Selepas dari perpustakaan, Utami kembali ke kelas, ia sama sekali tidak mau ke kantin, keadaan hatinya yang sedang buruk itu membuat perutnya tidak lapar.
Jam masuk masih belum berbunyi juga, dia pun memilih untuk sekedar menulis coretan dibukunya.
namun momen asyik dengan dunia sendirinya, lagi lagi terganggu, saat sebuah tangan kekar menyodorkan sebungkus Seblak untuknya.
Utami mendongak, sedikit kaget karna ternyata itu Pak Teguh.
"Jangan gak jajan, nanti kalo kamu lapar belajarnya jadi gak fokus" senyumnya kemudian duduk disampingnya.
Utami masih tidak berkedip, sampai Pak Teguh menepuk pundaknya. "Jangan diliatin doang, udah dingin mah gak enak"
"Ini buat Umi Pak?"
"Iya buat kamu"
"Makasih Pak" senyumnya walau sebenarnya tidak mengerti kenapa Pak Teguh jadi sangat peduli padanya.
"Bapak nanya ke Nisa tentang kamu, katanya kamu jarang bekel, dan kalo pun bekel, itu gak cukup buat beli seblak"
Utami terkekeh geli, sepertinya tidak afdol kalau jajan tanpa seblak. Tapi itu tak jadi masalah baginya. Hal yang sangat sepele.
"Bukan nggak cukup Pak, Umi cuman males ngantrinya lama banget" jelasnya membuat Pak Teguh tersenyum tipis. Tatapan mata polosnya, tak bisa dibohongi.
"Bapak punya penawaran bagus nih buat kamu" ucapnya setelah beberapa saat.
"Penawaran apa?"
"Jaga kantin, mau nggak? Nanti kamu bisa ambil jajan sepuasnya, gak usah mgeluarin uang bekel"
Tanpa berfikir panjang, Utami segera menyetujui hal tersebut, setidaknya, ia bisa menyisihkan uang saku yang diberikan ibu untuk keperluan lainnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kali ini, Utami pulang sangat terlambat, Bukan karna tak bisa menyelesaikan hafalan, tapi karna dirinya harus mengikuti Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), bukan semata mata ingin jadi anak Organisasi, tapi karna ajakan Pak Teguh, sehingga dirinya harus menjadi Wakil ketua dari seksi bidang 1 sebagai ROHIS (Rohani Islam) di ketuai oleh Rendy, dan di bimbing oleh pak Teguh sendiri.
Utami hanya ingin kepulangannya di sambut dengan dukungan baik ibu, namun alih alih mendapat apresiasi, dirinya malah mendapat hal yang tak mngenakan hati.
"Ngapain aja di sekolah teh? Sampe pulang terlambat terus?" tanya Ibu dengan nada keras seperti biasanya.
"Tadi rapat OSIS dulu bu, Utami mulai ikutan kegiatan organisasi"
"Ah, ngapain ikut begituan? Yang penting sekolah aja yang bener, Jangan yang gak penting diikutin, pelajaran di tinggalin"
Utami tersenyum tipis. Terkadang ia tidak bisa menebak sikap ibunya ini, kadang sangat baik dan mendukung, namun seringkali juga membuatnya putus asa, Sampai membuat dirinya bingung harus bersikap seperti apa pada pintu surganya ini.
"A Rahman sama A ilham kemana bu?" tanya Utami ketika masuk rumah ia mendapat suatu hal yang tidak biasa, yang biasanya di depan tv di penuhi saudara saudaranya, kini tinggal adik dan keponakannya saja.
"Udah pergi teh, ke bandung, di anterin sama A Diki siang tadi"
"Oooh" angguknya.
Bukan hal yang aneh jika mereka pergi tanpa sepengetahuannya, hubungan Utami bersama kakak lelakinya tidak begitu akrab, untuk saling berbagi cerita saja rasanya tidak pernah, tapi Utami tahu, kalau mereka saling menyayangi.
Utami hanya bisa mengenamg kedekatan mereka dulu saat kecil, saat usia balita, saat dirinya masih mandi bersama Rahman dan ilham juga Zidan, di asuh oleh Diki, kakak keduanya.
...~Flashback...
"Pada mandi yuk, nanti kalau udah kasep, geulis, ku Aa di foto" titah Diki saat itu.
Rahman, Ilham, Utami, dan si kecil Zidan menurut. Mereka mandi di pelataran rumah dengan semprotan air dari selang yang panjang. Saking senangnya mereka sampai menjerit bahagia, berlarian ke sana kemari, dan melompat lompat.
Dan seperti yang di janjikan, setelah ibu mendandani mereka dengan bedak asal, ke empatnya berbaris rapi di padang sawah yang kering, yang di tumbuhi ilalang ilalang untuk memperindah suasana.
Mereka saling berpegangan tangan dan tersenyum ria ke arah kamera.
"Senyuuum!"
CEKREK!
Diki mengambil foto hingga beberapa kali dengan fose yang berbeda.
"Sekarang kita makan Yuk!" Ajak Diki dengan sepiring nasi goreng yang sudah ia masak sebelumnya, hanya nasi putih dengam garam. Tanpa campuran apapun lagi.
Tapi suasana saat itu tak membuat mereka sedih, mereka saling berbagi, tertawa ria, dan menari nari bagai bunga widuri yang tertiup angin.
Tak menyadari jika Ibu yang tengah memerhatikan, air matanya sudah jatuh akan keterharuan anak anak mereka.
...~Flashback end...
Sedekat itu mereka dulu, tapi kini, saat usia semakin bertambah, semuanya berubah, Apa karna keegoisan? Hingga membuat hubungan mereka kini terasa renggang.
......................
...****************...
...----------------...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments