Masih di lapang Alun-alun, menikmati hari libur yang penuh bahagia ini. Bersama anak anak pondok. Meski ada beberapa Circle, Utami tetap tak jauh dari Trixi dan Asri. Duduk santai di bangku bercat putih.
"Eh Sri, Tau gak?, Si Reza suka sama kamu Lho" Ucap Trixi memulai pembicaraan.
Asri terkekeh Baper "Masa sih? Suka darimananya woy, dia keliatan galak gitu"
"Ih, Daniel yang bilang kemarin" Trixi bercerita dengan penuh semangat "Jadi ceritanya, Anak cowok maen game truth or dare, dan mereka jujur jujuran, biar aku kasih tau ya, Si Reza suka sama Asri, terus Daniel suka sama Utami, dan parahnya..." Trixi menghentakan kakinya geregetan "Si Ade, sohibnya si Daniel itu suka sama aku anjiir"
Spontan, Utami dan Asri terkekeh bersama. Merasa geli.
"Seriusan ih, tapi sst ya" Trixi meletakan jari telunjuknya di bibir "Daniel nyuruh aku gak ngasih tau ini ke kalian, tapi aku gak tahan buat gak cerita"
"Tapi kalo bener gitu, bahaya Atuh buat Umi" Ucap Asri tampak khawatir.
"Bahaya kenapa?" tanya Utami tak mengerti.
"Kamu kan ikut ROHIS bareng sama si Rendy, terus bulan depan kan mau lomba tahsin, hafalan bareng sama Daniel, otomatis kalian pasti bakal deket setiap hari" jelas Asri.
"Ciee cinta segitiga" cekikik Trixi baper sendiri.
"Bukan itu masalahnya" Asri cepat menyergah "Rendy pacarnya Selly, dan karna si Rendy buaya, Si Selly juga katanya lagi suka sama Daniel"
"Sama sama buaya dong" Sahut Trixi lagi.
Sementara Utami hanya terdiam, kenapa cinta membuat mereka terlihat seperti anak kecil? harus memusuhi kawan demi sebuah perasaan, Utami sendiri sama sekali tidak menyukai mereka semua, yah, mungkin ada satu.
Satu orang yang tidak mungkin bisa ia miliki karna terlalu mengagumi sosoknya.
Muhammad Zainal Abidin!
"Eh eh, mereka Ngedeketin" Ribut Trixi saat melihat ketiga orang yang baru saja dibicarakan mereka datang menghampiri.
"Ikutan atuh euy, ngomongin apa ini teh meni seru" Ucap Ade so Asik. Dia duduk di ayunan nganggur dibawah pohon besar.
Keadaan berubah jadi lebih hangat, Perbincangan yang santai dan penuh candaan, menciptakan sebuah rasa yang membuat hati berbunga bunga.
Inikah yang dinamakan jika masa remaja adalah masa serba pink itu? Hem..tidak buruk juga.
Namun, di balik kebahagiaan itu, sebuah kelompok memerhatikan mereka dengan tatapan iri.
"Ngapain si anjir, mereka so asik banget" gerutu Selly.
"Heran, kenapa cowok cowok suka sama cewek cewek alay itu, jelek lagi. Masi mendingan kita, iya gak?" Fitri menambahkan.
"Kita juga bisa lah, bikin grup kaya mereka"
"Udah ada Aku sama Yuli, cari satu lagi biar rame"
"Nissa aja" ucap Selly membuat Fitri terkejut.
"Gila, dia kan gabung sama mereka" tolak Fitri tak setuju.
Selly menyeringai licik "Kita bisa ambil"
...************...
Jalanan Sore ini begitu padat, Jingganya langit di permukaan begitu indah, berpuluh pasang mata akan terhipnotis oleh keindahannya walau hanya sekejap saja.
Dengan langkah Gontai, Utami berjalan menikmati indahnya suasana. Sambil kembali mengenang momen kebersamaan mereka seharian tadi.
"Utami Khoirunnisa!" Panggil suara bariton dari arah belakang.
Utami menoleh, mendapati Abi yang sudah tersenyum padanya, dengan sarung hitam, baju koko putih dan peci hitamnya itu, benar benar seperti santri di pesantren-pesantren.
"Assalamualaikum Ukhty" salamnya setelah ia dekat dan berjalan beriringan dengan Utami.
"Waalaikumsallam, kok kamu tau nama lengkap aku?" Tanya Utami penasaran.
"Dari Si Abah" Cengirnya sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Kamu habis dari mana? Kok sore banget pulangnya?"
"Dari Alun-alun, kamu sendiri dari mana? Rapih banget"
"Aku dari pesantren, jenguk adik aku, katanya sakit, Ibu sama ayah masih di sana, tapi aku rela pulang Pake Angkutan umum supaya gak ketinggalan ngaji di mesjid" jelasnya panjang lebar.
"Oh adik kamu pesantren? Kenapa kamu enggak?" Tanya Utami penasaran.
Abi menggelang pelan, seakan enggan menjawab pertanyaan Utami.
Gadis itu pun cepat memahaminya dan mencari topik lain. "Mmm...Teman teman kamu yang baru ngaji itu, anak anak mana aja?"
Abi kembali menghela nafas, tampaknya pertanyaan itu pun seperti tak ingin di jawabnya.
"Ah lupakan" Gadis itu beralih menatap jalanan dengan perasaan canggung, tidak mengerti dimana letak kesalahannya. Sampai akhirnya, Utami dapat merasakan sentuhan tangan besar Abi yang melingkar di pergelangan tangannya.
Degh!
Jantungnya berdegup kencang, genggaman tangan itu tetap terasa hangat walau terhalang Baju panjangnya.
Dosa kah itu tuhan? Hati Utami gelisah!
"Mereka teman masa laluku, Aku pengen mereka berubah dan mulai hijrah, Khususnya aku, Jadi tolong di bantu ya" ucapnya lirih, genggaman tangan Abi turun, menyentuh telapak tangan Utami dan menautkan jari jarinya.
Astagfirullah!
Utami sadar, tapi entah kenapa tangannya tak bisa terhempas, dia malah diam membeku, tak bisa mengatakan apapun.
Menyadari hal itu, Abi langsung menarik tangannya dengan cepat dan berucap Istigfar.
"Maaf maaf, A aku khilaf, astagfirullah" ucapnya terbata bata.
Utami masih diam, hingga tiba di perempatan jalan. "Duluan yah, Assalamualaikum"pamit Utami karna jalur mereka berbeda.
"Waalaikumsallam, Jangan lupa sebelum magrib udah ada di mesjid!" teriaknya seraya berbelok ke arah berlawanan.
Utami mendengar, namun tak menanggapi, masih sibuk memikirkan sensasi pegangan tangan itu. Rasanya berbeda sekali dengan tangan Rendy. Kali ini jantungnya terasa turun ke perut setiap kali mengingat kejadian barusan itu.
Ini pasti Gila, Utami sudah gila, siapa yang salah sebenarnya? Mengapa hatinya yang gelisah?.
...********...
...*************...
...**********************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments