Soleh sedang mandi, ketika ponselnya berbunyi beberapa kali kalau ada notice pesan masuk.
Tring
Tring
Tring
Amelia merasa sedikit penasaran. Khawatir kalau Ibu mertuanya kembali menekan Soleh untuk segera menjawab permintaan mereka.
Amelia termangu.
Wajah gadis cantik di foto profil bernama JURIAH ternyata yang menjapri suaminya.
Sontak saja dadanya bergemuruh kencang.
Juriah...?!? Perempuan itu rupanya sudah sering menchat Bang Soleh!
Amelia menoleh ke arah pintu kamar mandi. Soleh masih terdengar asyik mengguyur tubuhnya setelah 'permainan' mereka tadi di siang menjelang sore selama dua ronde.
Amelia bergerak cepat.
Dia membuka pin kunci hape Soleh dan membuka isi chattan suaminya itu dengan gadis cantik bernama Juriah.
Deg deg deg deg deg
Deg deg deg deg deg
Terlihat banyak barisan chat. Tertera juga tanggal dan jam waktu mereka japrian.
Lemas lutut Amelia. Ternyata mereka sudah sedekat itu padahal baru bertemu sebentar saja.
Dan isi chattannya, Amelia menilai sudah sangat dalam bahasannya walaupun tidak terdeteksi kalimat mesra dari keduanya.
Namun Amelia membaca kalau Juriah sedang menunggu jawabannya apakah bersedia memberikan izin untuk berbagi suami dengannya.
Perempuan ini...
Dengan menelan saliva dan mengucap kalimat basmalah, Amelia mencoba menekan tulisan panggilan suara diponsel Soleh.
Tuuut tuuut tuuut...
Cukup lama, ponselnya tak diangkat.
Amelia pikir, Juriah tidak mau mengangkat telepon Soleh. Namun...
...[Hallo! Assalamualaikum, Mas Soleh!]...
Suara yang sangat merdu terdengar dari balik speaker ponsel Soleh.
Jantung Amelia berdetak kencang.
"Hallo, waalaikum salam!"
Hening. Semuanya diam. Sepertinya baik Amel maupun Juriah sama-sama sedang mencoba menenangkan perasaan. Keduanya sama-sama gugup dan gagap hingga terbata-bata untuk saling mengucap kalimat.
...[Hallo? Mbak Amel? Sa_salam kenal!]...
Amelia merasakan lidahnya kelu. Ingin sekali Ia menjawab dengan lantang dan penuh percaya diri. Tapi melihat gambar profil gadis muda yang cantik dengan mata indah membuatnya kembali terjatuh mental.
"Ha_lo..., iya .. salam kenal juga!"
Suaranya terdengar bergetar. Amelia tak dapat menutupi kegelisahan hatinya mendengar suara perempuan yang sedang dijodohkan dengan suaminya itu.
...[Mbak... Saya..., saya minta maaf. Saya... tidak bermaksud,... saya tidak ingin membuat keadaan menjadi,]...
"Tunggu, Juariah!"
...[Nama saya Juriah, bukan Juariah, Mbak... Saya tidak ada maksud untuk membuat rumah tangga Mbak dan Mas jadi,]...
"Juriah..."
...[Ya?]...
"Kamu mau jadi maduku?"
Sontak suasana hening.
Tak ada yang berani bersuara. Juriah juga tidak. Amelia mencoba menahan gejolak rasa dihatinya yang bergemuruh kencang.
"Mari kita bertemu!" kata Amelia juga pada akhirnya.
...[Di_dimana?]...
"Mari kita bertemu di KUA kota kalian tinggal. Tapi Aku mau, kamu tidak mengadakan pesta pernikahan setelah ijab kabul dengan suamiku!"
Deg deg deg deg
Deg deg deg deg
Deg deg deg deg
Amelia bahkan bisa mendengar detak jantungnya sendiri yang berdentum kencang.
Entah bagaimana bisa Ia mengeluarkan kalimat itu dari bibirnya yang bergetar menahan emosi.
"Amel?"
Amelia menoleh. Soleh telah selesai mandi. Berdiri tegap menghadap ke aranya dengan mata menatap lekat wajah Amelia. Tubuh bagian atas Soleh masih terlihat basah, demikian juga rambutnya yang baru selesai keramas mandi junub.
"Aku, mengizinkan kalian menikah! Tapi dengan syarat, tidak ada pesta pernikahan yang digelar di rumah kalian masing-masing. Pernikahan resmi dilakukan di kantor urusan agama setempat dan Aku sebagai saksinya."
Soleh diam.
Juriah diam.
Amelia juga kini terdiam.
Hampir lima belas menit Soleh termangu. Namun Ia segera mengambil ponselnya dari tangan Amelia.
"Hallo? Juriah? Aku putus dulu sambungan teleponnya! Assalamualaikum..."
Klik.
Kini kedua bola mata Soleh menyelidik netra Amelia.
"Kamu serius dengan ucapanmu barusan, Amel?" tanyanya tegas namun penuh kehati-hatian.
Amelia mengangguk.
Ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Ingin mandi dan segera membersihkan diri.
Soleh memeluk tubuh Amelia dari belakang.
Ia terisak menangis di bahu bagian belakang punggung Amelia.
"Aku janji, tidak akan mengecewakanmu, Amelia!"
"Jangan ucapkan kata-kata apapun, Bang! Aku mau mandi dulu. Badanku lengket penuh keringat. Sebentar lagi azan Maghrib. Sholat lah di masjid!"
"Iya."
Amelia melangkah masuk kedalam kamar mandi.
Luruh seketika air matanya tanpa suara.
Ada penyesalan yang teramat dalam karena telah mengeluarkan kalimat yang sangat ia takuti selama ini. Izinnya untuk Soleh menikah lagi.
Ini adalah mandi tersedih yang pernah Amalia lakukan.
Mengguyur seluruh tubuh dengan air dingin yang ada di bak mandi, bercampur dengan linangan air mata, semua adalah yang pertama kali. Dan semoga ini akan jadi kesedihannya yang terakhir kali.
Mimpi apa Ia semalam, hingga mengatakan kalau dirinya siap dimadu. Bahkan mengatakan itu pada calon madunya yang menchat suaminya.
Begitu sadis nasib buruk yang menimpa hidupnya. Seperti dalam sinetron layar ikan terbang yang sering Amelia tonton dan bikin hati mangkel.
Entah bagaimana nanti tanggapan kedua orangtua Amelia jika mengetahui anak sulung mereka menjadi istri tua karena Soleh suaminya menikah lagi.
Amelia kembali menangis pilu, hingga...
Tok tok tok...
"Amel! Amelia..."
Soleh mengetuk pintu kamar mandi.
"Iya?!"
"Jangan lama-lama mandinya, Mel!"
"Iya."
Amelia menyusut air matanya. Ia menghela nafas dan menguatkan hati untuk segera bergegas.
Diguyur kembali tubuh sintalnya sembari membaca doa hadast besar setelah berjima' dengan suaminya tadi siang.
Kuatkan dirimu, Amel! Kuat! Kamu kuat! Ini adalah keputusan yang telah kau ambil! Ayolah, jangan lemah! Kau tidak lemah! Kamu bahkan sangat kuat hingga Allah memberimu cobaan sehebat ini! Ingatlah, Siti Aisyah istrinya Rosulullah pun mendapatkan Karunia Indah dari Allah, dan semoga kau juga diberikan syafaat serta kebarokahannya agar tetap kuat menjalani takdir hidup yang sudah digariskan ini. Lihat keluar sana. Lihatlah! Banyak perempuan yang senasib denganmu. Suami mereka bahkan menikah lagi tanpa mereka ketahui. Kau jauh lebih beruntung! Kau masih lebih beruntung. Suamimu justru meminta izin berkali-kali sebelum melakukan itu. Dan kau juga beruntung, madumu sepertinya akan jadi istri muda yang menghormatimu.
Amelia lagi-lagi menghela nafas.
Kini sepotong handuk berwarna merah marun telah membalut tubuhnya yang masih sekal.
Dia mengambil air wudhu karena waktu Ashar sudah lewat cukup lama.
Berkali-kali salah urutannya karena otak Amelia yang tidak fokus sehingga tanpa sadar air matanya kembali mengalir sampai berkata, "Astaghfirullahal'adziiim..."
Soleh yang sudah rapi dengan setelan koko putih serta kain sarung dan kopiah hitam di kepala baru saja pulang dari masjid.
"Baru keluar dari kamar mandi?" tanyanya dengan suara ditekan.
Tangannya hendak menjawil dagu Amelia tetapi istrinya itu langsung berujar, "Jangan! Aku sudah ambil wudhu, Bang!"
Soleh urungkan niatnya untuk menjahili sang istri. Ia tersenyum tipis dan mengangguk.
Melihat tubuh Amelia yang menghilang masuk kamar, hati Soleh digelayuti rasa bersalah yang teramat dalam.
Kembali fikirannya melanglang buana.
Amelia...! Aku tahu langkah yang kuambil ini beresiko sekali. Aku tahu, menjalankan dua kapal dengan satu nakhoda itu teramat sulit. Tapi mungkin ini jalan Allah, untuk membuatku menjadi pribadi yang lebih baik, dalam segala hal.
Soleh merasa dirinya jadi lebih agamis hanya karena telah menjalankan kewajiban yang baru dua waktu itu.
Harapannya, Ia ingin menjadi pemimpin, pendamping dua wanita cantik yang akan setia berjalan di sisi kiri dan kanannya.
Soleh mulai mengkhayal indah.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments
nacl
ga bakal kesampean leh
ngimpi aja terus sana
2023-03-09
1
nacl
f**k bohong
dengan menikahnya anda bersama si juju itu sudah sangat mengecewakan tau kaga lu soleh
bener bener dah👿
2023-03-09
0
nacl
elah ini namanya valacor berbulu embe taunya rubah
2023-03-09
1