Hari kembali pagi, rutinitas yang sama kembali terulang, ocehan ibu mulai terdengar saat Utami tidak sempat mencuci piring kotor.
"Teh, coba dibiasain, kalo bangun pagi teh bikin sarapan sendiri, goreng nasi, cuci piring, jadi perempuan mah harus rajin, harus mandiri, coba lihat teh Risma! Jam 3 dini hari Dia udah ke dapur bersih bersih, semua udah beres, harus di contoh!"
Sudah terdengar biasa jika para ibu suka membandingkan anaknya dengan anak tetangga. Alasannya memang satu, Ingin memberikan contoh yang terbaik untuk anaknya. Tapi apakah para ibu menyadari, Jika hal itu bisa membuat anaknya merasa tak berguna? Ah mungkin saja hanya Utami yang merasa.
Ah sudahlah, para ibu tidak akan mengerti!
"Iya bu" Utami terima itu, Dia tidak pernah melawan ucapan ibu apalagi membentaknya, menggerutu dalam hati saja tidak pernah.
"Jangan iya iya, Ibu udah ngasih contoh bukan cuman ngomong doang, kenapa meni susah banget udah di kasih contoh juga, Sekolah teh malah buat kamu males bukan pinter!"
Oke, sekarang menyalahkan sekolah, siapa yang dulu mendaftarkannya ke sekolah itu? Hmm, Utami tak ambil pusing semua itu.
Utami Cepat cepat menyiapkan semuanya, ingin segera pergi, Bukan karna tak ingin dengar nasihat ibu, Utami hanya takut jika lama lama hatinya akan semakin menghitam. Dia tak ingin Melawan ibu sekalipun hanya ocehan dalam hati.
Satu mantra yang terus ia rapalkan dihatinya saat ibu mulai mengoceh.
Jangan ngelawan Utami, kamu yang salah, Ingat, Ibu punya dua aturan, pertama, ibu tidak pernah salah, kedua, jika ibu salah maka kembali ke aturan pertama
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Buah kesabaran selalu manis, dan manisnya ada dihadapan Utami sekarang, Manisnya gula yang berjalan dihadapannya membuat semut ingin terus mengejar.
"Hey, ketemu lagi!" sapaan lembut yang terucap dari lisan Abi membuat Utami mendongak, tersenyum tipis, dan kembali menunduk.
"Bareng lagi kita!"
"iya nih" senyumnya.
Abi terdiam sejenak dan kembali mencari topik baru"Kenapa malam tadi Nggak Ngaji?"
"Aku Ikut pengajian di sekolah"
"Ooh!" sambil mangguk mangguk "Sekolah Berbasis pesantren ya?"
"Bisa dibilang gitu" Utami merasa tak yakin, karna menurutnya sekolah itu tak sesuai pandangan orang orang, buktinya, masih saja ada siswa yang pacaran dan bermaksiat jikalau ada kesempatan.
TIIID!
Klakson Angkot berbunyi di sebrang jalan sana, seperti biasa Utami dan Abi mempercepat langkahnya dan menunggu jalanan senggang untuk menyebrang.
"Bentar!" cegah Abi saat Utami hendak maju.
"Kenapa?"
Tanpa menjawab, Abi langsung berjongkok dan mengikatkan kembali tali sepatu Utami yang terlepas. Membuat Utami merapatkan bibirnya dan menahan nafas, pipinya memanas, sungguh, dia merasa malu.
"Udah, Yuk nyebrang!" Dia melambaikan tangannya memberi instruksi para pengendara untuk membiarkan mereka menyebrang terlebih dahulu.
Tak butuh waktu lama, hanya perlu waktu sepuluh menit untuk tiba di sekolah. Sekolah yang baru di dirikan, sehingga masih banyak Pak supir yang belum tahu pemberhentiannya.
"Kiri Pak!" teriak Utami dengan suara kecilnya, membuat pak supir tidak mendengarnya.
"Kiri Pak!" Suaranya naik satu oktaf, namun tetap kalah oleh dentuman musik yang dinyalakan.
Kali ini, Utami menarik nafas dengan dalam, menahannya sebentar dan kembali berteriak, mengeluarkan suara emasnya.
"KIRI PAK....!"
Cekiiit!
JEDUG!
Pak Supir yang menginjak rem dengan mendadak membuat para penumpang oleh ke depan dan saling menubruk. Tak terkecuali Utami yang tak sengaja jatuh dalam pelukan Abi yang duduk dekat pintu keluar.
"Aduuh neng, Bapak kaget banget" ujarnya seraya meminta maaf hingga berkali kali.
"Lagian sih Bapaknya gak denger!" seru Utami salah tingkah, wajahnya sudah memerah akibat menubruk Abi yang kini hanya memasang senyum tipis dengan kepala tertunduk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Fifi sun
nice 👍
2023-04-29
0