leticia, ia memberikan surat kontrak pada Frederic.
Frederic langsung menyimpan kontrak itu ke dalam brangkas di lemari. Sedangkan, Leticia menyimpannya juga di dalam brangkas berbeda milik ia sendiri dengan kode sandi yang unik agar tak bisa dibuka oleh suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments