"Anak-anak, untuk memyambut Isra Mi'raj Nabi Muhammad nanti, Bapak ingin kesiapan dari kalian untuk jadi panitia ya, latih anak anaknya untuk menampilkan beberapa tampilan, terserah mau penampilan seperti apa, kalau bisa pemuda pemudanya juga ikut tampil, masalah dana udah Bapak atur, kalian tinggal bekerja sama dan atur seksi kegiatannya, Jangan lupa buat minta bantuannya juga sama Pak DKM, atau kalau perlu peralatan bisa tanya sama Si Abah" jelas Pak Ustadz sebelum mengakhiri pembelajaran.
"Fahimtum?" tanya.Pak Ustadz lagi karna mereka hanya diam.
(Fahimtum \= mengerti?)
"Fahimna!!!" seru anak anak semangat
(Fahimna \= mengerti)
Selepas pembelajaran berakhir, mereka tak beranjak dari masjid, masih sibuk menyusun acara acara dan penampilan yang akan di tampilkan tiga minggu menuju Peringatan Isra Mi'raj nanti.
"Gimana kalau acaranya kita mulai pas udah Magrib aja? biar anak anak bisa tampil duluan, dan supaya ceramah ustadnya gak kemaleman" Usul Trixi tanpa ragu.
"Jangan udah magrib, nanggung waktunya, mending udah isya wae" sahut salah satu Ikhwan.
"Urusan itu mah nanti, sekarang catet dulu apa aja yang mau di tampiling dan satu tampilingnya berapa menit" Usul yang lain.
"Tampilin anjir bukan tampiling" Koreksi temannya sambil menggetok kepala.
Malah jadi candaan garing!
"Buat anak anak, kan lumayan banyak, kita latih qasidah grup cilik aja, lagian gampang ngajarin anak anak mah, cepet faham" Abi mulai berpendapat.
"Emang alatnya ada?" tanya Trixi, si paling sosialisasi.
"Ada, mau qasidah, hadroh, marawis, gabus pun ada" jawab Abi.
"Gabus ada di rawa teh, ngan kudu di pancing" Lagi lagi di sambut candaan garing.
(Ngan kudu di pancing \= Cuman harus di pancing)
"Gambus anjir bukan gabus" lerai yang lain.
"Yang ngelatihnya siapa?" tanya Trixi lagi.
PUK! PUK! PUK!
salah satu di antara mereka menepuk nepuk dada Abi. "Ini teh, pelatih handal!"
"Agus anjir, diem coba lu ga usah lawak gak lucu asli" Ucap yang lain kesal.
Oh, jadi cowok menyebalkan itu namanya Agus.
Gue tandain muka Loe Agus! " batin Utami kesal pada lelaki jangkung itu karna terus bersikap random.
Karna diskusi ini banyak bercanda, jadi memakan waktu percuma, namun lumayan seru juga karna ternyata cowok cowok itu sangat menghibur malam ini, Walau di depan mereka hanya ada tiga perempuan, mereka tidak canggung sama sekali. Bahkan Trixi dan Asri tak malu untuk turut ngakak. Malah Utami yang kesusahan menahan tawa, karna ibu selalu mengajarkan untuk jadi perempuan berakhlak baik.
Tapi tampaknya Sikap Asli Abi mulai terlihat sekarang, ternyata di balik dirinya yang selalu terlihat tenang bagai air itu sekarang sangatlah memyebalkan, dia pandai berlelucon dan menghidupkan suasana. Membuat obrolan ini menjadi pundi pundi cinta.
tampaknya, semua harus berakhir saat ibu datang menjemputnya dengan ekspresi wajah yang membuat hati Utami langsung mencelos.
"Umi pulang!" titahnya penuh penekanan "Udah jam sepuluh masih pada ngapain?"
"Lagi diskusi Bu, buat Peringatan Isra mi'raj bulan depan" jawab Abi sopan.
"Bisa kan besok lagi? Udah hayu Utami pulang, suka kesiangan juga!" Tegas ibu kembali.
"Iya Bu" Dengan senyum yang memudar Utami undur diri dari keseruan obrolan ini.
Dia berjalan beriringan dengan ibu yang masih mengoceh.
"Kalo ngaji itu inget waktu, ini udah jam sepuluh masih rame rame di mesjid, mending kalau bahasannya penting, di denger denger malah pada bercanda"
Pertama, Ibu tidak pernah salah! Kedua, jika ibu salah maka kembali ke aturan pertama
Kembali, Utami merapalkan mantranya. Utami tak berani melawan atau membela diri lagi sejak kejadian yang pernah membuatnya ketakutan setengah mati.
~Flashback~
Tengah hari itu, Anak anak SD baru saja pulang sekolah, Utami yang masih duduk di bangku kelas lima SD itu pulang dengan rasa kesal di hatinya.
Bagaimana tidak, teman teman cowoknya sudah menghancurkan jembatan dari stik es krim yang dia buat dengan susah payah, Sehingga saat hendak di kumpulkan, nilainya begitu tidak memuaskan karna jembatannya sudah rusak. Tanpa di ganti rugi oleh teman teman isengnya.
Utami benci nilai di bawah rata rata, karna dalam mata pelajaran apa pun, nilainya selalu di atas rata rata. Bukti kalau dia anak yang cukup pintar.
Ketika sampai di rumah pun ia masih kesal dan tak ingin melakukan apapun selain membaca buku, caranya melampiaskan kekesalan.
"Umi, ganti baju dulu, terus makan" titah ibu yang sepertinya sama merasa lelah karna dari pagi ia belum selesai membuat kue tradisional berbahan singkong itu.
"Nanti bu!" jawabnya ketus.
"Nanti makannya goreng tahu aja sendiri, ibu gak sempet masak, biar kerjaan cepet selesai"
Utami menghela nafas berat. "Iya bu, Nanti!"
"Tibang ngegoreng tahu juga males kamu mah!" tuduh ibu.
Tentu Utami tak terima, kekesalannya semakin bertambah, karna alasannya tentu bukan malas, dia hanya ingin meredakan emosinya saja sebentar. Namun Ibu tidak mengerti.
"Gak males bu, Lagian gampang atuh ngegoreng tahu mah, Gak harus sambil jungkir balik kan?" tanya Utami sedikit menaikan nada bicaranya.
Ibu yang sedang sensitif saat itu juga marah. "Astagfirullah, berani kamu ngomong gitu sama ibu? Anak Durhaka kamu!"
DEGH!
Bagai ada ribuan jarum yang menusuk hatinya, Tubuh Utami seketika membeku, tangannya yang memegang buku bergetar.
~Flashback end
Sejak saat itu, Sekesal apapun Utami, dia tidak pernah lagi melawan ataupun membela diri, sekalinya dirinya merasa benar dan ibu yang salah, namun sampai kapan pun Utami akan tetap mengalah dan menyalahkan dirinya, mencoba untuk memahami sudut pandang ibu yang terkadang sulit untuk di tebak.
Lagipula ucapan Ibu tadi memang benar adanya, Diskusi yang kebanyakan bercanda, dan lupa waktu.
...**************...
Pagi ini ibu tidak cerewet seperti biasanya, Yang biasa membangunkan Zidan sekarang dibiarkan tidur begitu saja.
"Zidan gak di bangunin bu?" Tanya Utami saat melihat sang adik masih berada dalam kehangatan selimutnya.
"Gak papa Teh, ibu lagi gak ada bekel, percuma di bangunin juga ga bakal mau sekolah kalau gak di bekelin"
Utami menghela nafas berat, Adik bungsunya memang sedikit manja. Sering menjengkelkan akan sikap keras kepalanya. Tapi keluarga dapat memaklumi karna dia anak bungsu.
"Buat bekel Teteh juga cuman ada Segini" ucapnya lagi seraya memberikan beberapa lembar uang receh.
"Gak papa Bu, Umi gak usah bekel, udah seminggu ini Umi jaga kantin, jadi punya jatah buat ngambil jajanan di kantin"
"Jaga kantin?" tanya Ibu hampir tidak percaya.
"Iya, Dagangan punya Bu Rima, yang jaga koperasi sekolah"
Ibu tersenyum tipis, senyum yang menampakan rasa bangga pada putrinya, membuat Ibu terharu karna anak sependiam dan se tertutup itu mau bekerja dalam keramaian dan kebisingan.
Sedikitnya ibu dapat menyadari, jika Utami tidaklah selalu terpaku pada buku buku dan kamar. Dia mulai berinteraksi dengan banyak orang.
"Alhamdulillah atuh" syukur ibu.
"Umi pergi dulu ya bu" pamitnya.
"Hayu di anterin sama Bapak!" seru Bapak begitu ia keluar dari kamar mandi.
"Gak papa Pak, Umi mau jalan"
"Sekalian Bapak berangkat"
Cepat cepat Bapak menyelesaikan keperluannya, ia membawa tas kotor berisi perabotan untuk bekerja, kemudian mengeluarkan becak butut yang terparkir di samping rumah.
"Yuk naik" ajaknya bersemangat.
Utami tertegun, Hatinya teramat pilu, dia harus kuat, dia tidak boleh lemah dan menangis di hadapan ke dua orang tuanya.
"Yaudah Umi berangkat ya bu" Utami menyalimi punggung tangan Ibu.
"Iya hati hati, ini topi Bapak kamu jangan sampe ketinggalan" Sambil memberikan Topi hitam pada Utami.
Utami tersenyum dan menerima topi itu, Lalu memakaikannya pada Sang ayah.
"Aku akan berdoa untukmu, Semoga Allah memberimu mahkota di syurga nanti" batinnya perih
...***********...
...**********************...
...*********************************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments