bab19

Leticia meminta agar kursi-kursi dan dekor background berwarna putih segera diantarkan ke rumah.

Selain itu, Leticia juga menelepon restoran terkenal untuk penyajian makanan seluruh menu yang ada di restoran tersebut. Serta beberapa pelayan untuk melayani para tamu saat acara berlangsung.

Leticia mengurus dengan cepat untuk acara hari ini. Dia tak ingin mengecewakan sang mertua serta mempermalukan suaminya.

Berbekal sebagai mantan karyawan restoran, mengurus party adalah hal mudah bagi Leticia. Tak sulit untuk mempersiapkan konsumsi serta mendesign untuk acara. Ha itu juga kerap ia lakukan saat masih bekerja di restoran Family.

*****

Frederic baru saja bangun dari tidur. Mengedarkan pandangan, tapi tak menemukan istrinya. Setelah memastikan kalau perempuan itu benar-benar tidak ada, Frederic akhirnya memilih untuk mandi.

Ia masuk ke dalam kamar mandi. Selama 10 menit, membersihkan diri di dalam. Tak lupa, ia memakai setelan jas untuk mengubah penampilan mulai hari ini.

Biasanya, ia hanya mengenakan kemeja dan celana bahan. Sekarang, ia bisa memakai koleksi jas yang sempat terlantar. Setelah memakai semua setelan itu, Frederic tampak gagah dan mempesona.

Ia menuruni anak tangga, berjalan gontai menuju meja makan. Namun, rumah tampak sunyi, begitu pula dengan Fani dan Fano bahkan tidak terlihat.

"Mbak Dei, ke mana orang-orang?" tanya Frederic setengah berteriak.

Leticia yang berjalan dari halaman belakang menyahuti pria itu. "Mbak Dei lagi belanja. Orang-orang siapa yang kamu maksud?"

"Kamu habis dari mana? Dari sejak aku bangun, baru terlihat," ucap Frederic tanpa menjawab pertanyaan perempuan itu.

"Oh, aku dari halaman belakang." Leticia menunjuk ke arah luar.

Frederic mengikuti arah tangan Leticia, di sana sudah ramai orang-orang yang berkumpul. Mulai menata kursi, meja, prasmanan, dan lainnya.

"Ada apa itu?" tanya Frederic kebingungan.

"Kok kamu malah nanya? Itu untuk persiapan party garden yang disuruh oleh ayahmu." Leticia tersenyum ke arah Frederic.

"Hah, apa? Sepagi ini?" ujarnya serasa tak percaya.

Masih jam setengah tujuh pagi, orang-orang sudah berkumpul. Menata dekor untuk acara nanti sore. Frederic tampak terpukau dengan kinerja istri kontraknya.

"Kalau tidak sekarang, kapan lagi disiapkan? Semua harus terencana dengan matang," timpal Leticia, menarik satu kursi makan, mempersilahkan Frederic makan di sana.

"Mana Fani dan Fano?" lanjut Frederic, mengedarkan pandangan mencari sosok kedua iparnya.

"Kenapa? Kamu mau mengantar mereka ke sekolah lagi?" ucap Leticia dengan dingin.

"Bu–bukan begitu maksudku! Aku mencari mereka, kenapa sepagi ini tidak sarapan," kilah Frederic, padahal niatnya sekaligus ingin mengantarkan kedua iparnya serta melihat seragam baru mereka.

"Mereka sudah berangkat!" Leticia menarik satu kursi yang ada di samping Frederic.

Kemudian, ia menyajikan roti untuk sarapan pagi itu. "Semua orang sedang sibuk, jadi sarapan pagi ini hanya sekedar roti saja."

Leticia menyodorkan roti yang telah dioleskan selai coklat pada suaminya. Frederic hanya menerima dengan lapang dada. Terlebih, yang melayaninya pagi ini adalah sang istri langsung.

Padahal, selama beberapa hari, Leticia cuek saja. Tak pernah mau ikut sarapan apalagi menyiapkan sarapan seperti ini.

"Makanlah!" titah Leticia, ia hanya termenung menatap suaminya dengan tatapan yang dingin.

Frederic langsung menyantap roti itu, entah mengapa roti itu terasa begitu nikmat baginya. "Halo! Sadar, Ric! Apa yang kau lakukan? Dia hanya istri kontrak! Tidak lebih," batin Frederic, menghabiskan roti itu dengan lahap.

"Bikinkan aku kopi, ke mana semua pembantu di rumah ini?" cecar Frederic karena ia tak melihat satupun pembantu yang memasak maupun bebersih rumah.

"Mereka semua aku suruh belanja!" balas Leticia.

Kemudian, ia beranjak, menyeduh kopi dengan kopi sachet yang tersedia di dalam rak lemari dapur. Satu-satunya jenis kopi yang tersedia di sana, artinya kopi itu adalah milik suaminya.

Kopi itu pun dicampurkan dengan gula sachet, lalu diseduh dengan air panas. Harum khas kopi itupun memenuhi ruangan. Leticia memberikan pada suaminya.

Sebelum menengguk kopi itu, Frederic mencium aromanya. Jelas nyata berbeda saat pembantunya menyeduhkan kopi tersebut. Harum semerbak membuat ia menjadi candu pada seduhan kopi tersebut.

Padahal, baru kali ini, Leticia membuatkan kopi untuknya. Selain itu, Frederic langsung menyeruput kopi bikinan istri kontraknya. Aneh tapi nyata, kopi itu terasa nikmat sekali. Entah sihir apa yang dibuat perempuan itu sehingga rasanya sangat berbeda.

"Besok-besok, kamu yang harus bikinkan kopi untukku. Usahakan bangun pagi, sebelum aku berangkat kerja. Temani juga aku sarapan seperti ini," pinta Frederic tanpa negosiasi.

"Hah?" Leticia hanya termenung saat mendengar kata-kata suaminya.

"Apa kamu tuli?" tandas Frederic yang malas mengulang ucapan.

"Kenapa aku harus melayanimu pagi-pagi gini?" cecar Leticia, menatap curiga ke arah suami kontraknya.

"Sudah! Turuti saja keinginanku. Selama dua tahun ini, kau adalah istriku. Lakukan apapun yang seharusnya sudah menjadi kewajiban seorang istri."

Frederic menikmati seruputan kopi seduhan Leticia. Baru pertama kali, kopi itu seakan-akan membuatnya ketagihan. Rasa ingin mencobanya terus-menerus.

Mungkin, bakat seorang Leticia adalah menyeduhkan kopi. Tak hanya itu, menemani Frederic sarapan pun harus menjadi keahlian tambahan perempuan itu.

Leticia dengan wajah yang ditekuk memperhatikan gerak-gerik Frederic. Ia merasa aneh pada suaminya. Baru kali ini, wajah Frederic tampak berseri. Beda dari hari-hari sebelumnya, sejak pernikahan mereka berlangsung.

"Apa dia suka kopi bikinanku?" gumam Leticia, menatap penuh selidik ke arah Frederic.

"Tapi dia sangat menikmati sekali kopi yang kubuat," batinnya lagi.

Setelah 10 menit menyeruput kopi, menyisakan ampasnya. Frederic kemudian beranjak dari kursi. Berjalan gontai ke arah daun pintu. Bahkan, Leticia mengekori lelaki itu.

Frederic hanya mengintip bayangan Leticia yang sedang mengikuti dari belakang. "Apa kamu mulai melakukan kewajibanmu sebagai seorang istri?" imbuh Frederic tanpa menoleh ke arah wajah ayu istrinya.

"Iya." Leticia menjawab tanpa ragu, setelah memikirkan yang dikatakan pria itu, ia harus mulai memperhatikan Frederic, menyiapkan apapun segala kebutuhan lelaki itu. Bahkan, mengantarkannya saat hendak berangkat bekerja.

Leticia mengulurkan tangan, membuat Frederic menatap dan terdiam kaku. "Mana tanganmu?" ucap wanita itu.

Frederic masih terdiam, memerhatikan wanita itu dengan rasa bingung. Tak lama kemudian, ia mengulurkan tangannya, diraih oleh wanita itu dengan lembut.

Lalu, ia mencium punggung tangan Frederic sampai-sampai membuat pria itu terdiam malu. "Aneh, perasaan apa ini?" kata Frederic lirih.

"Hati-hati di jalan," imbuh Leticia, ia tersenyum tipis pada pria di depan.

Frederic hanya mengangguk, memperhatikan Leticia dengan raut wajah yang datar. Leticia pun melambaikan tangan.

"Aneh sekali, dalam waktu sekejap, wanita itu langsung berubah. Padahal aku hanya memperingati saja. Kenapa responnya berlebihan?"

Frederic melangkah masuk ke dalam mobil. Kali ini, ia menggunakan alphard yang terprkir di garasi sejak lama. Mobil yang biasa ia gunakan pun dibiarkan begitu saja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!