Kali ini, Utami tidak pulang membawa luka, hatinya sedang berbunga bunga, inilah hal yang dia butuhkan saat dalam kondisi seperti ini. Hanya butuh secercah cinta yang tersisa untuknya.
Namun hatinya kembali terkoyak saat melihat sang ayah sedang duduk diteras seraya menggaruk tangannya. Memang sudah biasa hal itu terjadi, Ayah alergi semen, tapi setiap hari harus memyentuhnya.
"Assalamualaikum!" salam Utami langsung mencium punggung tangan ayah yang kotor karna baru pulang bekerja.
"Waalaikumsallam"
"Baru pulang Pak? Kok malem banget?"
"Iya, Bapak lembur, alhamdulillah ada buat tambah tambah bekel kamu" Di keluarkannya sejumlah uag receh dari saku bajunya.
"Ini buat kamu sama Zidan"
Utami tampak enggan menerima uang itu, bukan tak butuh, tapi semakin merasa malu dan tidak berguna. "Nggak usah pak, nanti dari ibu aja"
"Gak papa, dari ibu beda lagi, ini dari bapak!"
Utami menerima uang tersebut dan langsung masuk ke dapur, berniat untuk membawakan segelas kopi untuk Ayah. Namun tak sengaja dirinya mendengar pembicaraan Rahman dan Ilham dengan Ibu .
"Bu, Rahman sama Ilham udah sepakat mau putus sekolah!" ujar Ilham.
"Kenapa?"
"Kita mau kerja aja bu, biar bisa bantuin ibu bayar hutang"
Saat itu juga suara ibu berubah jadi parau, tampak menahan tangis dan rasa sakit yang menyergap hatinya.
Hati seorang ibu yang walaupun berusaha tangguh tetap saja rapuh, tetap merasa gagal karna tak bisa menyekolahkan anaknya ke pendidikan yang lebih luhur.
"Ibu sama Bapak udah tua, tenaganya udah nggak kaya dulu lagi, makannya kita pengen bantuin ibu sama bapak"
Utami selesai membuat kopi, Segera dibawa kopi tersebut ke teras, tak tahu lagi apa yang mereka bicarakan.
"Ini Pak, Umi buatin kopi"
"Nuhun, Geulis" Senyumnya sambil menerima kopi pemberian Utami dan menyeruputnya penuh kenikmatan.
(nuhun geulis \= makasih cantik)
"Semoga hidup kamu selalu dipenuhi keberuntungan, selalu diberi Rizki yang cukup oleh Allah, menjadi anak yang sukses dan mendapat pasangan yang soleh" Ayah mengelus pucuk kepala Utami penuh sayang.
Sentuhan tangan besar yang Utami sukai, elusan yang diiringi doa baik dari ayah, membuat gadis itu ingin meronta ronta.
"Pak, tolong bertahan sampai Umi sukses ya, sampai bapak bisa menikmati hasil kerja keras Umi nanti" batinnya penuh harap.
Melihat kondisi ayah yang sudah rentan membuatnya khawatir, tubuh yang dulu kekar, kini kurus kerontang, kering terbakar matahari. Bekerja siang malam, Panas dan Hujan tiada tempat untuk berlindung, karna memang harus seperti itulah pekerja bangunan.
"Umi..." Panggil ayah lagi.
Utami mendongak dengan mata yang berkaca kaca.
"Maafin Bapak ya, belum bisa ngasih kehidupan yang layak buat kamu, padahal kamu anak perempuan yang bapak inginkan, Tapi Bapak gak bisa mencukupi kebutuhan kamu"
Utami tersenyum getir, hukum saja dirinya tuhan!
"Pak, Umi gak kekurangan apapun, semua yang Bapak dan ibu kasih lebih dari cukup, Umi-"
Sudah cukup, kata kata itu hanya tersekat di tenggorokannya saja, Utami tak mampu meneruskan kalimatnga lagi.
Utami masuk kamarnya dengan dada yang sesak, Hati yang mendidih karna memahan segala emosi tak bisa tumpah, Rumah ini terlalu ramai, tak ada tempat untuk menangis barang sedetik saja.
Dia hanya memejamkan mata dan menarik nafas beberapa kali, sampai tak menyadari jika ibu sudah berbaring di sampingnya.
"Kenapa Umi?" tanya ibu
"Gak papa bu"
"kamu belum ngantuk?"
"Belum, Emang kenapa?"
Kali ini, ibu yang menghela nafas berat. "Kakak kakak kamu mau berhenti sekolah, mereka mau kerja di tempat A Diki dulu"
"Umi gak sengaja denger pembicaraan Ibu sama A ilham dan A rahman tadi"
"Itu keputusan yang mereka ambil, dari pemikiran mereka sendiri, ibu sama sekali gak nyuruh mereka buat berhenti"
"Umi tau Bu"
"Biarin Kakak kakak kamu nggak berpendidikan tinggi, tapi kamu anak perempuan ibu satu satunya, Semoga ibu dan kakak kakak kamu bisa bantu jalan kesuksesan kamu,.sekolah yang rajin Umi, Ibu bakal ngedukung kamu sepenuhnya"
Utami tersenyum getir, hatinya jatuh jauh lebih dalam.
"Amiin bu, semoga aja" jawabnya sekuat tenaga menstabilkan suaranya yang bergetar akibat menahan tangis.
Setelah itu Utami membalikan badannya membelakangi ibu, air matanya lumer, sudah tak tertahankan lagi, ia rapatkan bibirnya agar tak terdengar isakan, seraya menggenggam kuat Tasbih pemberian Abi ditangannya.
"Ya Allah, Aku tau keluarga kami kurang mampu, orang tua kami banyak hutang demi membiyai kehidupan kami, sampai kedua kakakku harus putus sekolah, dan ibu juga ayah menaruh harapan besar padaku, Tolong, beri aku kekuatan, Jangan membuat imanku goyah dan menghancurkan kepercayaan orang tua" batinnya.
......................
...****************...
...----------------...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Fifi sun
siapa yang naro bawang di sini😭😭😭😭😭
2023-05-01
0