Tok ... Tok ...
"Tuan dan Nyonya, tolong segera kebawah. Ada tuan besar datang," ucap seorang Maid—Dei yang menghampiri Leticia dan Frederic di kamar.
Leticia dan Frederic segera turun. Menyambut kedatangan ayah dan mertuanya.
"Ayah, ada perlu apa kesini," tanya Frederic, kebingungan saat sang Ayah datang.
"Ayah, ingin menyapa kalian, sekaligus juga merindukan menantu ayah," jawab Varrel terkekeh.
Leticia tersipu malu. Baru kali ini ada lelaki tua yang merindukannya. Lelaki tua itu bahkan sangat bersikap baik seperti ayah kandungnya. Ia juga sangat perhatian pada Leticia.
"Ayah, bisa aja nih. Oh ... ya, ada oleh-oleh untuk, Ayah," sergah Leticia langsung beranjak ke kamar, mengambilkan oleh-oleh kaos khas Lombok dan memberikannya pada mertuanya.
"Kamu ingat oleh-oleh untukku. Terima kasih, Nak."
Varrel merasa bangga dengan menantunya yang sederhana dan santun. Ia sangat menyukai Leticia yang sederhana tetapi juga cantik.
"Apa kalian sudah makan? Pasti capek, kan dari perjalanan jauh," tanya Varrel.
"Tolong siapkan makanan, ya," perintah Varrel pada para maid yang ada di rumah itu.
"Cerita dong bagaimana honeymoonya." Varrel melanjutkan perkataannya, menatap sepasang suami istri dengan antusias.
"Biasa saja! Seperti berlibur dengan, Ayah," jawab Frederic singkat.
Keinginan terbesar seorang Varrel Pratama adalah segera menimang cucu dari menantu. Baru saja anaknya menikah beberapa hari yang lalu, tetapi ia sudah memikirkan cucu yang akan menjadi penerus Varrel Grup.
"Apa kalian sudah membuatkan cucu untukku," tanya Varrel polos.
Frederic dan Leticia tertawa dengan malu-malu. Tidak disangka maksud kedatangan ayahnya hanyalah memastikan proses pembuatan cucu berjalan lancar atau tidaknya.
"Ayah tenang saja! Sudah pasti kita buatkan seorang cucu untuk, Ayah," balas Frederic, meski dalam batin hanya sekedar bercanda.
"Nah gitu dong! Pokoknya jangan lama-lama! Ayah ingin segera menimang cucu yang akan menjadi penerus keluarga kita. Ingat Leticia, jangan ditunda-tunda." Varrel kembali menegaskan ucapannya penuh penekanan.
Leticia mengangguk sebagai tanda menyetujui permintaan mertuanya. Padahal batinnya meronta-ronta. Siapa sih yang tidak ingin memiliki anak dari benih laki-laki tampan seperti Frederic?
Tapi itu hanyalah mimpi baginya. Leticia tidak boleh terlalu banyak mengkhayal, karena Frederic hanyalah memiliki ikatan kontrak pernikahan dengannya.
Bagaimana mungkin ia akan memproduksi cucu untuk keluarga Varrel. Target Leticia hanyalah mendapatkan biaya untuk pengobatan ibunya serta menyekolahkan adik-adiknya hingga ke jenjang perkuliahan.
"Makanan sudah siap, Tuan!" Salah satu pembantunya Frederic yang lain menghampiri.
Varrel, Frederic dan Leticia segera duduk dimeja makan. Makanan yang tersaji juga sangat banyak mengingat tuan besar alias ayah Frederic berada di rumah ini.
"Bagaimana kabar ibumu?" tanya Varrel sebelum memulai makan siang.
"Baik, Ayah! Ibu terus mendapatkan pengobatan untuk penyakit jantungnya."
"Aku juga sesekali akan mengunjungi ibu. Boleh kan, Mas?" tanya Leticia sembarinmelirik Frederic yang dari tadi terpaku di kursi makan menunggu aba-aba untuk makan siangnya.
Bahkan, Leticia sengaja mengubah nama panggilan suaminya di depan sang ayah. Meski masih terasa kikuk dan aneh, ia tidak ingin membuat curiga mertuanya.
"Boleh," jawab Frederic singkat tanpa basa-basi.
"Kau juga, Ric! Temani istrimu kalau berkunjung ke rumah mertuamu," titah Varrel.
"Siap, bos. Jadi kapan makannya nih? udah lapar," ucap Frederic, memutar bola matanya lantaran merasa jengah.
Varrel memulai makan siang diikuti oleh Frederic dan Leticia. Siang itu,'seharusnya Varrel Pratama berada di kantor tetapi ia malah mampir ke rumah anaknya.
"Ayah harus kembali lagi ke kantor. Ayah hanya memastikan kalau sebentar lagi kalian harus memiliki anak. Ric,!besok kau kerjac kan?" Varrel memastikan kehadiran anaknya.
"Tentu! Honeymoonku sudah berakhir. Apa aku tetap jadi karyawan biasa?" Eric menatap wajah sang ayah dengan mata memicing, berharap status pekerjaannya akan segera berubah.
"Ya, iya, dong! Banyak yang harus kau pelajari. Ayah pergi dulu," balas Varrel sembari meninggalkan Frederic dan Leticia, berjalan membelakangi pasutri itu seraya melambaikan tangan.
Setengah hari ini, akan dimanfaatkan oleh Frederic untuk berleha-leha. Besok ia akan memulai kembali rutinitas sebagai karyawan biasa. Padahal ia mengharapkan segera diangkat menjadi CEO di perusahaan milik ayahnya setelah memenuhi permintaan pernikahan.
Frederic buru-buru menyetujui pernikahan ini hingga harus terikat pernikahan kontrak dengan Leticia dengan tujuan agar segera diangkat menjadi CEO di perusahaan Varrel Grup. Sehingga dia tidak perlu banting tulang mengurus pekerjaan sebagai karyawan biasa.
****
Saat ini, Leticia sangat sedih. Ia baru saja mendapat kabar dari adiknya melalui telepon kalau ibunya meninggal dunia karena penyakit jantung. Padahal sudah berbagai cara ia lakukan untuk mengobati sang ibu termasuk menikah dengan Frederic demi mendapatkan uang pengobatan.
Fani dan Fano menangis meratapi kesedihan mereka didepan mayat ibunya. Leticia baru saja tiba seorang diri di depan rumah.
Kabar duka itu juga telah sampai pada Frederic dan Varrel yang saat ini masih bekerja dan berada di kantor. Frederic berkemas dan meminta izin untuk pulang lebih awal dengan alasan keluarga.
Sementara, Leticia duduk ditengah antara adik kembarnya Fani dan Fano. Dia tidak menyangka ibunya akan pergi secepat itu meninggalkan kedua adik kembarnya yang masih sekolah.
Leticia mengusap-usap punggung kedua adiknya agar lebih tenang. Padahal sebelumnya kondisi Fanny sang ibu sudah membaik. Namun, tiba-tiba saat di rumah malah memilih pergi untuk selamanya meninggalkan mereka bertiga.
"Mbak ... Ibu, Mbak!" rintih Fano yang sangat menyayangi sang ibu merasa terpukul akan kepergian sang ibu.
"Ibu udah nggak ada, Mbak! hikss... hiks," decit Fani dengan sendu.
Pemakaman dikakukan hari itu juga. Leticia mengurus segala kebutuhan pemakaman. Sebelum pemakaman dilangsungkan, Frederic dan sang ayah, Varrel Pratama akhirnya tiba di rumah Leticia.
Frederic memeluk Leticia karena terlihat sangat sedih dan wajahnya hingga menjadi pias. Sementara, Varrel Pratama bersama para tetangga Leticia membantu untuk mengangkat mayit dan berjalan ke pemakaman.
Frederic mengusap-usap tengkuk istrinya. Kesedihan mendalam begitu dirasakan oleh Leticia. Wajah sendunya membuat Frederic sedikit khawatir tentang pernikahan mereka.
Leticia menerima tawaran kontrak darinya hanya karana alasan untuk pengobatan sang ibu. Bagaimana nasib pernikahan keduanya? Apakah Leticia akan membatalkan demi mengurus kedua adik-adiknya?
Mereka baru saja memakamkan sang ibu. Kesedihan mendalam begitu mengguncang ketiga saudara itu. Leticia terus memeluk kedua adiknya setelah selesai memakamkan.
Leticia pun tidak tega untuk meninggalkan kedua adiknya di rumah tanpa didampingi siapapun. Sang ibu telah pergi, tidak akan ada yang mengurus adik kembarnya.
Hanya dia seorang kakak yang akan diandalkan oleh kedua adik kembarnya. "Mbak, mau pulang?" tanya Fano saat melihat rumah yang tampak kosong.
Frederic dan Varrel belum juga pulang karena menunggu keputusan dari Leticia. Leticia yang bingung memilih untuk tetap tinggal di rumah atau pulang bersama suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments